Cinta Pada Istri Urakan - Bab 353 Mimpi Yang Juga Kenyataan

Tubuh Rendra terdiam, Manda mengambil kesempatan untuk mendorongnya ke karpet.

Di saat ini kedua mata Rendra memerah, pandangannya yang buram melihat Manda, hanya terlihat bibirnya yang mulanya pucat terkena sedikit kemerahan, dia spontan mengusap bibirnya sendiri, itu adalah yang ditinggalkan oleh Ariel.

Dia merasa menyesal sekali lagi atas kesalahannya.

Dia mengulurkan tangannya, ingin membantu wanita itu mengusapnya, tapi malah ditangkis olehnya di saat dia baru saja ingin mendekat.

Resleting jaket bulunya terbuka, sweaternya telah dibuka olehnya, celana jinsnya telah dibuka olehnya, sedikit lagi terlepas.

Kalau itu adalah musim panas, mungkin Manda sudah ditelanjangi olehnya.

Manda buru-buru merapikan bajunya, duduk ke sisi yang paling jauh darinya.

Rendra duduk di atas karpet, dengan tertegun melihatnya, dan bertanya: “Manda, apa yang sebenarnya telah terjadi, kasih tahu aku, ya?”

Manda memalingkan kepala, menurut Rendra, wanita ini tidak bersedia untuk menghadapinya lagi, tapi sebenarnya, wanita ini tidak ingin membiarkannya mengetahui rasa sakit yang tampak dari wajahnya.

“Aku pernah bilang, aku tidak peduli tentang kehidupan lamamu, tidak peduli tentang segala hal yang terjadi pada keluargamu, aku sungguh tidak peduli, kamu kira itu hanya omonganku saja?”

“Orang tuaku juga tidak peduli, beberapa kali mereka memintaku untuk membawamu ke rumah dan makan, mereka menyayangimu, aku mencintaimu, kenapa kamu tiba-tiba ingin putus denganku?”

Manda memejamkan mata, berpikir, kamu yang bodoh ini, orang tuamu mana mungkin tidak peduli?!

Rendra terus berkata: “Jelas-jelas kamu yang duluan mengejar aku, sudah terkejar, kenapa tidak dihargai baik-baik? Apakah setelah kamu sudah mendapatkanku baru kamu sadar kalau kamu tidak menyukai aku? Aku tidak percaya.”

“Manda, bukankah kita sudah melalui kehidupan bersama? Jangan-jangan bagimu perasaan seperti ini, boleh ada boleh juga tidak ada?“

Manda menghirup nafas dalam-dalam, perasaan tertekan yang sudah ditahan lama seketika keluar dari mulut, “Betul, aku sudah tidak mencintaimu lagi, bukankah kamu ingin mendengar kalimat ini?”

Rendra menggelengkan kepala, “Tidak mungkin, aku tidak percaya kalau perasaanmu kepadaku saat kita bersama itu palsu.”

Manda: “Semua manusia bisa berubah, hubungan dua orang saat bersama, merasa tidak cocok, itu sangat biasa, jelas-jelas dua-duanya tidak cocok, masa tetap bersikeras untuk bersama?”

Rendra menutup matanya dengan erat, efek samping yang luar biasa dari bir membuatnya merasa sangat sakit.

Dia menggelengkan kepalanya yang berat, ingin membuat dirinya lebih sadar sedikit, tapi kenyataan tidak sesuai harapan, alkohol membuatnya semakin kabur.

“Kartu identitasmu ada di laci yang di dalam ruang baca, waktu itu kamu meninggalkannya di atas meja baca, aku telah menyimpannya.”

Gerakan lambat Rendra menunjukkan ke arah ruang baca, lalu melihat lagi ke arah Manda, “Jangan pergi, ya?”

Dia pelan-pelan bergeser lebih dekat dengannya, memegang lututnya dan menggoyangkannya dengan perlahan, “Kelak aku akan berusaha meluangkan banyak waktu untuk menemanimu, jangan tinggalkan aku, ya?”

“……” Hati Manda itu, sudah mau terperas sampai habis.

Begitu dia ingin menolaknya, tiba-tiba Rendra bersandar pada kedua kakinya, memeluk betisnya, sambil menggoyangkannya sambil memohon, “Jangan pergi, jangan pergi……”

Dia benar-benar sudah mabuk, dengan kesadarannya yang terakhir dia menyusul keluar, tertiup angin dingin, efek samping ini menjadi semakin parah.

Dia yang berada di saat ini, seperti anak kecil yang tidak berdaya, memeluk erat helaian jerami terakhir yang menyelamatkan nyawanya, tetap tidak melepaskannya bagaimanapun juga.

Beberapa saat kemudian, Manda melihat dia terlelap, baru pelan-pelan melepaskan tangannya.

“Bangun, kembali ke kamar dan tidur.”

“Aku tidak……” Rendra menggigau tidak jelas, “Kamu jangan pergi……”

Manda berusaha sekuat tenaga mengangkat badannya, pelan-pelan selangkah demi selangkah memindahkannya ke dalam kamar.

Rendra sepertinya benar-benar telah tertidur, dia berjongkok dan melihatnya secara dekat, dia ingin mengingat baik-baik wajahnya, dia memanggil namanya dengan suara pelan, “Rendra…… Rendra…… Rendra……”

Air matanya mengalir, mengelus wajahnya dengan pelan, “Terima kasih kamu telah menjaga dan memperhatikanku selama ini, aku yang tidak sepadan denganmu, kamu pantas memiliki orang yang lebih baik.”

“Kelak, tolong jagalah dirimu sendiri baik-baik, jangan datang mencari aku lagi……”

Dia mendekatkan badannya, mencium wajahnya, air matanya menetes di wajahnya, Rendra tidak menyadarinya.

“Sampai jumpa, Rendra.”

——

Keesokan paginya, Rendra terbangun dari mabuknya.

Dia ingat beberapa kejadian secara samar-samar, tapi bukan seluruh kejadian yang seutuhnya.

Dia secara samar-samar teringat, Manda sempat datang.

Bel berbunyi di depan pintu, dia memegang pelipisnya dan pergi membuka pintu.

Ariel dengan wajah penuh kebahagiaan berdiri di depan pintu, membawakan makanan hangat, dengan penuh senyuman dia berkata: “Maaf telah membangunkanmu.”

“Tidak, aku bangun sendiri.” Dia merasa sangat tidak nyaman.

“Kalau begitu kebetulan sekali, aku sudah membuatkan bubur, makanlah sedikit.”

“Aku……”

“Ini agak panas, cepat minggir.”

Tidak menunggu hingga Rendra menolak, Ariel menggunakan alasan makanan terlalu panas dan langsung masuk ke dalam.

Bintang idola wanita dalam dunia hiburan minum bir adalah hal yang wajar, melihat dari kemampuan minum bir Ariel, bir yang sedikit pada malam kemarin itu baginya cukup pas, hanya sedikit mabuk.

Di atas meja makan masih ada barang-barang sisa semalam, meletakkan makanannya di atas meja kecil, mengambil mangkuk dan mengisinya dengan bubur untuk dia makan, lalu dirinya pun berinisiatif untuk beres-beres.

Rendra duduk di sofa, bubur yang panas menghangatkan perutnya.

Ariel sibuk masuk dan keluar, sudah membereskan barang-barang sisa semalam yang ada di atas meja makan, juga sudah membereskan dapur, cakap seperti berada di rumahnya sendiri.

“Apakah kemarin Manda datang ke sini?”

Ariel berhenti, berkata: “Iya…… Tapi dia bergegas pergi.”

Rendra meletakkan mangkuknya, berdiri dan pergi menuju ruang baca, membuka laci pada meja baca, kartu identitas yang mulanya berada di dalamnya sudah tidak ada.

Yang juga berarti, beberapa kejadian itu sama sekali bukan mimpi, melainkan kenyataan.s

Ariel tidak mengerti sehingga mengikutinya, bertanya: “Ada apa?”

Rendra berpikir sesaat, “Maaf, silakan buat dirimu senyaman mungkin.” Dia sambil berbicara sambil berjalan menuju ke depan pintu, dia sekarang ingin pergi mencari Manda.

Sesampainya di depan pintu dan mengganti sepatu, dia melihat kunci pintu rumahnya sendiri di pintu masuk, itu adalah kunci yang dia serahkan kepada Manda.

Dia mengernyitkan alis, bergegas keluar.

Rendra pergi dengan sangat cepat, hanya belasan menit saja sudah tiba di Universitas Pelita Harapan.

Baru saja tiba di seberang gerbang universitas, dia melihat bus besar yang berhenti di depan gerbang universitas, serta Manda dan teman-temannya yang pelan-pelan berjalan kemari.

Mereka sedang ingin naik ke dalam bus.

“Manda.” Dari seberang jalan, Rendra meneriakkinya.

Hati Manda bergetar, merasa bingung, dia mengira dirinya terlalu merindukan Rendra sehingga berhalusinasi.

“Manda, kemari.”

Dia baru menyadari hingga suara Rendra terdengar sekali lagi, Rendra sedang berada di seberang jalan, sedang memanggilnya.

Dia tidak ingin menarik perhatian teman-teman, dan terpaksa ke sana.

“Bukankah semuanya sudah dikatakan dengan jelas kemarin? Untuk apa kamu datang mencariku lagi?”

“…… Aku sudah minum hingga mabuk, ingatan tidak begitu jelas, semalam kamu tiba-tiba pergi ke rumahku, melihat ada Ariel di sana, kamu tidak salah paham apa-apa kan?”

Melihat situasi ini, Manda mengambil kesempatan dan berkata: “Aku tidak salah paham apa-apa, kalian sudah seperti itu, aku masih bisa salah paham?”

“Sudah seperti apa?”

“Apakah ini juga harus aku bilang? Rendra, kita selesai sampai di sini, kamu cukup serasi dengan Ariel, sedangkan aku, juga tidak menyukaimu lagi.”

“……”

Ternyata, dia sempat datang itu adalah kenyataan.

Ternyata, dia ingin putus, itu juga kenyataan.

Dia lebih memilih kalau itu hanyalah sebuah mimpi.

Novel Terkait

Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu