Cinta Pada Istri Urakan - Bab 506 Lebih Kecil 7 Tahun Darinya

Anna merasa bersalah, tidak berani menatap tatapan anaknya, tertawa, "Gavin, kak Farah-mu besok sudah mau pulang ke Hainan, makan bersama ini anggap sebagai perpisahan."

Momo begitu melihat Gavin matanya langsung berbinar, tatapan memuja itu seperti akan naik ke langit, siapapun bisa melihatnya.

"Paman muda, kamu sudah datang, kami juga baru sampai, cepat duduk, duduk disini."

Gavin: "......" Bisa datang menyapa saja lalu langsung pergi tidak?

"Ayo duduklah." Momo menarik lengannya, mendudukkannya di kursi, "Kudengar kamuu juga suka makan makanan disini, aku belum pernah makan."

Gavin tidak bersuara, di hadapan orang luar, dia hanya tidak mau memalukan Anna.

Orang sudah datang semua, sayur juga, Aswina sebagai saksi perjodohan kali ini, berkata: "Farah, kondisi Gavin kamu juga harusnya sudah mengerti, kami juga sangat mengerti Momo, karena memang semua orang bersedia duduk disini, maka menjelaskan kalau kalian sangat tulus terhadap pertemuan ini."

Gavin meminum tehnya, otaknya sedang berpikir, harus bagaimana menolak agar membuat mereka semua putus asa, juga tanpa merusak pertemanan keluarga Pradipta dan keluarga Motar.

Aswina: "Menurutku, Gavin memang lebih tua dari Momo, tapi Farah, orang yang lebih tua lebih mengerti menjaga orang, bagaimana menurutmu?"

Farah tersenyum dan berkata: "Pak Ren (Ayah Almora Ren) kami lebih tua 18 tahun dariku, memanjakanku seperti anak perempuan separuh hidup ini, mana mungkin aku keberatan karena Gavin lebih tua? Apalagi, Gavin tampak seperti berumur 20 tahun, kedua orang ini berdiri bersama cocok sekali."

Anna: "Benar, benar, kalau Momo bisa masuk ke keluarga Pradipta, aku pasti akan menyayanginya, tidak akan membuatnya kesulitan."

Momo menggigit sumpit, diam-diam melirik Gavin yang duduk di depan, matanya penuh dengan memuja dan kagum, kesukaan ini, membuatnya sedikitpun tidak keberatan dengan masa lalu Gavin, bahkan, tidak keberatan kalau hatinya masih ada orang lain,

Dia juga sudah bertemu dengan mantan istrinya, nama wanita itu adalah Laras, Laras memang sangat cantik, tapi dia juga tidak lebih buruk dari Laras, dia lebih muda dari Laras, tidak ada anak, dia optimis bisa merebut Gavin dari Laras.

Yang paling penting, Gavin tidak pernah menolaknya, dia merasa, Gavin mempunyai perasaan yang baik terhadapnya.

Anna menggunakan sikunya menyenggol anaknya, mengejek, "Kamu jangan begitu dingin terhadap Momo, lihat Momo, senyumannya begitu cantik, kamu seorang pria, jangan sampai menyuruh seorang gadis yang mengejarmu duluan."

Wajah Momo malu langsung memindahkan tatapannya, tapi juga tidak bisa menahan lalu melihatnya diam-diam lagi, pandangannya sungguh tidak bisa mengabaikan Gavin.

Gavin sudah tidak bisa tahan, baru saja akan mulai berbicara, tapi malah terdengar suara pelayan dari luar, "Nona Atmaja, maaf membuat anda lama menunggu, ini adalah makanan anda."

Nona Atmaja? Gavin langsung mengedarkan pandangannya, jatuh pada punggung belakang yang ada di meja terdekat.

Sandaran kursi sofa itu ada setinggi setengah tinggi manusia, kalau duduk tidak bisa melihat orang yang di belakang meja, kalau berdiri bisa dilihat.

Gavin terdiam melihat punggung itu, hanya melihatnya menerima kantong dari pelayan, dengan rendah hati berkata: "Tidak apa-apa, terimakasih."

Saat wanita itu memutarkan badannya, Gavin tanpa sadar berdiri, "Laras......"

Anna mengangkat kepalanya, Momo juga memutarkan kepalanya, semua orang yang dia di meja bia melihat Laras, wajah mereka juga sangat terkejut.

Wajah Laras malah sangat tenang, seperti tidak ada apa-apa berjalan ke pintu depan.

"Laras," Gavin melangkah langsung menahan tangannya, dengan panik menjelaskan, "Bukan seperti yang kamu lihat."

Laras mundur selangkah, jelas sekali ingin menjaga jarak dengannya, "Jendral Pradipta," Nada bicaranya sangat dingin, matanya dapat dilihat keasingan, "Tolong hargai saya."

Gavin masih menariknya, "Aku bisa menjelaskan."

"Tidak perlu." Laras melihat orang yang dibelakangnya, tatapan tajam Anna seperti menyalahkannya merusak hal baiknya, tatapan yang Aswina hindari adalah kecanggungan, tatapan Farah adalah penasaran, sedangan Almora......

Almora baru berumur 19 tahun, lebih kecil 7 tahun daripadanya, 7 tahun, dia bisa merasakan dengan jelas aura muda yang dikeluarkan tubuh Almora seberapa tidak terkalahkan, tidak perlu menggunakan makeup juga bisa mempesona orang lain, sedangkan dia, tidak memoles sedikit lipstick saja tidak berani keluar, takut wajah pucatnya akan menakuti orang lain.

Almora adalah gadis muda masa kini, dia sendiri adalah mama single yang membawa 2 orang anak, bagaimana bisa dibandingkan dengannya?

Tatapan dingin Laras memandang mereka satu per satu, terakhir jatuh pada wajah Anna.

Anna yang dia lihat merasa tidak senang, "Apa lihat-lihat?! Bersembunyi dibelakang diam-diam mendengar percakapan orang seperti ini, hanya kamu yang berani melakukannya."

Laras tidak ingin ribut dengannya, karena luka yang Anna berikan padanya, membuatnya menjadi lebih kuat, hanya satu ini, dia sangat keberatan.

Itu adalah---

"Nyonya Pradipta, tolong diingat, kedua anakku, ada nama ada marga, bukan anak haram."

Tatapan Anna menghindar, dia merasa bersalah sampai tidak berani melihatnya.

Tangan Laras dengan kuat terhentak, langsung membuat genggaman Gavin terlepas, memperingati: "Kalau kamu ikut aku lagi, aku akan membawa anak-anak pergi dari sini selamanya."

"......" Perkataan yang ingin Gavin jelaskan bulat-bulat dia telan masuk kedalam perut.

Laras membawa kantong plastik pergi dari restoran, Gavin menunggu 2 detik, juga ikut keluar.

"Gavin, kamu duduk," ucap Anna dengan marah, "kamu berani mengejarnya, maka kamu tidak hormati mamamu ini."

Gavin membalik, matanya gelap, berkata pada semua orang: “Aku datang kesini untuk menemani mamaku makan, aku tidak tau ada maksud perjodohan ini."

Lalu dia beputar melihat Anna, dengan dingin berkata: "Kedua anak itu adalah cucu kandungmu, bukan anak haram, kamu memarahi mereka, sama saja dengan memarahiku."

Anna bagaimanapun tidak mau percaya, "Sudahlah, sebelum dia pergi sama sekali tidak hamil, intinya aku tidak akan menerima anak, tidak akan menerima Laras, ada dia maka tidak ada aku, ada aku maka tidak ada dia."

Bibir Gavin tiba-tiba terangkat, dia tersenyum dingin, "Ma, aku tidak apa-apa, hanya saja kamu jangan menyesal."

Setelahnya dia tidak berhenti, langsung melangkah besar mengejar.

Anna sangat marah dan juga merasa malu, "Gavin, Gavin......" Dia marah sampai dengan kepalannya memukul meja, "Anak durhaka ini, bikin aku marah saja."

Almora juga mengejar keluar.

Gavin berlari dari pintu restoran, melihat Laras sudah di sebrang jalan, dia mau pergi naik kereta bawah tanah.

"Eh......Paman muda jangan kesana, lampu merah." Almora berjalan ke jalan, mencoba menahan Gavin.

Tapi, Gavin tidak tertahan, dia sendiri malah terjatuh, lututnya dengan keras menghantam aspal.

"Ah, Paman muda,,,,,," Rasa sakit yang datang dari lututnya, sakit dan memalukan, dia langsung menangis.

Mobil yang lewat satu per satu dengan cepat melintasi jalan, Gavin ingin kesana juga tidak bisa, berputar melihat Momo yang terjatuh, dia dengan tak berdaya menghembuskan nafasnya, hanya bisa membantunya berdiri.

Gambaran ini, Laras yang sedang di sebrang jalan, melihat dengan jelas.

Novel Terkait

Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu