Cinta Pada Istri Urakan - Bab 498 Jangan Menakuti Anak-Anak

Gavin sendiri tidak tau dia melakukan kesalahan apa, jangan-jangan karena......Dia tidak pulang waktu siang hari?

Pria yang lurus dan ceroboh ini, hanya memikirkan alasan ini.

Gavin juga merasa senang karena hal ini, dia setiap hari muncul di hadapan Laras dan dia bilang kalau terganggu, tiba-tiba dia menghilang sehari, Laras mulai merindukannya, ini adalah pertanda yang baik hahaha.

Gavin melihat Laras mondar-mandir sedang sibuk, dia sangat khawatir dengan bahu Laras, terus ikut masuk keluar di belakangnya, "Aiya kamu tidak duduk saja jangan bergerak terus, kalau tertabrak bagaimana?"

Tiba-tiba Laras membalikkan kepalanya, dengan serius berkata, "Lukaku sudah hampir sembuh, urusan rumahku aku bisa atur sendiri, kedepannya tidak perlu merepotkanmu lagi."

"?" Wajah Gavin penuh kebingungan.

"Aku bisa memasak sendiri, juga bisa menjaga anak-anak , tidak membutuhkanmu."

"Dokter bilang kamu harus dirawat selama 2 bulan......"

"Dokter juga sudah bilang, dalam cakupan yang diperbolehkan boleh banyak berolahraga, tidak mempengaruhi kehidupan biasa."

"Memasak kamu bisa, kalau begitu bagaimana dengan mengantar jemput kedua anak?"

"Perjalanan tidak jauh, pelan-pelan jalan saja sudah bisa."

Suasana ini tidak benar, Gavin merasa Laras bukan marah seperti biasanya, tapi dia juga tidak tau bagaimana menjelaskannya, "Kamu terluka karenaku, bagaimana juga aku harus bertanggung jawab."

"Kamu sudah membayar uang berobat, juga menjaga kami selama seminggu, sudah cukup, terimakasih."

"......" Tidak cukup, aku mau menjaga kalian seumur hidup.

Gavin tau, kalau dia sungguh marah, tapi dia sangat heran, ini sebenarnya kenapa?

Untuk sesaat, dia tidak mengerti ada apa sebenarnya, "Kamu kenapa? Tadi pagi bukankah aku sudah memberitahumu? Hanya karena aku seharian ini tidak mengabarimu kamu langsung marah?"

Laras tersenyum remeh, "Tidak masalah kamu mengabariku atau tidak, aku malah sangat ingin kamu selamanya jangan datang menggangguku."

Mata Gavin bergetar, wajahnya menunjukkan pandangan yang sangat terluka, hatinya juga sangat sedih.

Sudah dibilang hati wanita bagaikan jarum di bawah laut, dan benar saja seperti itu, sudah lewat berapa tahun, dia masih saja tidak bisa mengerti, mau marah langsung marah, tidak ada alasan, tidak masuk akal.

Oleh karena itu, dia mulai berganti strategi, "Kamu tidak perlu kujaga, tapi Nana dan Bobi butuh aku jaga, aku sudah berjanji pada mereka, nanti setelah makan malam akan membawa mereka belajar bersepatu roda."

Laras tiba-tiba mengangkat wajahnya, dengan serius dan sedikit galak bertanya balik: "Siapa yang sudah mengizinkan? Apakah ada bertanya padaku? Apa aku mengizinkannya?"

Saat seperti ini, Gavin tau tidak boleh keras padanya, nada bicaranya melembut, mengalah, dengan berat berkata: "Kalau begitu......aku tidak boleh juga mengingkari janji dengan anak-anak bukan?"

"Itu adalah urusanmu, pergi sekarang, aku tidak ingin marah di hadapan anak-anak."

"......" Gavin menatapnya lekat, mencoba membaca ekspresi wajahnya, dia dengan kesusahan menarik nafas dalam, "Beri aku alasan yang masuk akal."

Laras mengangkat kepalanya, tidak menghindar, menatap lurus tatapannya, "Aku tidak membutuhkanmu."

Perkataan ini sungguh menyakiti hatinya, dia sudah berjuang begitu lama, bahkan beberapa ini mereka sangat rukun, dia mengira kalau Laras sudah menerimanya, siapa tau kembali ke semula lagi.

Gavin dengan frustasi mengacak rambutnya, bertanya: "Sungguh tidak membutuhkanku?"

"Tidak butuh."

"Kalau begitu bagaimana kalau anak-anak membutuhkanku?"

"Mereka lebih membutuhkanku."

Gavin tidak bisa berkata, mengangguk, berkata: "Baik, aku pergi, kamu tenangkan dirimu dulu, ada sesuatu langsung telepon aku."

Laras tidak menjawab, langsung membelakanginya, menunjukkan sikap kamu cepat pergi jangan banyak bicara lagi.

Kali ini, Gavin pergi dengan emosional, ada sedikit kemarahan, dan juga kasihan.

Dia tidak mengerti sebenarnya Laras sedang mempertahankan apa, disaat dia dalam bahaya, Laras tidak memikirkan apapun menolongnya, ini sudah menjelaskan kalau Laras masih mencintainya, kalau begitu dia masih keras kepala apa? pada akhirnya bukankah dia dan anak-anak yang kesusahan?

Baik, kamu tidak membutuhkan aku bukan? aku lihat kamu sebenarnya sebisa apa!

Di dalam apartemen, begitu Gavin pergi, hatinya Laras sangat sakit, sangat ingin menangis.

Sepengertiannya tentang Gavin, dia tidak akan sembarangan menemani seorang wanita pergi berbelanja, kecuali wanita mempunyai tempat tertentu di hatinya.

He, tidak menarik sekali!

Kaki pendek Nana berlari sambil melompat kemari, melihat kiri dan kanan, "Eh, dimana paman Dita?" Dia baru keluar dari kamar kecil membawa keluar pensil warna dan buku mewarnai, dia ingin menggambar bersama paman Dita.

Bobi yang menyaksikan semuanya dengan tenang berkata: "Paman Dita sudah pergi."

"Kenapa?"

Bobi melihat mama, dia juga ingin tau.

Hati Laras sudah sangat sedih, dia menahan keinginannya untuk menangis, dengan menahan berkata: "Nana, makan dulu, setelah makan mama temani kamu menggambar, ya?"

Sekejap Nana tidak senang, mulut kecilnya berkerut, mata dan hidungnya memerah, "Aku mau paman Dita temani aku."

Laras sungguh sedang tidak mood untuk membujuknya, "Makan!" Ucapnya lalu berbalik membawa sayur dari dapur.

Nana yang menerima sikap dingin, langsung menangis, air matanya yang sebesar kacang mengalir turun, sambil menangis sambil berteriak: "Paman Dita, paman Dita, huhuhu......paman Dita......"

Mendengar teriakan Nana yang menyabik hati, Gavin yang diluar mana mungkin bisa tenang, langsung menekan sidik jarinya.

"Nana......"

Nana begitu melihat Gavin, terkejut dan bahagia, tangisannya lebih kuat lagi, "Paman Dita......"

Dia langsung berlari kearah gavin, Gavin menjongkok, Nana langsung masuk ke pelukannya, gambaran itu, seperti ayah anak yang terpisah akhirnya bertemu kembali, menangis memilukan.

Bobi yang melihat itu, juga berjalan ke arah Gavin, dengan gerakan menunjukkan ketidakrelaannya.

Tapi, hal yang diperhatikan Laras adalah, "Bagaimana caramu membukan pintu?"

Gavin: "......"

Laras tersadarkan, rupanya dia sudah mendaftarkan sidik jarinya di pintu rumahnya, dia sudah bisa keluar masuk sesuka hatinya.

"Nana Bobi, kemari."

Kedua anak memeluk Gavin dengan erat, menolak dengan kemampuan mereka.

"Aku hitung sampai tiga, kalian kemari, satu......"

Masih tidak bergerak, trik yang ampuh ini, sudah tidak berguna lagi?

"Dua......"

Nana menangis semakin kuat, melingkar leher Gavin seutuhnya, tidak mau melepaskan tangannya, Bobi juga masih didalam pelukan Gavin.

Laras yang melihat itu, sangat sangat tidak percaya, beberapa tahun ini dia dengan anaknya saling mengandalkan satu sama lain, Gavin hanya bersama dengan mereka beberapa hari, mereka sudah melupakan mamanya ini?

"Bobi, apa kamu tidak mau kemari? Nana, kamu sudah tidak menurut dengan perkataan mama lagi?" Dia tidak terlalu berani meneriakkan satu yang terakhir.

Gavin juga tidak tega, tangisan Nana membuat hatinya hancur, dia ingin memberikan semua hal yang indah kepadanya, hanya demi senyumannya yang manis, dia menepuk pundak anak-anak, menghibur: "Jangan menangis lagi, pergi ke mama sana."

Nana langsung menolak, "Aku tidak......"

Bobi malah melirik Laras sekilas, tapi, sangat jelas, dia juga tidak tega pergi dari paman Dita.

Laras menarik nafas dalam, bertanya dengan kuat: "Aku sudah mau hitung satu, kalian mau datang atau tidak?!"

Nana dan Bobi terkejut, memeluk Gavin lebih erat lagi.

Gavin mengangkat kepalanya melihat Laras, "Sudah cukup, jangan menakuti anak-anak."

Novel Terkait

Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu