Cinta Pada Istri Urakan - Bab 997 Tidak Ada Yang Merebut Denganmu

Karena dia rela memanggilnya "Kakak", sehingga dia juga tidak peduli tentang usia dan pengalaman, dia sudah hampir mau mati karena kelaparan, Ariel yang memberinya kesempatan untuk bertampil, membiarkannya kembali ke panggung, dan memberinya pekerjaan.

Dalam beberapa tahun terakhir, meskipun dia masih belum kembali ke puncak masa mudanya, tetapi, bagaimanapun juga, dia juga dipanggil "Guru Luci " oleh junior di lingkaran musik.

Dia tidak memiliki pendukung, dan Ariel adalah pendukungnya.

Dia melayani Ariel, dengan imbalan rasa hormat di depan orang lain dan sebuah posisi di lingkaran musik, itu sangat berharga.

"Baik, kalau begitu aku dengarkan perkataanmu, besok aku akan pergi."

"Bawa pacarmu."

"Tentu saja, dengan adanya dia, aku pergi ke manapun juga tidak akan merasa bosan."

"..."

"Kamu harus memperhatikan Sandra, dia seharusnya tahu banyak hal tentangmu, benar?"

"Kamu tidak perlu khawatir tentang hal tersebut, dia masih berguna."

"Baik, kalau begitu aku pergi dulu, kamu bisa tidur dengan tenang."

Setelah Luci pergi, ruang tamu menjadi sunyi lagi, Ariel melihat cahaya kristal yang silau itu, dia merasa cahaya kristal tersebut sangat merusak pemandangan.

Malam hari benar-benar sangat sepi, dan tidak ada suara di lantai bawah, dia kira dia sudah terbiasa dengan kesepian tersebut selama bertahun-tahun, tetapi dia tidak tahu bahwa di dalam hatinya, dia sangat ingin memiliki seseorang di sisinya, membantunya memijat pundak, membantunya memikirkan solusi, bahkan hanya menemaninya untuk berbicara juga boleh.

Tapi tidak ada, tidak ada satu orang pun yang menemaninya.

Sebelumnya, ketika dia merupakan bintang besar yang populer, orang-orang di sekitarnya mengelilinginya, ada banyak teman, ada banyak meja makan, dan ada banyak kegiatan, pekerjaan yang sibuk membuatnya berpikir bahwa dia tidak lagi membutuhkan Rendra, tetapi, kemudian dia jatuh, dia telah dilupakan orang-orang, dia tidak ada lagi harapan untuk kembali ke industri hiburan, orang-orang di sekitarnya tidak lagi mengelilinya, tidak ada lagi kegiatan, meja makan juga berkurang, semua pekerjaannya hampir berhenti, waktunya telah menjadi lebih banyak, dan dia sangat merindukan hari-hari adanya Rendra.

Dia tidak bisa tidur bukan karena mengkhawatirkan masalah tersebut, tetapi dia tidak bisa tidur karena kesepian.

Ya, dia merasa kesepian, dan seiring dengan berjalannya waktu, dia semakin ingin menyingkirkan perasaan kesepian ini.

Sandra mengkhianatinya, rencana untuk menghancurkan Manda telah gagal, dan Rendra juga tahu kejahatannya, langkah ini, dia benar-benar rugi besar.

Tapi itu tidak masalah, dia sudah merencanakan selama bertahun-tahun, tidak apa-apa untuk menunda sementara waktu.

Dia tidak takut Sandra mengkhianatinya, karena, begitu terjadi sesuatu, Sandra akan menjadi orang pertama yang masuk penjara.

——

Dini hari, rumah sakit

Rendra bangun pagi-pagi, dia sangat khawatir dengan situasi Manda dan dia tidak bisa tidur nyenyak di rumah sakit.

Dia membungkuk dan memeriksa wajah dan leher Manda, bintik-bintik merah sepertinya sudah memudar.

"Air... air..." Manda menggerakkan bibirnya dan samar-samar mengeluarkan suara, bibirnya pecah-pecah karena terlalu kering, dan wajahnya terlihat merah tidak sehat karena alergi dan ruam.

Begitu Rendra mendengar suaranya, dia segera menuangkan air, "Manda, ayo bangun, bangun untuk minum air."

Manda samar-samar mendengar suara dan merasakan sesuatu, setelah diangkat oleh Rendra, dia bersandar di depan dada Rendra, merasakan suhu tubuhnya dan detak jantungnya.

"Ayo, buka mulutmu dan perlahan minum."

Begitu bibirnya yang pecah-pecah menyentuh air, dia segera meminumnya seperti kerbau, dia minum terlalu cepat dan tersedak, kemudian dia sepenuhnya bangun.

Rendra menepuk punggungnya dan menenangkannya: "Perlahan minum, tidak ada yang merebut denganmu... apakah kamu baik-baik saja?"

"Ya, uhuk uhuk uhuk."

"Apakah kamu masih ingin minum air?"

"Cukup, sudah cukup." Manda sepenuhnya bangun, perutnya seperti terbakar, dia merasa sangat tidak nyaman, kepalanya juga sangat sakit, "Kenapa aku bisa berada di rumah sakit?"

"Apakah kamu tidak tahu bahwa kamu berada di rumah sakit? Bukankah kamu pernah bangun tadi malam? Kamu juga berbicara dengan Laras sebentar, apakah kamu telah melupakannya?"

Manda masih sangat bingung, dia berusaha mengingat kembali, tetapi dia tidak dapat mengingat apapun, "Aku tidak ingat, aku hanya ingat aku berada di pesta perayaan dan makan bersama Guru Luci."

Rendra menghela nafas, sepertinya ketika Manda bangun kemarin, dia masih mabuk, sialan, berapa banyak anggur yang diberikan Luci kepada Manda? !

"Guru Luci ? Orang seperti itu juga layak menjadi seorang guru? Kamu dengarkan baik-baik, binatang buas dengan wajah manusia seperti ini, kamu tidak boleh dekat dengannya."

Manda tercengang, "Mengapa kamu begitu marah? Apa yang terjadi?"

Rendra adalah orang yang sangat lembut, temperamennya baik, kepribadiannya baik, dia lemah lembut ketika berbicara, mereka telah menikah selama beberapa tahun, Manda tidak pernah melihat Rendra kehilangan kesabaran seperti sekarang ini.

"Kamu masih bertanya, apakah kamu benar-benar tidak memiliki kesan tentang apa yang terjadi malam sebelum kemarin?"

Manda tampak bingung, dia menggelengkan kepalanya dengan terkejut, "Mengapa kamu katakan malam sebelum kemarin, bukankah hal tersebut terjadi semalam? Aku... sudah berapa lama aku tidur?"

Rendra melihat Manda yang pucat dan tidak berdaya, dia benar-benar tidak tega, dia tiba-tiba memeluk Manda dan menenangkannya: "Sudahlah, semuanya telah berlalu, semua ini merupakan kesalahanku, aku tidak seharusnya membiarkanmu pergi menghibur, atau aku seharusnya menemanimu pergi. "

Manda menggosok matanya, tetapi sakit kepala dan sakit perut membuatnya merasa sangat tidak nyaman, ketika dia memikirkannya, sakit kepalanya semakin meningkat.

Dia perlahan mengingat kembali dan berkata, "Aku ingat aku minum terlalu banyak anggur, jadi aku ingin meneleponmu, apakah aku telah meneleponmu? Aku benar-benar... aku tidak memiliki kesan sama sekali... maaf, aku telah membuatmu khawatir."

"Sudahlah, ayo berbaring dulu, apakah kamu merasa tidak nyaman?"

"Ya."

"Tidak heran jika kamu merasa tidak nyaman, aku tidak tahu seberapa banyak anggur yang telah kamu minum, sehingga kamu bisa mabuk seperti ini, kamu jangan pikirkan hal-hal lain terlebih dahulu, tunggu kamu sudah merasa agak nyaman, baru aku beritahu kamu."

“Baik.” Manda memejamkan matanya, dia merasa bahwa masih ada bintang yang berputar di depannya, dan semua barang yang ada di dunia ini sedang berputar.

"Di mana Wulan Ayu? Aku khawatir dengannya..." Manda bertanya dengan mata tertutup.

Rendra memijat pelipis Manda dan berkata, "Wulan Ayu ada orang tuaku yang menjaganya, semuanya baik-baik saja, jangan khawatir."

"Aku mabuk seperti ini, apakah ayah dan ibu marah?"

"Mereka tidak marah, mereka sangat mengkhawatirkanmu, kamu bisa minum anggur sampai masuk ke rumah sakit, apakah itu masuk akal?"

"... Maaf."

"Kamu sudah pernah meminta maaf."

"..."

Setelah beberapa saat, sakit kepala Manda mereda, dia makan sedikit bubur, dan sakit perutnya juga mereda, akhirnya dia merasa agak lega.

Tubuhnya sudah perlahan pulih, dan potongan-potongan ingatan juga dapat disatukan, dia ingat Sandra membawanya pergi dari meja makan dan membiarkannya menunggu Rendra datang untuk menjemputnya, tetapi sepertinya Sandra diberhentikan di tengah jalan, dan Sandra bertengkar dengan orang lain.

Kemudian, dia ingat sepertinya Rendra menggoyang dan memanggilnya, tapi dia tidak bisa bangun.

Lebih detailnya lagi, dia tidak bisa mengingat dengan jelas, dan dia juga tidak ingat apakah Rendra ada datang untuk menjemputnya.

Ketika dia sedang bingung, Laras tiba-tiba muncul di pintu bangsal, dia memegang sebuah termos di tangannya, dan di belakangnya, masih bisa melihat Gavin yang berdiri membelakangi pintu.

"Kamu sudah bangun ya? Bagaimana perasaanmu hari ini? Kemarin kamu masih sangat bingung ketika berbicara denganku, bisakah kamu menjelaskannya hari ini?"

"Seharusnya bisa."

"Haha, sudah bisa ya, apakah kamu ingat apa yang terjadi padamu?"

Manda menatap Rendra dengan takut, "Apakah ada hal lain yang terjadi?"

Laras menatap Manda, kemudian menatap Rendra, “Kamu masih belum memberitahunya?"

Rendra menggelengkan kepalanya, "Tidak ada gunanya beritahu dia ketika dia masih bingung, aku bersiap-siap untuk memberitahunya ketika dia sudah sepenuhnya sadar."

"Benar juga, kita harus mengingat pelajaran kali ini, lain kali kita belum tentu memiliki nasib baik seperti kali ini."

"Apa yang terjadi padaku? Kalian cepat katakan padaku, aku benar-benar sudah bangun." Manda sudah hampir mau menangis, dia menatap wajah Rendra, sangat jelas itu pasti bukan hal yang baik.

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu