Cinta Pada Istri Urakan - Bab 79 Perasaan Yang Cukup Dalam (1)

Ketika mendengar nama Rusdi Kirana, Rama terfokus pada Aaron, itu hanyalah masa lalu, laki-laki yang berlutut di tanah itu, benar Rusdi Kirana ?!

Rusdi membuka sebuah kantor periklanan. Ia menjalankan bisnis periklanan perusahan Atmaja, tetapi Rama tahu bahwa perusahaan periklanan Rusdi itu hanyalah cangkang kosong.

Rusdi menawarkan 2 miliar rupiah untuk rencana periklanan perusahaan Atmaja, tapi hanya memberikan 1 miliar rupiah dari kontrak kepada pihak ketiga, menghasilkan keuntungan menjadi makelar,ia tidak melakukan apa-apa dan berkeliling untuk menipu orang.

Tapi Rama tidak tinggal diam, sebuah kontrak membawa Rusdi ke pengadilan.

Rusdi tidak hanya harus mengkompensasi total kerugian Atmaja, ia juga ditagih oleh pihak ketiga, bahkan harus mendekam selama dua tahun di penjara, ia berhutang 1 miliar pada pihak ketiga, Keluar dari penjara pun, ia tidak berani kembali.

Rusdi sangat membenci Rama, jika ia dapat meraih kelemahan Rama, tentu saja akan akan membalasnya sampai mati.

Rama menjelaskan secara singkat keluhan antara dua orang itu, Di depan Aaron dan Gavin, Rusdi tidak bersuara, dia berpikir sudah berhasil menghancurkan keluarga Atmaja, tidak tahu telah menyinggung harimau sebenarnya.

Tangan Nadira tertekuk ke belakang, dia sangat ketakukan, melihat para pengawal, begitu melihat bukanlah level yang sama dengan preman teri bayaran Wilson Hirawan.

Namun, dia masih berjuang, berspekulasi untuk keuntungan dirinya : “Apakah sah bagi pasangan Atmaja untuk meracuni obat ? Apakah perdagangan illegal Laras itu legal? Menangkap orang adalah hak polisi, hak apa yang kamu punya untuk menangkapku? Lepaskan aku, Lepaskan aku!”

Begitu hening, Manda mucul dari kerumunan, satu langkah maju, kedua tanpa mengeluarkan kata-kata kepada Nadira, langsung memberi tiga kali tamparan kencang.

Dari awal dia sudah ingin melakukan ini.

Nadira merasakan sakit yang membakar di pipinya, sakit juga mengejutkan, dia menangis dan berusaha keras menyingkirkan para pengawal itu.

Manda segera berteriak: “ Dua lelaki itu sudah mendekam di dalam jeruji besi, tapi wanita ini sangat licik seperti rubah, jika kalian melepas tangannya, maka ia akan segera lari kabur.

Para pengawal tidak berniat mengabaikan, mereka menjadi lebih keras, “Jangan bergerak!”

Nadira sangat membenci Manda, dengan mata yang dipenuhi air mata ia melotot ke Manda.

“ Apa yang kamu lihat, aku sengaja memukul kamu, kamu akan menuntut aku ya. Kakak, aku masih punya waktu untuk menemani kamu bermain. “

Ketika Laras baru saja ingin maju, tetapi Gavin memegang tangannya, dia menatapnya dan menggelengkan kepalanya.

Manda tidak berniat untuk melepaskan Nadira. Dia sudah lama menoleransi Nadira, “Tunggu sebentar semuanya, berteriak bukanlah hal baik untuk dilakukan wanita.”

Setelah selesai berbicara, Manda berlari ke depan meja, mengamil mikrofon, membuat staff yang bekerja menyalakan perlatan yang diperlukan. Kemudian sambil berbicara ia juga berjalan ke arah Nadira. “Teman teman yang aku cintai, semuanya dengar aku bicara, teman kita Nadira telah dikepung oleh publik karena masalah kecil, telah dicatat oleh sekolah, ini adalah berita paling hot dari Jakarta, papan buletin kampus belum ditarik, Kalian dapat memeriksanya kapan saja.”

“Pertarungan itu melukai orang, itu adalah penyerangan yang disengaja. Karena kemurahan hati Laras, ia setuju agar Nadira tidak mendapat sanksi hukum. Tetapi dia tidak menyesali kesalahannya, tetapi malah makin menjadi. Ia sering menyebarkan gosip di sekolah. Apapun yang ia lakukannya, semua tujuannya adalah untuk menjatuhkan Laras.”

Selama pembicaraan, Manda berjalan didepan Nadira, dengan senyuman dingin ia berkata kepadanya, “ Keluargaku cantik, pintar, juga mampu bertarung, itu lebih baik daripada kamu.”

‘’…’’ Nadira sangat marah. Matanya yang merah mengeluarkan air mata kebencian. Dia sangat membenci Manda dan Laras.

Manda berbalik kearah Aaron dan berkata : “ Tuan, laporkanlah dia kepada polisi, kita tidak dapat mentoleransi orang seperti ini lagi.”

"Jangan..." Nadira akhirnya mengakui kesalahannya, memandangi semua orang sambil berlinangan air mata, "Maaf, jangan panggil polisi, mohon, jangan panggil polisi, itu semua salahku, aku yang mengarang semuanya.”

Laras mencoba untuk melihat apa yang terjadi, tetapi Gavin bersandar, menghalangi pandangannya. Di bawah meja, dia mengenggam tangan wanita itu, dan dengan pandangan yang tajam ia berkata jangan takut dan jangan melihat.

Laras berbalik, dan tidak melihat.

Novel Terkait

The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu