Cinta Pada Istri Urakan - Bab 460 Apakah Kamu Mau Memberiku Satu Kesempatan?

"Dulu waktu masih di keluarga Pradipta, nenek terus mendesakmu untuk melahirkan anak tapi kamu tetap tidak mau, tapi begitu meninggalkan keluarga Pradipta tidak lama langsung mempunyai anak dengan orang lain, apa kamu ini sedang menampar wajah nenek, menampar wajah keluarga Pradipta? Lagipula sudah sampai di titik ini, keluarga Pradipta adalah keluarga Pradipta, kamu adalah kamu, tidak ada hubungannya lagi, untuk apa kamu datang bertanya tentang kuburan Gavin?"

Hati Laras, seperti digali sepotong, saat dia meninggalkan keluarga Pradipta dia tidak membawa barang apapun, sedikit pikiran untuk tidak ada, sekarang bahkan kuburan Gavin ada dimana diapun tidak tau, pada saat ziarah dia ingin membakar dupa untuknya pun tidak tau harus kemana.

Dulu dia tidak berani mengakui kenyataan kalau Gavin sudah meninggal, sekarang akhirnya dia berani menerima dan berani menghadapi, tapi kuburan ada dimana pun tidak tau.

"Laras, kalau kamu mengerti keadaan cepat pergi, kami juga tidak ingin membuang waktumu, kamu juga jangan datang mencari ami lagi."

Laras melihat Allan hanya membuang muka tidak melihat kearahnya, dia langsung tau, Allan dan Anna mempunyai maksud yang sama.

Dia menarik nafas dalam, tersenyum tipis, mengangguk, lalu membalikkan badannya dan pergi.

Pelayan rumah melihatnya datang dari kejauhan, seluruh orangnya seperti mayat berjalan yang kehilangan jiwa, melewati halaman, melewati pintu besar, berjalan lurus ke jalan besar.

Pelayan berbaik hati menyadarkannya, "Nona Atmaja, mobilmu disini," Melihatnya yang menatap kosong, pelayan juga tidak tenang dia menyetir mobil pulang, lalu menyarankan, "Kalau tidak kamu naik taxi pergi saja, mobil ini nanti aku suruh supir antarkan kepadamu."

Laras dengan kaku mengangguk, "Terimakasih, semoga kamu panjang umur."

Dia tidak menatap pelayan rumah sepenuhnya, pandangannya melayang dan kosong, dia berjalan dengan kosong.

Pelayan rumah yang melihatnya, hanya bisa menggelengkan kepala dan membuang nafas kasar.

Sama seperti 4 tahun lalu dia berlari keluar dari mansion lama keluarga Pradipta, hatinya gelap, sedikit harapan pun tidak ada, tidak ada lagi keindahan, Gavin sudah tidak ada, kebahagiaannya juga sudah menghilang.

Dia sangat sangat berjuang untuk tetap hidup, untuk ayahnya, untuk kedua anaknya, untuk orang yang mengkhawatirkannya, dia berusaha keras untuk hidup membuat semua orang mengira kalau dia sudah melepaskannya.

Penampilan luar adalah wanita yang tangguh, tetapi dalam hatinya lemah, beberapa tahun ini, dia menggunakan cangkang yang kuat membungkus dirinya, namun tidak tau kalau barang yang semakin keras, akan semakin rapuh, semakin mudah hancur.

Angin musim semi awal masih setajam pisau, meniup wajahnya, sakit seperti tergores pisau, Laras semakin berjalan semakin lelah, semakin berjalan semakin gelap, dia hampir tidak bisa bertahan lagi.

Melihat mobil yang berlalu lalang di jalanan, dia merasa kakinya tiba-tiba melayang dengan sendirinya, pemandangan di depan matanya menjadi kacau, dia langsung terjatuh ke atas tanah.

Laras menarik nafas dalam-dalam, haus akan lebih banyak oksigen membuat dirinya sedikit lebih sadar, tapi otaknya seperti ditimpa oleh beban ratusan kilo, semakin lama semakin pusing.

Pada saat dia tak tersadarkan di atas tanah, sebuah bayangan yang tinggi dan besar tiba-tiba menutupi cahaya diatas kepalanya, sosok yang tinggi dan tegak itu sangat familier, sangat mirip dengan seseorang.

Pada saat tersadarkan, Laras sudah berada di kamar inap rumah sakit, tiba-tiba dia tersadarkan, langsung bangkit duduk.

Dia memimpikan Gavin, Gavin yang menggendongnya masuk ke dalam rumah sakit, itu adalah Gavin.

Laras mencabut jarum infus di tangannya, tergesa-gesa turun dari ranjang, keluar mencari orang.

"Gavin, Gavin," Dia seperti orang gila, tidak memakai sepatu, hanya dengan kaki telanjang berjalan di keramik yang dingin, "Gavin, keluar, kamu ada dimana? Gavin?"

Pintu kamar inap tiba-tiba terbuka, dia terdiam, kedua mata besarnya melihat pintu, sangat berharap dan sedikit terkejut.

Christian berdiri di depan pintu dengan tekrejut, melihat Laras dengan kaki telanjang berdiri disana, dengan perhatian berkata: "Kenapa kamu sudah turun, lantai snagat dingin, hati-hati nanti kamu pingsan lagi."

Christian berjalan kesana, memapahnya berjalan ke ranjang, "Dokter bilang kamu kekurangan gizi, gula darah rendah, makanya tiba-tiba bisa pingsan, kenapa kamu menyiksa dirimu sampai seperti ini, bukankah kemarin bertemu denganmu kamu masih baik-baik saja?"

Rupanya bukan Gavin, itu hanya mimpi.

Tenaga Laras habis, seperti boneka dibaringkan ke ranjang untuk beristirahat.

"Kamu harus menjaga kesehatanmu, untung kamu bertemu denganku, kalau tidak kamu pingsan di jalanan, bagaimana kalau bertemu dengan orang jahat?"

Perkataan Christian sungguh membuat orang kesal, ini membuat imajinasinya terhadap Gavin seutuhnya hancur, dia berkata cepat: "Kamu terlalu berpikiran negatif tentang dunia ini."

"Salah, kamu yang terlalu berpikiran baik terhadapnya."

Laras membisu, memikirkan pekerjaan Gavin, dia tidak bisa membantah perkataan Christian ini.

Benar, darimana kehidupan bertahun-tahun yang tentram, hanya saja ada yang membantumu memperkerjakan beban itu.

Christian mengangkat kantong plastik di tangannya, berpesan: "Ini adalah obat yang diresepkan dokter, kamu harus makan teratur."

"Aku kapan bisa keluar dari rumah sakit?" Laras sedikit kesal, marah karena dia terlalu kepo.

"Sudah bangun maka sudah boleh, makan obatnya dulu."

"Tidak perlu, aku tidak suka makan obat."

"Kamu ini kenapa kekanak-kanakan sekali, obat bukan kamu tidak suka makan maka tidak makan."

"Badanku sendiri aku tau, pagi tadi aku tidak sarapan, gula darah rendah sedikit, sama sekali tidak apa-apa."

Christian tidak mengacuhkannya, mengambil beberapa pil, menuangkan air, memaksa ke hadapannya, "Makan, harus makan."

"Kamu sakit ya, apa hubungannya denganmu?"

"Kamu benar, aku sakit, aku Christian orang murahan, kamu semakin dingin padaku, aku semakin memikirkanmu, mencintaimu."

"Kamu??" Laras melihatnya tajam, dengan cepat menghindar tatapannya.

Christian duduk di tepi ranjang, telapak tangannya terbuka, "Makan, kalau tidak makan aku suapi."

Tak bisa melakukan apa-apa, Laras hanya bisa makan obat, "Masalah aku pingsan kamu tidak beritahu papaku kan?"

Christian menggeleng, tapi jawabannya membuat Laras semakin kesal, dia berkata: "Kalau aku memberitahu papamu apa aku masih berkesempatan duduk disini menjagamu?"

Laras memperingatkannya, "Christian, jangan mengatakan perkataan ambigu seperti itu, aku sangat benci."

Christian tidak memikirkannya, dulu dia seperti ini, dia memang terpikat oleh sifat Laras yang apa adanya.

"Laras, aku??"

"Tutup mulutmu, aku tidak ingin mendengarnya, tidak ingin melihatmu, kamu keluar."

Jelas sekali, Christian sudah bukan remaja dulu yang pendiam dan pemalu lagi, setelah beberapa tahun bekerja dan berhubungan dengan orang, membuatnya berubah menjadi lebih lancar, lebih pintar menyampaikan, juga bisa menjaga batas.

Dia berkata: "Laras, walaupun kamu marah aku juga harus bilang, dulu aku tidak berani mengatakannya, makanya bisa membiarkan paman kedua duluan, sekarang, aku harus membiarkanmu tau aku??"

"Berhenti, aku tidak mau dengar!" Laras berteriak kuat memberhentikannya, juga menggunakan kedua tangannya menutup telinganya.

Christian tidak begitu buru-buru ingin mencapai keinginannya, terlebih lagi juga tidak ingin memaksanya, tapi, begitu memikirkan "Paman Uno" dari mulut Nana, dia sangat panik, takut kalau Laras direbut orang lagi.

"Aku tidak keberatan kamu mempunyai dua anak, aku tidak akan mempertanyakan siapa ayah kandung dari anak, Laras, sudah berapa tahun berlalu tapi aku masih sangat mencintaimu, setiap saatb memikirkanmu, aku yang sekarang, sudah mampu memberikan kebahagiaan untukmu dan anak-anak, apakah kamu mau memberiku sebuah kesempatan?"

Novel Terkait

Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu