Cinta Pada Istri Urakan - Bab 329 Mereka Semua Orang Jahat

Tanu merasa belakang punggungnya sangat dingin, dahinya bercucuran keringat kecil.

Walaupun penilaian dunia luar terhadap Rama biasa saja, tapi Rama bisa membuat grup Atmaja beberapa kali bangkit dari kehancuran, pastinya mempunyai kemampuan yang luar biasa, dulu keluarga Dibyo tidak begitu memandang Rama, tapi hanya waktu setengah tahun, roda berputar, giliran keluarga Dibyo memohon keluarga Atmaja.

Dan kekaguman Tanu terhadap Rama juga meningkat dalam beberapa waktu ini.

Rama melihat kebawah, memandang Tanu lekat, seperti mengancam, tapi juga menanyainya seperti menagih utang, "Kamu dan Manda sejak kapan dimulai?"

Tanu tertegun, terpikir dengan jawaban yang diberi ibunya kepadanya sebelum keluar tadi, Manda yang berniat jahat mau menggodanya dulu, tapi, tidak peduli seberapa tercela dia, juga tidak mau menodai cintanya.

Dia berkata: "Pa, semuanya salah paham, aku dan Manda tidak pernah memulai apapun, video itu sudah diedit dengan jahat, sebenarnya hari itu aku mabuk, jadi tindakanku sedikit berlebihan. Kesan Manda terhadapku tidak baik, hari itu kami juga banyak berbincang, dia bilang lain kali kalau aku masih melakukan hal jahat pada Maira, dia tetap akan menghajarku, aku juga sudah berjanji kedepannya akan tulus terhadap Maira."

"Dia yang menyadarkanku, aku hanya memeluknya karena sangat berterimakasih, lagipula dia juga adik Maira, aku juga memperlakukannya seperti adik. Aku ingin mengubah kesanku yang tidak baik, siapa sangka malah direkam Yunar. Ini sungguh hanya salah paham."

Biasanya orang akan memilih percaya apa yang dia percayai.

Untungnya, Rama setuju dengan perkataanya, dia juga melihat Manda dari kecil sampai besar, dibandingkan dengan sengaja menggoda kakak ipar sendiri, jawaban seperti ini akan lebih mudah diterima Rama.

Walaupun Yunar sudah meninggal secara tiba-tiba, tapi rasa dendamnya juga bertambah, sangat ingin menghancurkan semua orang keluarga Sihan.

Nagita menarik lengan baju suaminya, "Kalau tidak coba biarkan Maira bertemu dengan Tanu dulu, siapatau kondisinya akan ada perubahan yang baik."

Rama mengangguk, berkata kearah Tanu: "Bangunlah," Dia melihat suami istri keluarga Dibyo yang panik disebelah, berpesan, "Kecilkan suara kalian, masuklah."

Kamar inap ini sangat besar, seperti kamar suite mahal di hotel, terbagi 2 ruangan, diluar adalah ruang tamu, didalam baru kamar inap.

Agar tidak mengganggu Maira, 4 orang tua itu semuanya diluar, Tanu sendirian masuk kedalam.

Maira yang sekarang ini sudah tidak mempesona dan secantik waktu pertama kali yang dia temui, wajahnya sangat pucat kedua kaki tangannya diikat di tempat tidur, pergelangan tangan dan kaki yang diikat tali ada bekas luka, terlalu mengerikan untuk dilihat.

Tanu sedikit merasa bersalah, setelah dipikirkan juga sangat meminta maaf, karena keegoisannya sendiri, menyiksa seorang gadis yang baik menjadi seperti ini.

Maira tidur tidak nyenyak, begitu ada orang masuk, dia langsung membuka besar matanya dengan waspada.

Tapi yang berbeda dari yang biasanya adalah, setelah dia bangun dia tidak ribut dan teriak, malah dengan tenang melihat Tanu, sudut matanya pelan-pelan mengeluarkan air mata.

Nagita dan Rama yang melihat dari luar sangat gugup, saling berpegangan tangan.

Dokter juga sedang mengamati kondisi Maira.

Tanu pelan-pelan berjalan , dengan pelan berkata: "Maira? Maira?"

Bola mata Maira tidak terlalu fleksibel, memutar seperti mesin, melihat Tanu, kepalanya terangkat, jarinya juga menunjuk kearahnya.

"Tanu?"

"Ini aku," Tanu menarik menarik leher belakangnya, mengambil bantal untuk meninggikan lehernya, "Maira, aku Tanu, suamimu, aku ingatkan?"

Maira mengangguk pelan, awalnya matanya yang kosong sekarang lebih cerah, air matanya juga turun lebih deras, dia menangis seperti anak kecil yang diganggu, "Tanu, Tanu, mereka semua orang jahat, mereka mau mengikatku, kamu harus bantu aku memukul mereka."

"Oke,oke, Maira, jangan nangis lagi, Maira, aku disini."

Mungkin karena dia sendiri juga pernah mengalami diambang kematian, Tanu yang hatinya jelas-jelas tidak pernah tulus dengan Maira, tapi melihat Maira yang begitu mengandalkannya, matanya memerah.

"Tanu, kamu tidak mau aku lagi ya? Tanu, kamu mau pergi dengan Manda ya? Dari kecil Manda selalu mengambil barangku, bajuku, tasku, kosmetikku, sekarang kamu juga dia mau ambil."

Tanu menggenggam tangannya, dengan berhati-hati menghiburnya, "Tidak ada, kamu salah mengingat, tidak ada Manda, hanya kamu dan aku, Maira, kamu ingat perkataanku, tidak ada Manda."

"Tidak ada Manda?"

Tanu memutar kepalanya melihat keluar, melihat Nagita dan Rama, juga dokter, menghentikannya dengan menggeleng tangan mereka, memberi tanda jangan mengungkit Manda.

"Benar, tidak ada." Dia mengangguk.

"Tidak ada Manda, tidak ada Manda, tidak ada Manda.......xixixi, tidak ada Manda, kalau begitu aku bisa menikah denganmu."

Maira yang seperti ini tampak sangat naif, Tanu tidak bisa menahan air matanya untuk tidak terjatuh, "Bodoh, kamu lupa ya, kita sudah menikah, acara pernikahan kita sangat meriah, sangat lancar, sangat banyak teman dan saudara yang datang. Hari pernikahan itu, kamu adalah pengantin yang paling cantik, kenapa kamu bisa lupa?"

Maira tiba-tiba menangis kuat, seperti anak-anak yang melakukan kesalahan meraung, "Hua.....Aku salah Tanu, aku tidak sengaja menusukmu, aku bukan......"

"Bicara apa dasar bodoh, kamu kapan menusukku? Aku kan masih baik-baik disini?"

Maira mengedipkan matanya, dengan curiga melihat dadanya, "Iyaya, kamu kan baik-baik saja, aku tidak ada menusukmu, aku tidak ada, xixixi, Tanu, apa aku bermimpi buruk?"

"Iya, kamu bermimpi buruk, sudah bangun mimpinya sudah berlalu, lebih tidak mungkin menjadi kenyataan."

"Yang benar Tanu, jangan membohongiku......"

Tanu setengah berlutut dilantai, sambil menggenggam tangannya, pelan-pelan berbisik di telinganya, "Mana mungkin aku membohongimu, yang aku bilang semuanya benar."

Akhirnya Maira tersenyum, "Ehn, aku hanya mempercayaimu, aku tidak percaya dengan perkataan orang, mereka semua orang jahat."

"Pintar, sekarang tidur yang nyenyak, aku disini menemanimu, oke?"

"Oke, aku benar-benar sangat ngantuk, tapi ada orang jahat, aku tidak berani tidur, sekarang bisa tidur dengan nyenyak."

Tanu menghapus air matanya, "Ehn, tidurlah."

Maira beberapa kali meringis, menangis dan tertawa, tidak lama, dia kembali tenang, juga dengan cepat masuk ke alam mimpi.

Nagita dengan tergesa-gesa bertanya: "Dokter Zhang, kondisi Maira apa akan ada perubahan baik?"

"Semuanya ada kemungkinan, yang penting dia menerima pengobatan dengan baik, dilihat kondisi sekarang ini, hanya tuan muda Dibyo yang bisa menenangkannya."

Nagita dan Rama saling melihat, tampaknya mereka tidak bisa tidak menerima saran keluarga Dibyo.

"Ciputra, nanti sore ada waktu?" Rama bertanya.

"Ada, ada perintah?"

Walaupun Rama sangat tidak ingin, tapi juga terpaksa melakukannya, dia berkata: "Aku tau tujuan kalian, lain kali tidak perlu berpura-pura dihadapanku, aku kalau bukan demi putriku.......huh, sore nanti datang ke kantorku, kita coba diskusikan bagaimana bisa menaikkan harga saham Blue City Internasional."

Senyuman Elsa juga sangat kaku, juga ada sedikit rasa malu.

Ciputra mengangguk, lalu menggenggam tangan Rama, terlalu senang, "Rama, kedepannya kita adalah satu keluarga, keluarga Dibyo dengan keluarga Atmaja, senang susah kita lewati bersama, sama-sama maju."

Novel Terkait

Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu