Cinta Pada Istri Urakan - Bab 349 Kejar Dan Dapat, Lalu Tidak Menghargai

"Mengapa kamu tidak datang kepadanya untuk mohon maaf? Bukankah dia pacarmu?" Nada bicara Tanu seperti cemburu, tetapi juga dengan provokatif.

Setelah melihat Rendra pergi, Manda akhirnya mengambil kembali pandangan matanya dan berbalik.

"Jangan melibatkan dia dalam masalah ini." Dia memperingatkannya.

"?" Tanu menatapnya dengan tidak jelas.

Manda berkata dengan serius, "tutup mulut saja, kapan aku membutuhkanmu untuk mengatur urusanku?"

Tanu mengangguk dengan bijak, diam-diam senang.

Dia berpikir: jurus pamungkasku belum semua keluar, jadi, kamu, Rendra, sudah mundur? Membosankan donk.

Mata Manda memerah lagi, matanya penuh air mata, dan ekspresinya kusut. Sejujurnya, Tanu juga tertekan oleh penampilannya.

"Ya, aku tidak akan memaksamu lagi, oke kan?" Hati Tanu melunak sesaat.

Manda terkejut. Dia dengan cepat mengumpulkan air matanya dan mengeluarkan dokumen dari tasnya.

“bolpoinnya? Orang kaya pergi keluar tentu saja tidak bawa bolpoin. "

Manda mengangguk dan dengan cepat membalik tas untuk mengambil pena. "Ini."

Tanu mengambil pena, ragu-ragu sejenak, berjuang untuk menatap Manda, tidak mengatakan sepatah kata pun, menundukkan kepalanya, dan menandatangani namanya di bawah surat perjanjian perceraian.

Di hadapan air matanya, dia tidak bisa kejam.

Ketika dia selesai, Tanu menutup perjanjian dan menatap Manda dengan tegas. "Manda, tidak peduli siapa yang aku lawan, aku tidak akan melukaimu. Aku akan membuatmu menikah denganku sukarela."

Kali ini, Manda tidak membalas kata-kata pria itu lagi. Pertama, karena kerja samanya, kedua, dia melihat dirinya seperti Tanu, gigih untuk mengejar cinta dan tidak pernah menoleh ke belakang.

Pada saat ini, dia hanya ingin mengatakan kepada Tanu bahwa cinta tapi tidak bisa bersama lebih menyakitkan daripada tidak bisa mendapatkan yang dicintai.

Pada saat ini, Rendra tiba-tiba berbalik.

Berdiri di pintu, ia melihat mata Manda dan Tanu cukup penuh kepedulian, dan matanya seakan terbakar.

"Manda," dia sangat marah sehingga dia tidak bisa mempertahankan citra tenangnya seperti biasanya. Dia pergi ke meja mereka berdua dan memegang pergelangan tangan Manda. "Apa yang kamu lakukan di sini bersamanya?"

Manda tidak menyangka bahwa dia begini menggunakan tenaga. Tiba-tiba, Rendra menariknya dan secara tidak sengaja menabrakkan lutut Manda di sudut meja.

Wanita itu membuat suara meredam kesakitan, seperti sama menyakitkannya dengan patah tulang.

"Kamu..."

"Kenapa kamu menariknya ?!" Kata-kata Rendra belum mulai sudah diserobot oleh Tanu. Dia secara paksa meraih pergelangan tangan Manda dari tangan Rendra, menekannya untuk duduk di kursi, dan kemudian menutupi lututnya yang terkena dengan telapak tangannya dan menggosoknya dengan lembut.

Manda terkejut. Dia mencoba menghindari kekhawatiran Tanu dengan menggerakkan lututnya, tetapi Tanu memelototinya. "Duduk diam. Kalau tidak terbentur meja kayu keras begini bisa memar!"

"..." Manda menatap sekilas Rendra dengan bingung. Manda ingin melihatnya, tetapi tidak berani melihatnya.

Rendra berdiri di sampingnya seperti orang luar. Dia adalah pacar Manda, tapi dia dikecualikan seperti pihak ketiga.

Dia tidak bisa tidak memikirkan Tanu yang menghalau pisau untuknya dan pertemuan ambigu mereka, malam sebelum pernikahan Dibyo Atmaja.

Pada saat itu, dia mengatakan itu hanya pertemuan biasa, karena dia tidak ingin dirinya berpikir banyak dan tidak memberitahunya.

Tapi dipikirkan kembali, bukankah itu selingkuh?

Dia jauh lebih tua dari Manda, Manda kadang-kadang ada ngambek dan sangat ribut, dia dapat mentolerirnya tanpa batas, tetapi tanpa diduga, apa yang dia toleransi dan kompromikan masih tidak cukup membuatnya puas.

Saat hubungannya sangat damai dengannya, perselingkuhannya bisa dianggap sebagai dusta putih. Tapi sekarang, Rendra berpikir dia benar-benar bodoh.

***(dusta putih = bohong karena hanya tidak ingin menimbulkan ksesalahpahaman)***

Ada dokumen di atas meja. Dia menunduk dan melihat bahwa judul "perjanjian perceraian" masuk ke matanya.

Rendra tersenyum pahit. "ternyata ingin bercerai ya, dia bercerai, ada hubungan apa denganmu?..... Oh, harusnya, bukan karena kamu dia jadi ingin bercerai kan?"

Hati Manda sangat pahit. Dia menggigit bibirnya dan tidak bisa menjelaskan.

Tanu melihat penampilan Manda yang maju kena mundur kena serta menyakitkan, dia berdiri lagi, "ngomong apa? Jangan karena mabuk ngomong sembarangan!"

Rendra menatap Tanu, dan semua kemarahan mengalir kepadanya.

Kedua lelaki itu, yang sama-sama cemburu, berdiri bersamaan, dan situasi tegang tersulut karena sentuhan satu sama lain.

Manda tidak bisa duduk tenang, dia berdiri dan maju di tengah-tengah kedua pria itu. "Kalian berhenti membuat masalah."

Dia dengan cepat mengemasi kertas-kertas di atas meja, memasukkannya ke dalam tasnya dan berkata kepada Tanu, "Sampai jumpa di pengadilan besok. aku harap kamu setuju untuk menjadi saksi sesuai dengan isi perjanjian ini. kamu tidak boleh menyesal . "

"Aku akan melakukan apa yang aku janjikan padamu."

Manda menatap Rendra lagi, dan suaranya sedikit bersalah, "kita..... ke tempat lain untuk bicara?"

Rendra menarik napas dalam-dalam. Dia ingin mendengar penjelasannya lagi. "Oke."

Manda membawa ranselnya di punggungnya dan mengambil inisiatif untuk memegang lengannya. Mata marah Rendra tiba-tiba menjadi lembut. Mata mabuk yang penuh dengan perasaan lembut.

Di taman kecil di sebelah perpustakaan, mereka menemukan kursi kayu dan duduk.

Di depan adalah pemandangan danau. Di musim hangat, ini adalah tempat yang baik bagi warga sekitar untuk berjalan-jalan santai.

sayang sekali hari ini sangat dingin. Orang-orang yang duduk di sini hanya orang asing.

"Tanu dan Maira akan bercerai?"

"Um."

"Lalu mengapa kamu berbicara dengannya? Bagaimana dengan ibumu?"

"Perjanjian perceraian dari keluarga Dibyo tidak baik untuk kak Maira. Aku membuat yang baru untuk memastikan bahwa keluarga Dibyo tidak dapat merampas saham kak Maira setelah perceraian mereka. Ibuku tidak dalam kesehatan yang baik. Dia akan beristirahat di rumah. "

Rendra menatapnya, tetapi dia telah melihat ke bawah, "Manda, kamu lihat aku."

Manda mengangkat kepalanya sedikit, tetapi masih tidak berani menatapnya. Dia hanya melihat danau kecil di depannya.

"Apakah dia ada permintaan yang keterlaluan?"

"..." Hati Manda bergetar, tapi bagaimana dia bisa bicara? Mengatakan Tanu ingin menceraikan dan menikahinya, maka Rendra akan mencari Tanu dan memberinya pelajaran ?! Tidak, tidak, jangan libatkan dia.

"Kamu terlihat seperti kamu benar-benar? Apakah kamu memiliki sesuatu untuk disembunyikan dari aku?"

"..." Manda semakin mempererat bibirnya.

Rendra tersenyum sebentar dan bertanya, "Manda, apakah kamu begitu menarik? Kamu sudah berubah, apa kamu tahu? Aku bahkan tidak mengenal kamu!"

"Dan apakah kamu pernah benar-benar mengenal aku?" Manda tiba-tiba bertanya, "Bukannya aku sudah berubah, itu karena kamu tidak mengenal aku. Lebih jelas lagi, kita kenal juga belum lama kan, betul tidak?"

"Ke, nal, be, lum, la, ma........?" Rendra mengulangi kata-katanya kata demi kata.

Lalu, dia bertanya, "tidak masalah kamu bilang kenal belum lama, nanti bisa pelan-pelan memahami kan?"

"..."

"Manda, kenapa kamu bisa begini, kamu kenapa.....sudah kejar dan mendapatkan aku, jadi tidak menghargai aku?"

"..."

Dalam angin dingin, Rendra seperti anak kecil yang tak berdaya. Bahkan jika lidahnya terikat oleh hawa dingin, dia juga ingin menemukan jalan untuk dirinya sendiri.

Dan Manda, melihat situasi di depannya, memikirkan kata-kata Marsel, dan kemudian memikirkan tentang sikap dan wajah kedua nyonya di keluarga Pradipta. Dia berpikir bahwa dia tidak perlu mengatakan apa-apa lagi. Dia dan Rendra, sudah cukup sampai sini.

Novel Terkait

This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu