Cinta Pada Istri Urakan - Bab 1025

Bulan Oktober telah berlalu, suhu pun turun secara drastis, kondisi yang hangat juga datang lebih awal sesuai harapan semua orang.

Nana jongkok didepan mesin pemanas, sambil meneliti dan berkata “Kakek, kemarin pipa tersebut mengeluarkan suara gemercik, hari ini suhu pun menjadi hangat, kenapa ini bisa terjadi?”

Baru saja Allan ingin menjawab, Bobi merebutnya dan berkata “Didalam pipa tersebut adalah air panas bodoh, begitu air panas lewat, bukankah air menjadi hangat?”

Nana mengerutkan mulutnya serta merasa tidak adil dan berkata “Huff, kamu kembali menyebutku bodoh, aku akan memberitahukan kepada ayah, sebelumnya ayah berkata bahwa aku adalah gadis yang pintar, bukan bodoh.”

Bobi : “Yang penting, tidak sepintar diriku.”

Nana kembali mengerutkan wajahnya dan menjatuhkan diri ke pelukan Allan dan meminta dukungan dari kakek sambil berkata “Kakek, kakak kembali menyebutku bodoh, apakah aku seorang yang bodoh?”

Cucu perempuan kecil yang manis seperti boneka, ucapan mulut yang manis, Allan sangat menyukainya, biasanya ia lebih memanjakan cucu perempuannya tersebut, melihat cucu perempuannya meminta bantuan dengan ekspresi sedih, maka dia pasti akan membantu.

“Cucuku Nana bukanlah orang yang bodoh, kakak tidak boleh mengatakannya sembarangan, apakah orang yang bodoh bisa menjadi pembawa acara dan berbicara dengan lancar diatas panggung? Nana juga mendapatkan penghargaan mikrofon emas, apakah kamu punya?”

Bobi menunjukkan lidahnya dan menyatakan jijik serta berkata “Kalau begitu aku punya sabuk biru taekwondo”

Allan dengan santainya dan tertawa, berdialog dengan anak kecil, hal ini membuat senang sekali, “Hei, apakah itu bisa dibandingkan? Kalau begitu, kenapa kamu tidak membandingkan dirimu dengan kemampuan ayahmu dalam menembak?”

Bobi : “Aku tidak mau membandingkan dengan ayah, kalau mau membandingkan harus dengan yang seukuran, bukankah dirumah hanya adik yang sebanding denganku?”

Nana : “Sembarangan, aku lahir lebih telat lima menit, tidak sama dengan kamu.”

Bobi : “Perbedaan hingga satu tahun baru tidak seimbang, hanya berbeda lima menit tetaplah sama dan seimbang.”

Nana tidak puas, dia mengangkat rok dan kakinya sambil berkata “kalau begitu, coba bandingkan siapa yang split paling benar.”

Bobi juga tidak ambigu, dia langsung berpisah, dia bersikeras ingin membandingkan diri dengan adiknya untuk melihat siapa yang lebih hebat.

Mereka satunya belajar tentang menari, satunya lagi berlatih taekwondo, perbedaan itu semuanya adalah keterampilan dasar, kedua kaki itu diluruskan dan tidak ada yang lebih baik.

Allan selaku orang tua, melihat kedua cucu laki-laki dan perempuannya meregangkan kaki, sambil melihat, kakinya yang sudah tua pun kembali sakit, “Sudah sudah, jangan mencederai kedua kaki dengan split, ayo bangun, ayo bangun.”

Anna terus memperhatikan, kali ini ia sudah tidak sabar untuk berbicara, “Melihat bagaimana kamu memanjakan anak kecil, apakah kamu tega mengirim mereka ke asrama di sekolah? Sekarang kamu bersikeras untuk mengirim keduanya ke sana, jangan nantinya ketika anak laki-lakimu menyetujui untuk mengirim kedua anak tersebut ke sana, kamu juga yang meminta anak laki-lakimu untuk membawa mereka pulang.”

Allan masih keras kepala sambil berkata, “Omong Kosong.”

Anna : “Bagaimana bisa omong kosong? Apakah kamu tega membiarkan mereka hidup dalam kesulitan? Apakah kamu tega untuk membiarkan kedua cucumu hidup dalam kesulitan yang dialami Gavin ketika masih kecil? Anak yang masih begitu kecil, ketika tidak bisa menemui saudaranya, menangis di kasur sepanjang malam, tidur yang tidak nyaman, sistem imunitas akan menurun, sistem imunitas yang menurun akan memudahkan ia sakit, bagaimana nantinya, apakah kamu tega?”

“……” Allan terdiam, mengangkat kedua cucu laki-laki dan perempuannya dengan senyap, ia sudah tua, ia hanya ingin anak-anaknya berada di sekelilingnya, tidak tega melihat mereka mengalami kesulitan.

“Lagipula, ketika besar anak juga akan meningalkan kita semakin jauh, hanya sekaranglah waktu kita untuk lebih dekat dengan mereka, ketika kecil Gavin juga kamu kirim ke sana, itu karena nenek tidak hanya punya satu cucu laki-laki, nenek hanya ingin Gavin saja, juga tidak setuju.”

“Sekarang sudah tidak sama dengan dulu lagi, kebijakan juga sudah berubah, jangan seperti kayu tua membiarkan anak cucu tidak bahagia, bisakah?”

Allan bergumam, melihat kedua anak tersebut bermain dengan seru dan bahagia, kemauan yang keras dari dalam diri mulai bergetar sedikit.

--

Sejak kemarin Yuni memutuskan untuk mencurahkan isi hati, Hendro terus menunggu panggilan telpon darinya, dirinya seperti tanpa jiwa, bahkan hanya mengadakan meeting kecil saja bisa muncul permasalahan data yang tidak siap dan cukup.

Gavin melototi matanya, dengan kedua matanya yang seperti ingin memakannya sambil bertanya – Apakah kamu tidak membawa otak?

Setelah meeting selesai, bos pun pergi, beberapa rekan kerja mulai mengangguinya.

Sonny menatapanya dengan curiga, “Apakah matahari sudah terbit dari barat? Hendro, Ini bukan kamu biasanya.”

Weiner yang baru saja menikah, “seperti sakit pikiran, hahaha.”

Tanpa terpikirkan, candaan Weiner membuat Hendro terdiam sebentar tanpa bisa menyembunyikan kejutannya. “Apa… Sakit Pikiran apaan, tidak ada masalah.”

Ekspresi tersebut sangat hebat, nadanya berbeda tidak seperti biasanya dimana Hendro tenang dan misterius.

Weiner tersenyum dan menyandarkan diri ke bahu Hendro, sambil mengejek dan berkata “Sepertinya memang ada masalah nih, buruan diomongin, sejak kapan kamu seperti kayu yang tidak bersuara?”

Jino juga ikutan meramaikan suasana sambil berkata “Tim baru saja kedatangan sepuluh tambahan wanita, semuanya sempurna, jangan jangan…..”

“Jangan sembarangan.” Hendro segera menyangkalnya dengan wajah yang sudah memerah.

Ekpresi ini sangatlah hebat, Weiner dan Sonny masuk bersamaan dengannya, bersama dengan ketua selama dua puluh tahun, lebih lama dekat dengannya daripada dengan saudara sendiri, hubungan juga sangat erat, mereka sama sekali tidak pernah melihat ekspresi begitu darinya, wajahnya terlihat pemalu seperti Gadis kecil yang muncul didepannya, begitu lucu.

Hendro terlihat ingin melarikan diri, Weiner dan Sonny saling mengedipkan mata dan menjebaknya dari kedua sisi sambil berkata, “Jangan kabur, ayo sampaikan, kami saudaramu akan membantumu memberikan saran.”

“Siapa yang ingin ide buruk dari kalian?“

Weiner : “Buruan sampaikan, apakah kita saling kenal kalau kamu begini?”

Sonny : “Itu tidak perlu ditanyakan lagi. Kita pasti saling kenal, Dia seharian disini dari pagi hingga malam, seperti seorang yang gila kerja, tidak ada waktu luang selain kerja.”

Weiner : “Itu Siapa? Gadis pendiam itu?”

Sonny : “Tahun lalu dia sudah ditolak olehnya, sepertinya tidak mungkin.”

Weiner adalah orang yang tidak sabaran, tidak mendapatkan jawaban, dia dengan tergesa-gesanya berkata, “Jadi siapa? Bukan anggota baru, bukan Yuni, apakah ketua? Hahaha.”

Hendro dengan emosinya melepaskan tangan keduanya dan bergegas pergi.

Weiner mengejarnya dan berkata “Hey, ayo kita bicarakan, kita juga saling bersaudara, kuberi kamu nasehat.”

Hendro mempercepat langkahnya dan kemudian berlari.

Weiner : “Eh, sudah malu? Hahah, Ndro, ternyata kamu juga bisa seperti ini.”

Hendro kembali ke kantornya, bingung dan gelisah karena telah mempengaruhi pekerjaannya dan ini adalah kejadian yang pertama kali dalam karirnya.

Dengan ragunya, akhirnya dia mengeluarkan handphonenya kemudian menekan logo avatar didalamnya, terus mengusap-usap..

Hingga akhirnya, dia mengirimkan pesan singkat berbunyi “Apakah Sabtu ini ada waktu?”

Hari Sabtu adalah hari istirahatnya ketua, biasanya ketika beristirahat ketua akan menemani istri dan anaknya, kalau begitu, Yuni juga tidak akan disamping istri ketua sehingga Yuni punya kesempatan untuk keluar.

Dengan cepatnya, Yuni menjawab – “Ada.”

Ekspresi kebahagiaannya, tidak sabar menunggu datangnya hari Sabtu, karena akan langsung bertemu dengannya.

Didalam kantor, Hendro senyum sendiri dengan handphonenya, dia sepertinya sudah bersemangat lagi, dugaan Weiner benar yaitu seperti Kayu Mati yang bersemi kembali.

Novel Terkait

Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu