Cinta Pada Istri Urakan - Bab 206 Dia Malah Berharap Jika Dia Sedikit Lebih Takut Mati

Unit Perawatan Intensif

Gavin bersikeras agar Romo pergi tidur sebentar di ruangan istirahat di sebelahnya agar tubuhnya dapat bertahan dan tidak jatuh sakit.

Namun dia sendiri malah duduk di kursi dan menutup matanya untuk beristirahat sebentar.

Begitu dia menutup matanya, yang langsung terbayang di benaknya adalah adegan seorang gadis kecil yang keluar masuk untuk menyelamatkan orang-orang.

Semangat juang yang mati-matian seperti itu benar-benar mirip seperti mereka, para prajurit di pasukan khusus serigala.

Meskipun demikian, Gavin sama sekali tidak berharap dia seperti itu.

Dia malah berharap jika dia sedikit lebih takut mati.

Telinganya mendengar suara langkah kaki, dia langsung membuka matanya dengan waspada.

Dia melihat seorang suster menggandeng seorang gadis kecil yang mengenakan baju pasien sedang berjalan ke arahnya, suster itu menunjuk dirinya dan berkata, "Mon, orang itu adalah Jenderal Pradipta."

Mon? Mon Dwi?

Gavin bangkit berdiri.

Mon menatap Gavin lekat-lekat, tubuhnya kurus dan juga kecil, jadi matanya terlihat sangat besar.

Gavin mengenal gadis kecil ini, dia adalah orang yang mau dibantu oleh Laras.

Tengah malam kemarin, dia ikut kembali bersama mereka ke Jakarta, adik laki-lakinya juga ikut.

Sebelumnya Laras pernah berkata kalau mau membawa kakak beradik ini kembali ke Jakarta, kakek mereka masih menerima perawatan di rumah sakit militer, jadi Gavin mengingatnya dengan sangat jelas.

Suster : "Jenderal Pradipta, maafkan saya jika sudah mengganggu anda, Mon berkata kalau dia ingin mencari anda, dia bilang ada sesuatu hal yang sangat penting yang harus disampaikan kepada anda."

"Baik." Gavin berjongkok di hadapannya untuk menyamakan tinggi mereka, "Perkataan apa, apakah Laras yang menyuruhmu untuk menyampaikannya kepadaku?"

Mon tidak mengatakan apapun, dia langsung berlutut di atas lantai, hal itu membuat Gavin sangat terkejut.

"Paman, anda dan guru Atmaja adalah orang yang sudah berjasa menyelamatkan kami sekeluarga, aku tidak mempunyai apapun untuk membalasnya, aku hanya bisa bersujud dan mengetukkan kepalaku 3 kali untuk anda."

"......." Gavin langsung menarik lengan Mon, "Jangan seperti itu, cepat berdiri."

Mon malah sangat keras kepala, dia berkata sambil menangis : "Tidak, aku harus melakukannya, jika anda tidak membiarkanku bersujud, aku tidak akan berdiri."

"........"

Gerakan Mon sangat cepat, dia langsung mengetukkan kepalanya 3 kali berturut-turut dengan nyaring.

Gavin menghela nafas kemudian segera membantunya untuk berdiri.

"Guru Atmaja berkata kalau suaminya adalah seseorang yang bisa melakukan segalanya, orang lain tidak bisa menyelamatkannya, hanya anda yang bisa, ternyata guru Atmaja memang tidak berbohong kepadaku, kelak saat aku sudah dewasa nanti, aku juga mau mencari seorang suami yang bisa melakukan segalanya dan juga tinggi serta tampan seperti anda."

Gavin tersenyum samar saat mendengar perkataannya yang polos itu.

Kemudian Mon melepaskan kalung yang ada di lehernya dan menyerahkan kalung beserta cincinnya dengan serius ke tangan Gavin.

"Guru Atmaja berkata jika dia tidak bisa keluar, maka aku harus menyerahkan cincin ini ke tangan anda dan juga menyampaikan sesuatu kepada anda, namun sekarang dia sudah keluar, apakah anda masih mau mendengar pesan terakhirnya?"

"Dia sudah keluar, kalau begitu tidak bisa dibilang pesan terakhir lagi, kamu beritahu saja, aku ingin mendengarnya."

"Baik, karena anda ingin mendengarnya, maka aku akan memberitahu anda, guru Atmaja berkata kalau dia merasa sangat beruntung karena bisa menikah dengan anda, jika anda bahagia maka dia juga akan merasa bahagia, jika anda bersedih, maka dia juga akan merasa lebih sedih lagi."

Gavin berusaha meresap dengan baik "pesan terakhir" yang diberikan oleh Laras ini, seketika itu juga, rasa sakit menjalar dan memenuhi hatinya.

"Paman, apakah paman menangis?"

Gavin membersit hidungnya lalu tersenyum dan menggeleng, "Tidak, paman sedang berdoa, berdoa agar guru Atmaja dapat segera sadar kembali."

"Emm, aku juga sedang berdoa, guru Atmaja adalah orang yang sangat baik, jadi orang baik pasti akan mendapatkan balasan yang baik."

"Kamu benar-benar sangat pintar, adikmu dimana?"

"Adikku sedang berada di kamar pasien, ada tante suster yang sedang menjaganya."

"Apakah kamu sudah pernah melihat kakekmu? Operasi kakekmu sangat berhasil, beberapa hari lagi sudah bisa keluar dari rumah sakit."

"Aku berencana setelah bertemu dengan anda, baru pergi melihat kakek."

"Kalau begitu pergilah."

Mon menoleh lalu berjinjit sambil melihat ke arah unit perawatan intensif, dia berkata : "Paman, jika guru Atmaja sudah sadar, maka beritahu aku yah?"

"Baiklah."

Suster kembali menarik Mon untuk pergi dari sana, Gavin bangkit berdiri dan melangkah ke dinding kaca.

Dia membawa cincinnya ke dekat bibirnya lalu menciumnya dengan lembut, seolah-olah sedang mencium Laras dengan lembut.

Laras, bisa menikahimu juga merupakan hal yang paling membuatku merasa beruntung di dalam hidupku.

Hari-hari selanjutnya, jika kamu merasa bahagia, aku juga akan merasa bahagia, jika kamu bersedih, aku juga akan merasa lebih sedih dibandingkan dirimu.

--------

Di bangsal ortopedi

Rendra secara tidak sengaja menyentuh lukanya, hal itu membuatnya terus mengeluarkan keringat dingin karena menahan sakit, sakitnya seperti sakit saat mengalami patah tulang.

Sandra tertawa dan menggoda mereka, "Kak Rendra, kak Ariel, kalian jangan terlalu bersemangat, ini adalah kamar pasien, selain itu kak Rendra juga baru saja dipasangi gips, jadi belum bisa melakukan hal yang tidak-tidak."

Rendra benar-benar tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya, rasa sakit yang amat sangat membuatnya tidak mempunyai energi untuk menyangkalnya.

Ariel segera menjelaskan, "Anak kecil jangan sembarangan bicara, kita tidak melakukan yang tidak-tidak."

Meskipun maksud perkataannya memang untuk memberikan penjelasan, namun jika melihat ekspresi dan nada bicaranya yang terlihat begitu malu, terlihat bagaikan sedang menutupi sesuatu, penjelasannya itu malah membuat orang berpikir sebaliknya.

Manda benar-benar seperti sedang duduk di atas jarum, dia bahkan tidak tahu harus melihat ke arah mana.

Dia menggigit bibirnya dan diam-diam berpikir, tidak seharusnya aku datang kemari!

Alexa bertanya dengan khawatir : "Apakah aku harus memanggil dokter?"

Rendra menggeleng, rasa sakitnya sudah berlalu, dia sudah merasa lebih baik, dia secara perlahan-lahan menghela nafas lega dan berkata : "Tidak perlu."

Ariel berada di sisinya, dia segera mengambil 2 buah tissue lalu mengelap keringat di dahi Rendra dengan penuh perhatian.

Kembali timbul peperangan di hati Manda, dua orang yang ada di hatinya mulai kembali bertengkar.

--"Kelihatannya mereka berdua sudah kembali bersama, ayo kita pergi, untuk apa tetap di sini?"

--"Tidak tidak, Rendra pernah bersumpah demi nyawanya sendiri, jadi kamu harus percaya kepadanya."

--"Jika ucapan laki-laki bisa dipercaya, maka babi betina juga bisa naik ke atas pohon, hais, sayang sekali ciuman pertamamu diberikan kepadanya."

--"Saat berada di dalam kesulitan, biasanya seseorang akan memperlihatkan perasaannya yang sesungguhnya, kamu dan Rendra sudah melewati kesulitan bersama-sama, bahkan Rendralah yang sudah menyelamatkanmu di saat genting, apakah kamu tidak bisa memberikannya sebuah kesempatan untuk menyangkalnya?"

Benar sekali, di saat bangunannya rubuh, Rendra melindunginya tanpa memikirkan nyawanya sendiri, kalau begitu kenapa dia tidak bisa mempercayainya sekali ini?

Jika Rendra sendiri yang mengatakan kepada dirinya, aku sudah kembali bersama dengan Ariel, selain itu kami berencana untuk menikah, maka dia baru percaya.

Rendra menjauhkan kepalanya dan berkata dengan tidak sabar : "Tidak usah, aku sendiri saja."

Setelah itu dia diam-diam melihat ke arah Manda.

Saat ini Manda juga sedang diam-diam melihat ke arahnya, mereka berdua tidak saling menatap dengan terang-terangan, hanya kebetulan bertatapan secara tidak sengaja.

Setelah itu Manda segera memalingkan wajahnya lalu berkata sambil tertawa kering : "Sepertinya aku datang di waktu yang salah, hehe."

Sandra berkata : "Benar sekali, kamu masih cukup tahu diri rupanya, jauh lebih tahu diri dibandingkan dengan adik sepupumu yang barbar itu."

Semenjak pengalaman memalukan waktu itu, Sandra menjadi sangat amat membenci Laras, dulu dia hanya tidak suka kepadanya, tapi sekarang dia benar-benar membencinya.

Pagi ini saat dia mendengar dari orang tuanya kalau di antara orang-orang yang mengalami kecelakaan di Gunung Sumbing ada Laras di dalamnya, dia diam-diam merasa sangat tidak senang, kenapa dia tidak mati saja sekalian?!

Hanya saja, dia juga takut kepada Gavin.

Begitu dia mengucapkan perkataan ini, dia melihat tatapan mata Ariel yang memperingatkannya, jadi dia segera memperbaiki ucapannya barusan : "Oh hehe, aku tidak bermaksud seperti itu, aku tidak sedang mengatakan Laras."

Manda hanya tersenyum dan tidak mengatakan apapun, dia malas berbicara panjang lebar dengan orang yang tidak penting.

Dia menoleh lalu menatap Rendra dan bertanya : "Selain patah tulang, yang lainnya tidak apa-apa bukan?"

Rendra juga menatapnya, tatapannya terlihat lembut dan juga tenang, "Tidak apa-apa, bagaimana denganmu?"

Satu pertanyaan sederhana seperti itu saja sudah langsung membuat Manda merasa sangat bahagia, "Aku juga tidak apa-apa, keluargaku sedang mengurus prosedur keluar dari rumah sakit, setelah menjengukmu aku akan langsung keluar dari rumah sakit."

Satu pertanyaan sederhana ini juga yang diam-diam menimbulkan rasa iri di hati Ariel yang saat ini sedang berada di antara mereka berdua, di mata Rendra sekarang hanya ada Manda, tidak ada tempat sama sekali untuk dirinya.

Novel Terkait

Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu