Cinta Pada Istri Urakan - Bab 994 Masih Harus Bersabar

Baru saja duduk, Laras langsung mendengar ceramahan dari Jordan seperti ayah tua. Selain merasa senang untuk Darius dan Jenny, dia juga sangat mengagumi kelompok mereka, termasuk dirinya sendiri, juga istri Jordan yang tidak dikenal.

Meskipun Gavin tidak mengatakan apa-apa dari mulutnya, tapi tatapan selembut air saat melihat Laras mewakili segalanya.

Dulunya ia merupakan pria yang betapa serius dan blak-blakan, tatapannya tajam, para rekan bahkan takut untuk bertatapan dengannya, dewa berparas hitam dan penjelmaan setan ialah sebutannya. Siapa duga, pada akhirnya dia malah dijinakkan oleh wanita lemah seperti Laras, menjadi taat dan patuh, bahkan menunjukkan tatapan yang penuh cinta dan kasih sewaktu-waktu.

"Karena kamu yang mengajakku bergabung, bolehkah aku minum?"

“Jangan minum terlalu banyak.”

Dengan izin Gavin, Laras langsung membuka sekaleng bir, berkata: "Selamat untuk kalian berdua, semoga kalian selalu bahagia, bersama hingga tua."

“Terima kasih.” Sahut Darius dan Jenny serempak.

Laras bertanya kepada mereka dengan penasaran, "Kenapa kalian tiba-tiba libur?" Dia menoleh ke Gavin, "Bolehkah aku menanyakan persoalan ini?"

Gavin tersenyum, merentangkan tangannya yang panjang dan secara alami merangkulkannya di pundak Laras, menjawab, "Tidak."

Laras mengeroncongkan mulut, tetapi dia tidak benaran marah. "Okedeh, kalau begitu aku tidak akan menanyakannya. Sangat jarang kamu mau membawa kami keluar untuk wisata. Aku pasti akan menghargainya dengan baik."

Gavin bertanya: “Bagaimana dengan Manda?”

Saat menerima panggilan telepon, Laras baru keluar dari rumah sakit. Dia datang langsung dari rumah sakit ke sini. Dia sudah tahu apa yang terjadi tadi malam. Baik Sandra maupun Ariel, ataupun Luci, semua dari mereka dimarahinya hingga mampus.

“Dia baru bangun sebelum aku meninggalkannya, tes darah mengkonfirmasi bahwa dia memang diracuni, abang ingin pergi memukul Ariel, tapi dihentikan oleh kami.” Otak cerdas Laras berputar, bertanya dengan curiga, “Apakah liburan kalian berkaitan dengan masalah ini? "

Terlihat Gavin meminum seteguk bir dengan wajah yang tampak tidak senang, Hendro juga kelihatan sedikit jengkel, sedangkan Darius dan Jenny hanya menghelakan nafas.

"Pada berekspresi apa ini, bisakah bersikap lebih profesional? Sikap kalian dengan mudah tertebak olehku bahwa aksi kalian telah menimbulkan kewaspadaan target."

Gavin “… …”

Serta yang lainnya: “… …”

Melihat wajah pasrah mereka masing-masing, Laras kiranya sudah bisa menyimpulkan, "Jangan-jangan apa yang kuduga benar? … … Jadi abang masih harus bersabar, walau tahu bahwa mereka ingin mencelakai Manda, dia tetap harus menjaga hubungan baik dengan mereka, benar?"

Menghadapi masalah ini, Gavin juga amat tak berdaya,

Suasana terasa tegang, terkadang kamu terpaksa membuat konsesi untuk menjaga situasi keseluruhan. Mereka juga sangat tidak berdaya.

"Kalau begitu apakah kalian pernah berpikir, jika Luci Luna tidak dalam situasi khusus, maka akan terjadi sesuatu pada Manda tadi malam. Bagi seorang wanita, hal semacam ini adalah peristiwa besar yang menghancurkan hidup. Bahkan jika kalian merasa omonganku terlalu banyak, aku tetap harus mengatakannya. Apakah kalian tidak merasa bahwa rencana kalian dicurigai membiarkan mereka melakukan kejahatan? Apakah harus menunggu sesuatu terjadi baru bisa menangkap mereka?"

Gavin memijat bahu Laras agar kemarahannya mereda, "Tidak akan terjadi apa-apa, kami punya rencana kami, tetapi kami tidak bisa memberi tahumu."

Gavin tahu bahwa posisi Manda dalam hati Laras amat penting, walau dia yang biasanya blak-blakkan bisa bergaul dengan siapa pun, tetapi tidak banyak teman yang benar-benar dapat masuk ke dalam hatinya. Dia dan Manda tumbuh bersama sejak usia dini, perasaan itu tidak tertandingi oleh siapa pun. Terkadang dia lebih cemas saat Manda mengalami kesulitan daripada saat dirinya mengalami kesulitan. Bahkan terkadang Gavin juga harus mundur dari barisan prioritasnya.

Jadi, Gavin sepenuhnya bisa memahami kecemasan dan kemarahan Laras.

Suasana semakin menegang, seolah-olah atmosfer di sekitar mengembun. Jelas sedang musim panas, tetapi malah ada kesejukan menyelebungi sekeliling.

Laras memberinya tatapan putih, mengeluh, "Perasaan hanya bisa menebak separuh benar-benar tidak menyenangkan, aku hanya bisa…..." Dia mengubah nada suara, tiba-tiba berkata dengan humor, “Aku hanya bisa makan beberapa tusuk sate lagi agar merasa baikan."

Peralihan topik merenggangkan suasana tegang, semuanya tidak bisa menahan tawa.

Gavin mencubit wajah Laras, tersenyum dengan sangat bahagia, “Kenapa kamu begitu imut?” Kalimat selanjutnya adalah, kenapa aku begitu mencintaimu? Tetapi dia malu untuk mengatakannya, bagaimanapun juga itu tidak cocok dengan citranya di luar.

Laras menghela nafas dengan lidah keluar, melihat Yuni duduk setegak jarum, Laras berdiri dan melambaikan tangan, berkata, "Yuni, ayo pergi pesan makanan, ayo."

Yuni telah lama menantikan ajakan ini, dia sudah ingin menjauhi meja ini sejak awal. Dia merasa bahkan napas pun terasa tidak normal ketika duduk di meja yang sama dengan Hendro, apalagi makan.

Keduanya datang ke area pemesanan, Laras bertanya pada Yuni, “Apakah kamu merasa canggung?”

“Iya, tahu-tahu aku tidak datang saja, terus bersemunyi di sisi gelap.”

"Kalian tidak pernah berkontak selama ini?"

“Tidak, dia selalu menghindariku, untuk apa aku menemuinya yang hanya akan mengesalkannya?”

Laras menyikunya, “Apakah kamu telah sadar?”

Yuni mengeluh, “Jika tidak sadar, apa yang harus kulakukan? Apa yang kamu katakan benar, dia tidak menyukaiku, bahkan bernapas pun aku dianggap salah.”

“Kalau begitu, apakah mau lanjut makan?”

“Sudah datang, jika pergi sekarang, bukankah akan lebih canggung? Bagaimanapun kedepannya pasti harus bertemu.”

Laras melihatnya dengan suka cita, “Yoh, otak kecil sudah mendapat penerangan ya?”

“Bukan mendapat penerangan, tapi sudah bisa menerima fakta, dia memang tidak suka aku, apa boleh buat? Apakah aku harus memaksanya untuk bertanggung jawab atas ciuman pertamaku yang direnggutnya?”

Laras merangkul bahunya, melihatnya dengan riang, "Tenang, aku akan mengatasi persoalan pasanganmu. Ada beberapa rekan pria lajang di perusahaanku. Mereka semua adalah pria muda yang luar biasa. Cari kesempatan untuk pergi menemui mereka?

Yuni menggelengkan kepala, “Jangan deh.”

“Kenapa jangan, harus!”

“Malu.”

“Apa yang malu? Aku tidak menyuruhmu untuk langsung berpacaran, menikah, berhubungan intim dengan orangnya.”

"... …" Yuni dengan cepat menutup mulut Laras, berpinta, "Kak ipar, aku mohon, bolehkah jangan segitu lantang? Terdengar mereka."

Laras menyeringai, “Makanya kamu jangan menolak, sama-sama orang muda, bergaul dan berteman adalah hal yang sangat normal, makan bareng sekelompok orang, oke?”

Yuni sekedar mengiakannya: “Iya, iya, iya.”

"Perusahaan kami mengadakan pembangunan tim setiap bulan. Lain kali kamu pergi denganku, oke?”

“Iya… …” Sebagai penjaga gelap, dia sebenarnya lebih suka bersembunyi dalam kegelapan untuk melindungi Laras.

Tengah pembicaraan, Laras telah mengambil beberapa tusuk sate, “Bos, semua ini mau dibakar, aku mau pedas, semakin pedas semakin bagus.”

“Tidak masalah, tunggu sebentar, segera selesai.”

Ketika hendak kembali ke tempat duduk, Jenny tiba-tiba kemari, “Laras, bolehkah aku mengobrol denganmu berduaan?”

Yuni secara otomatis kembali ke tempat duduk sendirian, dia berusaha tidak melihat ke arah Hendro, setelah mengobrol dengan Pandu, dia pun merasa lebih nyaman.

Laras agaknya tahu apa yang ingin dikatakan Jenny padanya, dia memberikan senyuman ceria yang tulus, “Kita adalah pesaing tua, jika kamu ingin meminta maaf, tidak usah, aku tidak begitu mempermasalahkan hal-hal itu.”

Novel Terkait

Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu