Cinta Pada Istri Urakan - Bab 385 Itu Bukan Jino !

“Gavin…….”

Gavin tiba-tiba menoleh, “Sudah bangun? Masih tidak nyaman?”

“Apakah aku sudah tertidur lama?”

“Emm, lumayan lama juga, hari sudah mau gelap.”

Laras mengangkat tangan dan merentangkan badannya, badannya terasa nyaman, “Apa kamu sudah makan?”

Gavin menggelengkan kepala, “Makanan hotel tidak enak.”

“Kamu bisa makan di luar.”

“Tidak tahu apakah di sekitar ada restoran atau tidak, aku tidak begitu lapar.” Dia tidak ingin memberitahunya, sebenarnya dia khawatir meninggalkan dia tidur sendirian di hotel, untuk menghindari dia merasa bangga.

Laras duduk, mengelus perutnya, dengan muka tidak bersalah berkata : “ Tapi aku sangat lapar.”

Gavin tertawa sambil mengelus kepalanya,”Ayo, cuci muka dulu, aku bawa kamu keluar.”

“Oh ya.”

Laras benar-benar tersadar, dia menarik tangan Gavin berjalan di pasar malam dengan gembira, melihat makanan yang dia suka, dia lalu mengayunkan tangan dia, dan dia akan membelikan untuknya.

Di bawah hotel adalah pasar malam, sewaktu malam hari akan sangat ramai, toko cemilan dan makanan laut sangat banyak, segar dan murah, Rp 200.000,- saja sudah bisa mencicipi semua makanan di jalan ini, di jamin akan cukup.

Ada beberapa yang masih hidup Laras tidak berani mencobanya, contohnya gurita hidup, dia pergi melihat karena penasaran, pada akhirnya membuat dia merinding.

“Ihh, ini bisa di makan?”

“Tentu saja, kamu lihat mereka makan dengan lahap.”

“Kalau begitu kamu makan.”

Gavin langsung menolak, “NO, di sana ada cumi-cumi bakar, mau tidak?

“Huh, mengalihkan pembicaraan ... Makan! Ayo!”

Laras berjalan di depan, terus menarik Gavin, sambil berjalan berteriak, “Ayo cepat, Aiyo, apakah kamu orang tua lambat sekali?”

Gavin tetap berjalan pelan, menyukai ekspresi cemberut dia, sangat imut.

Mereka berhenti di toko barbekyu, memilih seafood dan sayuran, lalu mencari tempat duduk.

Di sini angin pantai nya sangat nyaman, tidak panas dan tidak dingin, sangat pas.

“Baru saja bangun, kamu yakin tidak makan yang lebih ringan?”

“Melihat banyak makanan enak, aku tidak bisa.”

“Rakus sekali.”

Laras mengeluarkan lidah, memeluk lengannya dan bersandar perlahan.

“Apakah lukamu masih sakit?”

“Tidak sakit lagi, lukanya sudah kering, tidak apa-apa lagi.”

“Kamu selalu begitu, melaporkan kabar senang saja, aku tahu sudah terjadi masalah besar, bisakah memberitahuku?”

Gavin tidak menyangkal, tapi dia dengan jujur menggelengkan kepala,. “Tidak bisa.”

Laras menyipitkan mulutnya, mata nya melihat ke arah atas.

Gavin mengulurkan tangan mencubit hidungnya, “Jangan berulah, tidak boleh menanyakan hal seperti ini.”

“Huh, membosankan.”

Pesanan mereka sudah datang, meja kecil itu penuh dengan tusukan sate, membuat yang melihat meneteskan air liur.

Mereka berdua membuka 1 botol bir, sambil minum bir sambil makan daging, makan dengan sepenuh hati.

“Bos, berikan udangnya satu piring lagi.”

“Baiklah.”

“Bos, udangmu di sini benar-benar sangat enak.”

“Tentu saja, aku lihat kalian adalah pendatang? Datang untuk berlibur?”

Laras tidak menyangkal, “Em, benar.”

“Jika di dengar dari intonasi bicara, kalian orang kota Jakarta?

“Yoi Yoi.”

“Ei, dua tahun lalu aku juga di kota Jakarta, berkelana selama 5 tahun, tapi rumah di kota Jakarta terlalu mahal, sebagai pilihan terakhir, hanya bisa pulang ke kampung menjual barbekyu, orang tua dan anak menunggu aku memberi makan.”

“Bisnis bos tidak jelek, seharusnya untungnya lumayan?”

“Hehe, masih lumayan... udang kalian, silakan dinikmati.”

“Terima Kasih.”

Selesai mengobrol, Laras langsung mendominasi piring lagi, selain cumi-cumi bakar, udang juga adalah favorit dia, sebelumnya tidak pernah memakan udang seenak ini.

Setelah makan kenyang, mereka lalu bergandengan tangan berjalan-jalan sebentar, berjalan mengikuti huruf “T” sampai ke ujung jalan.

Di atas adalah langit malam yang luas, penuh dengan bintang-bintang, di bawah adalah lautan luas, lampu-lampu kapal yang jauh atau dekat, juga tampak seperti bintang-bintang.

Gavin tiba-tiba memeluk erat Laras, berkata dengan lembut :”Laras, aku sangat mencintaimu, aku sendiri tidak pernah tahu bisa mencintai orang seperti ini.”

Laras juga memeluk erat dia, “Kenapa tiba-tiba begitu emosional, aku tahu, aku juga mencintaimu.”

“Aku hanya ingin menghargai setiap waktu kita bersama, karena waktu menemanimu benar-benar sangat sedikit.”

“Kalau kamu tahu bagus.”

“Menyalahkanku?”

Laras menggelengkan kepala, “Tidak apa-apa, apapun yang kamu lakukan aku akan mendukungmu.”

Hati Gavin sangat berantakan, banyak yang ingin dia ceritakan kepadanya, tapi dia takut jika terlau banyak berbicara dia akan mengetahui apa, dia hanya bisa berbisik rendah di telinga,” aku mencintaimu, aku mencintaimu, aku mencintaimu ... ...”

Laras mendengar sampai telinganya merasa geli, dengan adanya kata-kata dia seperti ini, berapa banyak penderitaan pun, dia merasa sudah sepantasnya.

--

Keesokan harinya, begitu pesawat mendarat, Laras di jemput Pandu pulang kerumah, Gavin langsung menuju ke Markas Besar Pasukan Khusus.

Departemen Intelijen, saat ini adalah departemen tersibuk, semua karyawan sangat waspada, bekerja lembur 24 jam.

Gavin datang dengan seragamnya, datang membawa angin, pandangan membunuh, “Bagaimana, sudah menemukan alamat email pengirim video?”

Hendro :”Bos, alamat email baru didaftarkan, didaftarkan di Chicago. Yang lainnya, video ini sudah di potong, pernah muncul di forum diskusi Jino, walaupun sekarang sudah dihapus, tapi aku akhirnya mendapatkan alamat IP, sekarang di Miami.”

Gavin :”Waktu.”

Hendro :”Muncul pertama kali kemarin lusa tengah malam.”

Gavin menaikkan alis, “Waktu 3 hari sudah terlalu lama, mereka mungkin sekarang tidak di Miami. Apakah bagian brigade anti narkoba tidak memberikan berita spesifik?”

Hendro : “Di sini, lokasi dimana brigade anti narkoba meninggal, kita sangat jelas, di Seongwol, juga berarti markas Segitiga Emas yang dulu.”

Di Seongwol, mereka pertama kali berselisih dengan paman keempat, dan juga pertama kali merasakan kekuatan paman keempat, dia dalam keadaan sudah hancur bawahannya, masih bisa melarikan diri di bawah pengejaran tim khusus.

Dan lagi, Gavin tidak bisa memastikan, sebenarnya paman keempat yang hebat, atau pemberi petunjuk di belakang paman keempat, Darius Maeli yang hebat.

Gavin menenangkan pikiran, sekali lagi memutar video yang tragis itu.

Setelah melihat beberapa kali, dia tiba-tiba berhenti, menggunakan mouse menyeret sedikit ke belakang, “Semuanya lihat kemari.”

Hanya sekali berteriak, semua orang datang berkumpul.

Gambar itu berhenti di adegan setelah kematian Jino, Gavin menunjuk telapak tangan Jino yang penuh dengan darah, berkata :”Yang diserahkan polisi ke kita bukan Jino, lihat tangannya.”

Weiner dengan cepat, menepukkan tangannya, “Benar, aku pernah melihat tangan Jino, saat itu tanganya tidak terluka, aku yakin.”

“Aku juga yakin!” Sonny juga berkata.

Dengan begini, semua orang berpikir, pada saat Jino di bawa kembali, karena wajah nya penuh luka dan darah, jadi ditutupi oleh kain merah, tapi tangannya sangat mulus, dan juga ada warna putih yang tidak biasa.

Tapi jika seperti yang di tunjukan di video kejadian ledakan yang sangat kuat, tangan Jino, tidak mungkin bisa utuh apalagi masi putih bersih.

Itu sama sekali bukan Jino!

Novel Terkait

Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu