Cinta Pada Istri Urakan - Bab 360 Rencana Tidak Bisa Mengikuti Perubahan

Pemotretan berjalan dengan lancar, kata fotographer, yang penting orangnya cantik, gambaran yang asal difoto saja, bahkan tidak perlu edit lagi.

Pernikahan masih tersisa 2 hari, foto studio harus lembur membuat bingkai foto dan album foto.

Setelahnya, Gavin memilih di restoran hotpot self-service untuk mentraktir semua orang.

Menunggu semuanya selesai, waktu sudah tengah malam.

Malam hari yang tak terbatas, jalanan tengah malam akhirnya lancar dan tenang.

Gavin membawa mobil, tangannya memegang setir, satunya lagi menggenggam tangan Laras, sesekali memutar kepalanya melihat Laras, juga merasa sangat puas.

"Urusan pernikahan sudah merepotkanmu.

"Tidak repot, papa mama dan neneklah yang mengurusnya, aku hanya memilih gaun pengantin."

"Kamu memakai gaun pengantin itu sangat cantik, kalau tidak dibeli untuk jadi kenang-kenangan?"

"Untuk apa dibeli, mahal sekali, hanya dipakai sekali, lebih baik mendonasikan uangnya ke sekolah Bobi. Lagipula barang itu sangat memakan tempat, dibeli pulang kerumah apa mau disembah seperti dewa? Aku juga bukan artis, tidak mempermasalahkan ini, lagipula, gaun itu sangat cantik, biarkan orang yang lebih menyukainya untuk memilikinya saja."

Gavin menggenggam erat tangannya, dia tidak pernah kekurangan uang, juga tidak pernah pelit menghabiskan uang untuk Laras, tapi Laras mengerti berhemat, tidak membanding-bandingkan, dan juga tidak boros, juga hal yang baik.

"Oh iya, Fanny sudah tidak senang padamu, kamu menugaskan pacarnya pergi begitu lama, kapan baru bisa pulang?"

Memikirkan Jino, hati Gavin ada rasa khawatir yang tersembunyi, "Dia pergi mengerjakan sebuah tugas rahasia yang sangat penting, kalau bisa cepat, beberapa hari lagi akan pulang."

"Berapa hari lagi?"

"Tidak tentu, rencana tidak bisa mengikuti perubahan."

"Apa ada hubungannya dengan Tere Liye?"

Tangan Gavin terulur meramas dagunya, dengan pelan meluruskan kepalanya, "Ini bukan pertanyaan yang seharusnya kamu tanya, lihat kedepan."

"Heng! Menikah pun tidak mengundang dia, jelas-jelas sedang membully prajurit Jino karena masih muda."

"Semuda apapun dia, juga lebih tua dari kalian."

"Aku sangat curiga pria single di pasukan kalian yang sangat muda dan tampan tapi tidak memiliki pacar, karena kamu mengurusnya terlalu ketat."

"Aku hanya atasan mereka di pekerjaan, tidak mengurus hubungan mereka."

Pada saat berbicara, handphone Gavin tiba-tiba berdering, jam segini ada telepon, membuat Gavin ada semacam kepanikan pekerjaan, tapi untungnya yang berdering adalah handphone pribadinya.

Laras dengan curiga melihatnya, "Sudah semalam ini, siapa yang datang mencarimu? Cepat katakan, kalau sampai ketahuan olehku apa yang tidak harus diketahui, aku mau kabur dari pernikahan."

Sudut bibir Gavin mencondong, "Kamu angkat, bantu aku marahi orang yang menelepon waktu tengah malam begini."

Gavin langsung menghidupkan handphonenya, bahkan layar handphone pun tidak dia lihat.

Laras mengambil handphone, waktu melihat diatas layar ada tertera nama "Aaron", dia sengaja berkata: "Heng, temanmu lagi."

"Ehn, kalau begitu istriku tolong bantu aku memblokir nomor teman ini."

Laras: "......"

Dia memutar matanya, merasa tidak lucu, lalu mengangkat panggilan, "Halo?"

"Kakak ipar?"

"Ehn, tengah malam begini ada urusan?"

"Maaf kakak ipar, aku juga tidak ingin mengganggu kalian, tapi aku sendiri benar tidak bisa menegur kakak, dia sudah mabuk, sudah hampir gila."

Laras melihat Gavin, Gavin langsung bertanya dengan suara besar: "Dimana?"

"Bar Oleng."

"Oke, segera datang." Gavin melihat Laras sebentar, "Mengantarmu pulang dulu?"

"Tidak, aku ikut, aku mau lihat kakak yang baru balikan dengan artis besar, sekarang sesenang apa."

"......."

Setelah berita Rendra dan Ariel terekspos, Laras akhirnya mengerti, dalam hatinya berpikir pasti Rendra membuat Manda sedih, makanya Manda meminta untuk putus.

Awalnya dia sangat salut dan hormat terhadap kakak, tapi sekarang hanya ada hina.

Dia ingin melihat, Rendra sekarang sedang berbuat apa.

Malam semakin larut, Bar Oleng, Gavin menarik Laras erat masuk kedalam.

Sekarang ini orang yang di dalam bar bermain sangat asyik, lampu yang keren, suara musik yang keras, dan juga bermain gila seperti mabuk dan menari.

Laras berjalan dituntun Gavin, matanya kekanan kekiri mencari Aaron.

"Disana, mereka disana." Matanya yang tajam langsung melihat Rendra dan Aaron yang disudut.

Dan juga, Tanu ---- Yang mendengar namanya saja membuat orang jijik.

mereka berdua berlari kecil kesana, melihat Aaron dan Rendra duduk diujung sofa, Tanu duduk di depan mereka, meja yang ditengah penuh dengan botol kosong bir, sekitar 20-30 botol.

Rendra dan Tanu juga memegang bir, juga tidak tau mereka sedang berlomba minum, atau sedang minum bahagia.

Melihat kedatangan orang, Tanu tampak sedikit takut, tapi mabuk membuatnya lebih berani, dia dengan cepat meneguk bir, berkata: "Ini saja juga membutuhkan bantuan? Kalau tidak bisa bilang saja, kita sampai sini saja, maka aku menang satu botol darimu."

"Siapa bilang aku tidak bisa?" Rendra mengangkat kepalanya, dengan cepat menghabiskan satu botol.

Lalu meletakkan botol kosong dengan keras dihadapan Tanu, "Imbang, ayo lagi!"

Sambil berbicara, Rendra mengambil sebotol bir lagi, langsung membuka tutupnya dengan gigi, lalu mulai menghabiskannya lagi.

Bir yang ditangan Tanu sisa setengah, melihat Rendra yang hampir mengejarnya, dia juga mengangkat kepalanya meneguk habis.

Ada apa ini? Gavin dan Laras tidak mengerti, dua orang yang tidak bisa akur ini, kenapa sedang berlomba minum?

Tanu menghabiskan sebotol lagi, dengan keras meletakkan dihadapan Rendra, dia menggunakan kekuatan alkohol dengan kuat memarahi, "Aku akui aku tidak sehebat kamu, tapi, kamu tidak pantas menjadi pacarnya, disaat dia sedang kesulitan kamu dimana? Kamu diatas ranjang Ariel."

"Sembarangan!" Rendra membantah keras, "Omong kosong, semuanya bohong, apa kamu yang menyebar gosip bohong?"

"Aku tidak punya banyak waktu luang untuk melakukan hal itu."

"He, kamu kira dia meninggalkanku akan masuk ke pelukanmu? Mimpi saja kamu! Orang bebas yang berhubungan dengan siapa saja sepertimu, apa pantas?"

"Kuberitahu padamu Rendra, kamu dan dia sudah berakhir, cepat atau lambat dia akan menjadi milikku."

"Mimpi indah saja kamu."

Tiba-tiba Tanu emosi, mengambil botol kosong dimeja dan memecahkannya, botol itu menjadi senjata yang tajam, mengarahkan botol itu kepada Rendra.

"Mau bermain tangan?!" Aaron langsung melompat, menahan pergelangan tangan Tanu dengan cepat.

"Aduh......" Tanu kesakitan, seluruh tubuhnya ikut berputar dengan pergelangannya, membuatnya menjerit kesakitan.

Gavin mengerutkan keningnya, dia paling lelah dengan masalah karena mabuk seperti ini, dan juga sangat merusak citra PNS.

Oleh karena itu, dia dengan tegas memarahi, "Rendra, sadar sedikit! Kamu sadar tidak apa yang sedang kamu lakukan?"

Suaranya yang menggelegar seperti tanduk yang memisahkan gunung dan tanah, menakutkan bagi semua orang.

Aaron dengan kuat mendorong Tanu ke sofa, menjauhkan kedua orang itu.

Rendra malah duduk diam disana, matanya terbuka dan bibirnya tertutup, memasang wajah konyol.

Gavin mengambil kesempatan memberi kode ke Aaron, "Cepat bawa dia keluar!"

"Oke oke."

Novel Terkait

My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu