Cinta Pada Istri Urakan - Bab 28 Segera Urus Perceraianmu

Sebelum Gavin sempat menjawab, kepala pasukan pemadam kebakaran sudah berkata, "Komandan Gavin, tangan anda terluka.... Dokter, Dokter ....."

Gavin malah menghentikannya, "Tidak apa-apa, nanti saya pergi sendiri ke rumah sakit."

"Tetapi tidak bisa begitu."

"Jangan merepotkan dokter lagi, begitu banyak korban, dokter sekarang sedang sangat sibuk, saya tidak apa-apa, sudah seharusnya saya berbuat seperti itu."

Setelah ketegangan yang tadi sudah lewat, dia baru merasakan kalau lututnya terasa sedikit sakit, mungkin dia tertabrak saat terjadi kecelakaan tadi.

Polisi lalu lintas senior itu menundukkan kepala dan melihat tangannya, telapak tangannya ada darah, itu adalah darah milik Komandan Gavin, dia benar-benar merasa malu, dia segera berkata : "Komandan Gavin, saya....saya..."

Gavin tersenyum dan berkata kepada polisi lalu lintas senior itu : "Pak, kamu cukup berani, siapa atasanmu? Aku pasti akan mengatakan kepadanya tentangmu."

Polisi lalu lintas senior itu tersenyum lebar, semakin merasa malu, "Jangan, jangan, Komandan Gavin, kita semua memberikan pelayanan untuk negara, ini sudah seharusnya saya lakukan."

Christian masuk melewati kerumunan orang, tadi dia sedang membantu mengevakuasi murid-murid, dia juga sudah melihat keseluruhan proses saat Gavin mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan orang-orang, dia semakin kagum dan hormat kepadanya.

"Paman kedua, Paman kedua, paman tidak apa-apa kan?"

"Tidak apa-apa, nanti di rumah kamu jangan banyak mulut."

"Oh, aku mengerti."

Gavin tidak berada terlalu lama di sana, dia hanya sedikit berbasa-basi dengan kepala pasukan pemadam kebakaran lalu mengajak Christian untuk meninggalkan tempat kejadian.

Saat dia sekalian mengantar keponakannya pulang, tidak diduga malah terjadi kecelakaan, biar bagaimanapun juga dia harus memberikan penjelasan kepada orang tua Christian, Gavin mengantar Christian pulang lalu makan malam di rumah keluarga Ridwansyah, rumah orang tua Christian, setelah dia menjelaskan apa yang terjadi, barulah mereka merasa tenang.

"Leo, bawa mobil dengan hati-hati, pastikan kamu mengantar Gavin sampai di rumah dengan selamat."

"Baik."

"Gavin, sampai jumpa, jika kamu ada waktu datang lagi kemari."

Gavin melambaikan tangannya kepada tantenya sekeluarga, lalu menaikkan jendela mobil.

Dia mendongak dan menatap langit di luar jendela, sudah larut malam, bulan terlihat bersinar.

Dia menundukkan kepalanya, wajahnya terlihat dingin, ekspresinya serius, dia menelepon Damar dengan ragu-ragu.

Damar dengan cepat menjawab panggilan teleponnya, dia tidak berani mengabaikan telepon dari atasannya, "Halo, pak."

"Ya, apakah kau sudah pulang?"

"......" Damar tidak tahu harus berkata apa, mengikuti kakak ipar merupakan perintah dari Komandan Gavin, tetapi saat ini dia malah bertanya kepada dia sudah pulang atau belum, ini jelas-jelas sudah tahu tapi sengaja masih bertanya atau apa? "Belum, masih terus mengawasi kakak ipar."

Gavin berusaha menutupi kecemasannya, dia bertanya dengan sangat tenang : "Keadaannya bagaimana?"

Nada bicaranya terdengar seperti saat dia sedang berkerja seperti biasa dan menyuruh bawahannya mengawasi tersangka kriminal.

Damar berkata : "Lapor pak, setelah kakak ipar kembali ke asrama, dia belum keluar lagi, itu adalah asrama khusus perempuan, kami tidak mungkin masuk ke sana, juga tidak enak jika mengawasinya terlalu dekat, jadi saya tidak tahu keadaan di dalamnya."

Dia tidak mendengar Komandan Gavin berkata sesuatu, Damar mengira kalau Komandan Gavin merasa tidak puas karena mereka tidak masuk ke dalam, jadi dia segera menyarankan, "Bagaimana kalau saya menyuruh Danu untuk menyamar menjadi murid perempuan lalu masuk ke dalam untuk mencari tahu sesuatu?"

"Tidak perlu." Gavin berkata, "Pulanglah, kalian istirahat dengan baik."

"Baik pak." kebahagiaan datang dengan tiba-tiba, tetapi apa yang terjadi kepada Komandan Gavin?

Damar tidak berani bertanya-tanya, dia sudah mengikuti Komandan Gavin selama beberapa tahun, dia sudah tahu jika tidak usah bertanya hal yang tidak seharusnya ditanyakan, hanya saja raut wajah atasan adalah cuaca mereka, dan raut wajah Komandan Gavin beberapa hari ini sangat tidak enak dilihat, mereka tiap hari mengalami hujan badai.

Setelah menutup telepon, Gavin tidak langsung menaruh ponselnya, ibu jarinya tidak berhenti membuat lingkaran di atas layar ponselnya, hatinya merasa sangat tidak nyaman.

"Vin, ibu dengar dari nenek kalau anak Laras keguguran, bagus sekali, jadi kamu tidak perlu bertanggung jawab akan hal ini, segera urus perceraianmu." ibunya berkata.

"Segera bercerai, sekarang juga, segera!" ayahnya berkata.

"Vin, nenek tidak bisa menang melawan ayah dan ibumu, nenek pulang dulu, kamu jaga Laras dengan baik." neneknya berkata.

Begitu dia memikirkan semua hal ini, Gavin merasa sakit kepala, setelah selesai satu masalah ada lagi masalah yang lain, dia bisa tidak mempedulikan perkataan ayah dan ibunya, tetapi gadis kecil itu benar-benar sangat keterlaluan, jika orang tua dan neneknya mengetahui kenyataan yang sebenarnya, jangankan orang tuanya, bahkan nenek saja pasti akan merasa sangat marah, takutnya jika itu sampai terjadi, nenek akan menjadi orang pertama yang mengusir Laras pergi.

Dia berusaha sekuat tenaga mencari cara untuk melindunginya, tetapi dia sendiri malah selalu mengecewakannya, dia berpikir, mungkin dia yang tidak mengerti akan dirinya.

Jadi dia menelepon Damar sekali lagi, "Sebelum langit terang, aku mau melihat seluruh informasi yang berhubungan dengan dirinya."

Dulu dia tidak memeriksanya karena dia menghormatinya, saat ini setelah dipikir-pikir, dia tidak butuh dihormati seperti ini.

---

Laras yang sudah kembali ke asrama tidak menarik perhatian yang berlebihan dari teman seasramanya, karena ini adalah kebiasaannya.

Mengenai semua gosip yang beredar mengenai dirinya, orang-orang yang tidak percaya kepadanya tidak perlu penjelasan, orang-orang yang percaya kepadanya juga tidak butuh penjelasan, teman-teman seasramanya tidak ada yang mengungkitnya, dia juga tidak bertanya apapun.

10 menit sebelum lampu dimatikan, teman asramanya, Fanny tiba-tiba berkata : "Tuan muda Laras, kita pergi cari makan yuk?"

Laras sudah berbaring di atas ranjang, dia mengatainya : "Kamu sudah gemuk begini masih mau makan lagi? Bagaimana kamu bisa memakannya?!"

Fanny mempunyai nama panggilan "Gentong Nasi", dia adalah seorang gadis gemuk, di matanya, tidak ada yang lebih penting di dunia ini dibandingkan dengan makan, gemuk sedikit tidak apa-apa.

Dia juga tidak marah diejek seperti itu oleh Laras, dia tertawa dan berkata : "Aku melihatmu tidak bersemangat makanya aku dengan baik hati mengajakmu, ku beritahu ya, tidak ada masalah apapun yang tidak bisa diatasi oleh makan sekali, jika ada, maka kamu harus makan 2 kali."

"Kamu yakin kamu mengajakku demi diriku?"

"Tentu saja."

"Aku berterima kasih padamu.....tetapi cepat matikan lampu, aku tidak mau pergi."

"Yah, pergi dong, dulu meskipun lampu sudah dimatikan saja kamu juga pergi, sekarang masih belum dimatikan lampunya."

Laras tiba-tiba berkata dengan serius : "Aku ingin menjadi seorang murid yang baik, kamu keberatan?"

Fanny sangat kaget sampai-sampai mulutnya dapat disumpal sebuah bola tenis, ini benar-benar membuatnya sangat terkejut, lebih daripada mendengar berita laras terluka dan masuk rumah sakit karena berkelahi.

Saat ini, gadis lain yang sedang memainkan ponselnya, Sonia, tiba-tiba berteriak kencang, "Waaaaww, dia benar-benar sangat tampan, lebih seru dibandingkan menonton film."

"Ada apa?"

"Sore ini terjadi kecelakaan mobil beruntun yang cukup parah, mengenai seberapa parahnya, kalian bisa mengeceknya sendiri, salah satu mobilnya terbakar, saat hampir meledak, ada seorang warga yang mempertaruhkan nyawanya dengan menyelamatkan 4 nyawa dari dalam mobil itu."

"Masih ada yang lebih penting, ada yang lebih penting.....poin utamanya adalah, orang ini juga merupakan salah seorang korban kecelakaan mobil, demi mencegah menabrak bus sekolah yang ada di depan mobilnya, dua menit sebelumnya dia menabrakkan mobilnya sendiri ke bawah jembatan dermaga."

"Karena kecelakaan beruntun dan menyelamatkan orang dari dalam mobil yang terbakar hanya berjarak 2 menit, jadi keseluruhan proses sewaktu orang ini menyelamatkan orang-orang direkam oleh ponsel banyak orang, kisah penyelamatan orang-orang oleh seorang pahlawan tidak dikenal ini diambil dari semua sudut."

"Waww, benar-benar pahlawan yang sangat hebat, kalian cepat lihat, ada banyak rekaman videonya, sekarang seluruh media sosial sedang ramai membicarakan hal ini."

Seorang perempuan selalu memuja seorang pahlawan, begitu Sonia berkata tentang hal ini, Fanny, Sansan dan tentu saja termasuk Laras, mereka semua langsung mengeluarkan ponsel untuk mencari videonya.

Semakin banyak melihatnya, perasaan Laras semakin terasa diaduk-aduk, berbeda dengan rasa memuja teman-teman seasramanya yang lain, dia benar-benar merasa sangat terkejut.

Setiap sel di dalam tubuhnya bagaikan terbakar, rasa panas itu merambat dari telapak kakinya sampai ke atas kepalanya.

Itu siapa, itu adalah suami sahnya yang tidur di ranjang yang sama dengannya.

Novel Terkait

See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu