Cinta Pada Istri Urakan - Bab 190 Yang Penting Kamu Tidak Ada Masalah

Ketika tiba di gerbang sekolah, banyak orang berkumpul disana, termasuk semua prajurit, relawan, dan pendaki gunung yang tinggal di sana.

Dimas dengan keras menuduh para penjaga, “Untuk apa kamu mengijinkan Manda pergi? Tidak tahu dibelakang gunung sangat berbahaya?”

Meskipun hati para prajurit sangat kecewa, tapi mereka tetap inisiatif mengakui kesalahan mereka, “Ini kelalaianku, aku bersedia bertanggung jawab sepenuhnya.”

“Bagaimana kamu menanggungnya, kalau terjadi apa-apa padanya, apakah kamu yang sebagai prajurit kecil bisa menanggungnya?”

Laras berlari menjelaskan ke Komandan prajurit: “Komandan Jiang, Manda sendiri yang bersikeras ingin keluar, dan Manda juga mengatakan dia akan segera kembali, itu bukan salahnya.”

Dimas marah: “Segera bentuk tim pencarian, nanti baru kita bahas masalah kelalaian mu.”

Prajurit itu menjawab dengan lantang dan tanpa ngeluh: “Siap!”

Segera di bawah pimpinan Dimas, yang perempuan tetap berjaga di camp, yang pria dibagi menjadi dua kelompok membawa positioner dan kompas, secara terpisah mencari Manda.

Sebelum pergi, Dimas berulang kali memberitahu Laras: “Kakak ipar, tidak peduli seberapa gelisah jangan pernah keluar, malam hari di atas gunung sangat berbahaya, jangan sampai kita sudah menemukan Manda kamu sudah tidak ada.”

Laras juga ingin mengikuti mereka pergi mencari, tapi dia tidak ingin menjadi beban mereka, jadi Laras hanya bisa mengangguk, “Ehn iya.”

“Aku sudah menghubungi tim penyelamat profesional, mereka akan tiba nanti, kita pasti akan membawa Manda kembali.”

“Iya, iya.”Laras tidak bisa berbuat apa-apa selain percaya pada mereka.

Tim penyelamat segera berangkat, dengan Rendra memimpin berlari di depan, kalau terjadi apa-apa dengan laras, Rendra seumur hidup pasti tidak akan tenang.

Di tengah gunung, ketika siang hari pemandangannya sangat indah dan iklimnya menyenangkan, tapi ketika di malam hari, suhu tiba-tiba turun dan menakutkan.

Di belakang gunung adalah hutan liar, setiap ular, serangga, tikus dan semut mungkin sangat beracun, selain itu, ular dan binatang beracun istirahat di malam hari, setiap saat menunggu mangsa mereka datang.

“Manda, Manda……”Rendra menyalakan lampu senter, menyenter segala arah dan berteriak.

Selain itu jalan gunung terjal dan rumit, sehingga mudah tersesat.

Tiba-tiba rekan Rendra tersandung sesuatu di kakinya, dan teriak “Ah”, dia kesakitan tidak bisa berdiri.

Rendra menoleh, “Bagaimana keadaanmu?”

“Tidak apa-apa, hanya terkilir.”

Alih-alih memikirkannya, Rendra malah berkata, “Kamu tunggu tim penyelamat disini, aku lanjut melanjutkan pencarian.”

“Mana bisa, kamu sendirian terlalu berbahaya, terlebih kamu tidak familiar dengan tempat ini.”

“Tidak apa-apa, ada positioner, dan Sense of direction ku cukup bagus, tidak akan tersesat.”

Tanpa basa-basi, Rendra mengambil walkie talkie dan memberitahu markas besar detail lokasinya, dan pergi sendirian melakukan pencarian

Semakin tinggi mendaki semakin rendah suhu udara, ini perbedaan suhu yang cukup besar yang dapat dirasakan tubuh manusia.

Di gunung sudah mulai berkabut, cahaya senter tidak bisa menembus kabut, membuat jarak pandang memburuk.

“Manda, Manda……” Rendra terus berteriak, berharap Manda bisa mendengar suaranya.

Usaha tidak pernah mengkhianati, teriakan Rendra akhirnya membuahkan hasil, “Aku disini.”Rendra mendengar suara samar-samar.

“Dimana? Manda, kamu kah itu?”

Rendra menahan napas dan mendengar dengan seksama.

“Iya, kakiku terkilir, tidak bisa bergerak.”

Rendra sangat senang dan bertanya:“Adakah tanda-tanda yang jelas disekitarmu?”

“Semuanya gelap gulita tidak bisa melihat apapun.”

Rendra segera menghubungi pusat markas, meminta semua pasukan penyelamat yang tersebar untuk berkumpul di tempatnya.

“Manda, selain terkilir adakah luka lainnya?”

“Tidak ada.”

“Ok, kamu teriak sebentar, aku tidak mengetahui posisimu.”

Lalu, Manda bernyanyi keras: “Aahh, Lima langkah, kamu lebih banyak satu dari empat langkah.”

“Aaah, Lima langkah, kamu lebih sedikit dari enam langkah.”

“Hingga suatu hari, kamu akan sampai ketujuh.”

“Bagaimana setelah sampai ketujuh?”

“Kamu lebih dua langkah dari lima langkah~~~~~Aa, ya ya ya!”

Ketika sedang berteriak keras, tiba-tiba bayangan hitam melompat dari atas kepalanya, Manda terkejut jantungnya berdetak kencang seolah mau keluar dari tenggorokannya.

Rendra menyenteri Manda, dan Manda sekuat tenaga menepuk dadanya yang gelisah dan berkata dengan gemetar: “Mengejutkanku saja, aku tidak mati kedinginan disini, tapi bisa mati terkejut karenamu.”

Ketegangan yang semula berubah menjadi kecanggungan.

Untungnya, di sini sangat gelap sehingga Rendra tidak bisa merasakan dirinya canggung.

Mengingat apa yang baru saja dia teriakkan, tanpa sadar Manda menelan air liurnya.

Rendra berjongkok menyenteri luka kakinya, “Coba gerakkan……tulang kakinya seharusnya tidak ada masalah, hanya keseleo, nanti pulang harus istirahat, tidak boleh lari sembarangan lagi.”

Setelah beberapa saat, Rendra bertanya dengan santai, “Lagu apa yang kamu nyanyikan barusan?”

“Lagu lima langkah? Kamu tidak pernah mendengarnya?”

“Pernah.”

“Terus kenapa tanya?”

“Aku tidak tahu judul lagunya.”

“……”Lalu mereka tidak tahu harus ngobrol apa.

Rendra tiba-tiba berkata: “Kamu tidak pernah memikirkan resikonya ya? Kami puluhan orang datang ke gunung mencarimu.”

Manda menundukkan kepala, “maaf……”

Rendra memegang pergelangan kakinya, dan merasa sangat dingin, lalu, Rendra melepaskan mantelnya dan memakaikannya pada Manda, dan inisiatif duduk di sebelahnya.

Berhadapan dengan orang yang disukai, Manda sama sekali tidak bisa menjaga pikirannya agar tetap tenang, apanya yang melupakan Rendra, apanya yang mencari pria lebih baik dari Rendra, semua ini hanya ucapan kosong belaka.

Tubuh Manda yang dingin dapat merasakan kehangatan mantel Rendra, tubuhnya mendekat ke Rendra, kehangatan yang kuat mengalir ke tubuhnya, Manda merasa lengan kiri yang bersebelahan dengan Rendra terasa hangat.

Itu adalah waktu yang langka bagi mereka untuk berduaan.

“Ini lubang yang dalam, bagaimana bisa kamu terjatuh kemari?”

Ternyata lubang ya, Manda baru menyadarinya.

Manda sambil mengingat: “Ketika aku naik gunung matahari masih bersinar, itu sangat hangat dan nyaman, entah bagaimana aku tertidur. Ketika aku sadar langit sudah gelap dan dingin.”

“Aku bergegas pulang, siapa sangka begitu ada gempa bumi, kakiku langsung lemas jeblos kebawah, juga tidak tahu tersandung apa, langsung terguling jatuh.”

“Waktu itu aku berpikir sudah tamat riwayatku, nyawaku akan berakhir disini.”

“Setelah terguling jatuh kebawah, aku putus asa, jika ingin aku mati biarkan aku mati dengan bahagia, dan jangan mati perlahan.”

Rendra berkata: “Untungnya ada lubang yang menampungmu, miring sedikit lagi sudah tebing.”

“……”Manda menghirup udara dingin, dan berkeringat, “Terus bagaimana kamu turun?”

“Ikuti suara lagu lima langkah mu.”

“Bagaimana kalau salah terus jatuh dari tebing?”

Rendra mengambil senter menyinari wajahnya, melihat wajahnya yang kotor menyisakan sepasang mata besar yang berbinar cerah, yang memandangi Rendra dengan cemberut.

Rendra berkata: “Yang penting kamu tidak ada masalah, yang lainnya tidak usah dipedulikan.”

Manda sesunggukan, sebelum matanya belinangan air mata, dengan cepat dia membalikkan senter keatas, “Jangan menyenteriku, lebih baik senter keatas.”

Novel Terkait

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu