Cinta Pada Istri Urakan - Bab 809 Nenek Dan Cucu Bertemu

Operasi Morales berjalan dengan lancar, tetapi demi pemulihannya, dia masih tinggal di ruang perawatan intensif dan akan diamati selama 24 jam.

Eli memasak bubur putih di rumah dan membawanya ke rumah sakit, lalu dia menyuapnya sedikit demi sedikit.

Morales masih sangat lemah, setelah operasi besar itu, dia terluka parah.

"Dokter berkata bahwa sekarang kamu hanya bisa makan makanan yang tidak mengandung banyak perasa. Nanti setelah pulang dari rumah sakit, aku akan membuatkan sup yang bergizi untukmu."

Bahkan walaupun Morales memakan buburnya hanya sedikit, namun baginya itu sudah terasa sangat lezat. Dia menatap istrinya dalam-dalam dan mengucapkan terima kasih: "Ini sangat enak, terima kasih."

"Untuk apa berterima kasih, selama beberapa tahun ini kamulah yang telah merawatku. Aku tidak tahu bagaimana cara merawatmu, untung saja kamu tidak meninggalkanku."

Morales merasa sangat tersentuh, sudut matanya mulai berkaca-kaca.

Perawat itu mengingatkannya, "Tuan Morales, jangan terlalu bersemangat, tekanan darahmu akan naik dengan cepat jika kamu terlalu bersemangat."

Eli dengan cepat menenangkan: "Tariklah napas dalam-dalam, jangan khawatir."

Morales bercanda, "Kakak perawat, setiap kali aku melihat istriku, aku tidak bisa menahan hatiku untuk tidak berdetak kencang."

Perawat itu memandangnya dengan iri dan dengan tulus berkata, "Perasaan kalian terhadap satu sama lain benar-benar membuat semua orang akan merasa iri."

Perlahan, perasaan Morales menjadi tenang, Dia memakan lebih dari setengah mangkuk bubur, dan kondisi mentalnya mulai membaik.

Dia mendesak: "Beristirahat dengan cukup selama beberapa hari ini, jangan selalu datang ke rumah sakit, aku akan baik-baik saja di sini."

Eli: "Tidak masalah, aku pun merasa bosan di rumah sendirian."

Morales: "Dengarlah kata-kataku. Cari saja Rihana untuk menemanimu jika kamu bosan, lagian rumah sakit bukanlah tempat yang baik juga."

Eli: "Iya iya, sudahlah jangan bicara lagi. Aku juga tahu di unit perawatan intensif ini kamu dirawat dengan sangat baik. Kalau begitu aku akan balik ke rumah dan menunggu kabarmu. Aku baru saja pergi ke ruangan dokter, dan dokter mengatakan bahwa sekarang kamu sudah dalam kondisi stabil. Dia juga percaya kamu bisa segera pulang dari rumah sakit. "

Morales tersenyum tipis, "Ya, ketika aku keluar dari rumah sakit nanti, aku masih membutuhkan kamu untuk merawatku. Jadi baik-baiklah mengurus kamu sendiri dulu di rumah."

Eli menganggukkan kepala.

Perawat di samping tampak sangat terperangah. Di jaman kehidupan orang-orang yang sudah penuh nafsu ini, cinta seperti itu sangat jarang bisa ditemukan.

Eli berjalan keluar dari unit perawatan intensif dan berjalan dengan santai. Perawat yang dilewatinya menyapanya dan dia membalas sambil tersenyum.

Di rumah sakit bagian operasi kardiotoraks, kisah cinta Morales dan Eli yang penuh kasih itu menjadi terkenal, mulai dari perawat muda yang baru saja magang, hingga perawat tua yang sudah berusia 60-an dan pensiun di rumah sakit itu pun sangat iri pada Eli.

Morales memang sangat memanjakan dan mencintainya, tetapi dia juga sering tidak bisa merasa tenang karena cintanya ini.

Dia keluar untuk bekerja dan mendirikan sendiri bisnis Tina Jewelry. Perhiasan yang dirancangnya sangat populer dan semakin berkembang. Morales tidak ingin istrinya ada di paling depan, sehingga Eli pun mundur untuk bekerja di belakang layar, dan dia menyerahkan bagian manajemen Tina Jewelry kepada Rihana.

Tidak tahu mengapa, Morales merasa sangat tidak aman. Ketika dia di rumah, jika dia tidak melihat Eli selama lebih dari lima menit, dia pasti akan langsung mencarinya. Jadi, selama Morales berada di rumah, Eli tidak bisa melakukan apa-apa dan hanya berkonsentrasi untuk menemaninya saja.

Rihana sering mengatakan bahwa sikap Morales yang mendominasi itu sangat tidak normal, tetapi Eli tampaknya sudah terbiasa dengan sikapnya itu. Bukankah lebih baik rasa sakit karena terlalu dimanjakan daripada rasa sakit karena ditinggalkan?

Namun, ketika dia berjalan keluar dari rumah sakit, sepertinya semua orang dalam suasana hati yang baik. Dia menghirup udara bebas, dan bahkan pohon mati yang membusuk di kedua sisi jalan, dia tampaknya melihat harapan di musim semi tahun mendatang.

Bahkan dia sendiri pun merasa terkejut karena bisa merasakan kemudahan dan kegembiraan ini.

Semenjak Morales dirawat di rumah sakit, meskipun dia sering menyuruhnya untuk tidak terlalu lelah, tetapi pada kenyataannya, begitu Eli meninggalkan rumah sakit, dia akan terus meneleponnya terus menerus. Jadi dia hanya menemaninya di ruang perawatan untuk menjaganya dan tidak meninggalkannya selangkah pun.

Sekarang dia berbaring di ruang perawatan intensif, kondisinya stabil, ada perawat yang mengawasi selama 24 jam, dan dia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk tidur dan pemulihan kesehatannya. Akhirnya Morales membiarkannya untuk beristrihat di rumah. Ini merupakan suatu kebebasan yang sangat langka didapatkan dan membuatnya seperti gadis kecil yang bahagia karena bisa mengenakan pakaian motif bunga yang disukainya.

Mungkin karena sudah terlalu lama dikekang, Eli tidak pernah menyadari betapa menyenangkannya kebebasan itu.

"Laras, ini aku, mama."

Ini adalah pertama kalinya Eli menghubungi Laras dengan telepon genggamnya, dia sangat bahagia dan tidak khawatir sama sekali. Dan akhirnya dia bisa menghubungi nomor yang sudah sangat familiar di ingatannya itu.

"ma, kamu membuatku sangat terkejut sekaligus bahagia karena meghubungiku."

"mama bisa pergi keluar hari ini, apakah kamu ada waktu? Bisakah aku... bisakah aku bertemu dengan anak-anak itu?"

"Tentu saja bisa, mereka sudah libur musim dingin sekarang."

"Oke, oke, kalau begitu cari tempat yang anak-anakmu sukai."

"Sudah pasti di wahana bermain, mereka tidak mungkin menolak jika diajak ke wahana bermain."

"Baiklah."

Ini adalah pertama kalinya Eli mengambil inisiatif untuk bertemu dengan Laras, tentu saja Laras tidak akan menolak, tapi dia juga tidak lupa akan peringatan yang dikatakan Alvin.

Sehingga dia pun bertanya dengan cemas: "ma, apakah kamu benar-benar bisa keluar? Apakah tidak apa-apa?"

Eli: "Tidak apa-apa, Paman Morales ada di ruang perawatan, dan masih butuh untuk diamati selama beberapa hari, tidak ada gunanya juga jika aku tetap tinggal di rumah sakit."

Laras: "Oh, bagaimana keadaan Paman Morales?"

Eli: "Operasi berjalan lancar dan kondisinya juga sudah stabil."

Laras: "Baiklah, mama juga jangan terlalu khawatir. Mari kita bertemu dan membicarakannya lagi."

Eli: "Baiklah."

Pada sore hari, ketika matahari sejuk, Laras membawa kedua anaknya ke tempat dimana mereka berjanji untuk bertemu.

Ketika Tahun Baru Imlek sudah dekat, lampion merah digantung di kedua sisi jalan. Suasana Tahun Baru Imlek perlahan muncul di pusat perbelanjaan besar dengan lentera digantung mana-mana.

Orang-orang mendorong kereta belanja untuk membeli persediaan di tahun baru, kereta satu persatu berlewatan seolah-olah mereka tidak menginginkan uang.

Eli berdiri di antara orang banyak yang ada di pintu masuk dan keluar, dan juga posisi yang paling mencolok untuk menunggu mereka.

Setelah beberapa saat, Laras datang dengan menggandeng Nana dan juga Bobi. Ketika dia melihat neneknya, kedua anak itu langsung lari dengan gembira dan satu persatu menciumnya.

Eli sangat bersemangat, kedua anak itu lebih ceria dan lucu dibandingkan foto-foto itu. Dia juga sangat tersentuh. Tanpa disangka, pertama kali mereka bertemu, mereka langsung begitu akrab dengannya, bahkan tidak ada perasaan seperti orang asing sedikit pun.

"Eh, eh," Eli berjongkok untuk memeluk mereka, "Apakah kalian mengenal nenek?"

Nana mengangguk dan berkata, "Kenal, mama pernah menunjukkan foto-foto nenek. Nek, ternyata nenek memang secantik yang aku mimpikan."

Jika mulut yang manis, Nana memang ahlinya. Gadis kecil itu mengucapkan kata-kata manis dengan suara yang jernih dan nada suara yang selalu meluluhkan hati para orang-orang tua.

Benar saja, Eli sangat bahagia dan tersenyum lebar. Sudah begitu lama dia tidak pernah merasa sebahagia itu.

Dibandingkan dengan Nana, Bobi jauh lebih jujur. Dia berkata, "Nenek, ini adalah hadiah dari aku dan adikku. Aku harap kamu akan menyukainya."

“Masih ada hadiah?” Eli sangat terkejut, “Terima kasih cucu-cucuku terima kasih.”

Eli sangat tersentuh. Air matanya sudah terjatuh sebelum dia membuka isi hadiahnya.

Novel Terkait

Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu