Cinta Pada Istri Urakan - Bab 978 Sedikit Lagi Hampir Berhasil

Popularitas Maira, di malam sebelum final, sama seperti duduk di atas mobil turun gunung, dari titik tertinggi jatuh sampai ke titik terendah, tidak hanya membuat Porto kewalahan, tetapi juga membuat Ariel Tatum tidak nyaman.

Ariel yang sudah akrab dengan lingkungan ini, setelah dia mencoba beberapa kali untuk kembali dan tetap tidak ada hasil, akhirnya dia benar-benar menyerah untuk memikirkan bagaimana ide untuk kembali, tetapi, dia tidak menyerah dalam dunia hiburan.

Awalnya Maira adalah bidak catur yang sangat sukses, orangnya tidak berhasil, dan ketika debut pun membawa topik, orang seperti itu paling bisa menyelesaikan masalah dalam waktu singkat.

Setelah Maira memulai debutnya, dia bahkan sudah merencanakan seperti apa karir yang harus dia jalankan selama satu tahun ini, bagaimanapun semua keburukan ditanggung oleh Maira, dia menghasilkan uang di belakang semua ini sudah cukup.

Siapa tahu, Maira buah catur ini belum melakukan debut, sudah dicekik mati di tempat awal.

Selain itu, informan "Perahu Datar" ini, pasti seseorang yang mengetahui kisah dalamnya, tetapi tidak harus orang yang ada di sekitar, karena orang dalam tidak akan melaporkan begitu mendetail.

Ariel menanyakan pada beberapa hiburan yang sudah dikenalnya, semua orang mengatakan bahwa dia tidak tahu siapa itu Perahu Datar, dia bertambah kesal, tidak ada berita sekitar yang dia tidak bisa ketahui.

Pada sore hari, sudah banyak penggemar yang datang untuk mendukung di luar venue, para penggemar memegang alat pendukung untuk setiap idola dan menunggu untuk masuk ke dalam venue.

Tidak sama dengan para penggemar lainnya, ketika Maira datang semua penggemar berubah menjadi penggemar hitam, mereka memegang spanduk hitam putih, dan di dalam spanduk terdapat foto wajah Maira, dan juga kata-kata "Maira keluar dari dunia hiburan".

"Maira keluar dari dunia hiburan!"

"Jangan biarkan seekor tikus Maira ini merusak seluruh pertunjukan."

"Bibi Maira tidak layak berada di atas panggung yang sama dengan para nona lainnya."

"Maira keluar, Maira keluar."

Ada beberapa penggemar lain, melihat keseruan, dan ikut para penggemar hitam berteriak beberapa kata, "Kembalikan keadilan untuk para nona yang lain, orang seperti Maira ini tidak seharusnya menggunakan fasilitas pertunjukan."

Di malam hari, para hadirin memasuki acara, gimnasium yang dapat menampung 30.000 orang seketika dipenuhi para tamu.

Pada pukul delapan malam, siaran langsung dimulai, para calon bintang bernyanyi dan menari di atas panggung, dengan totalitas tanpa batas.

Sesampainya di saat Maira naik ke atas panggung, suara boo terdengar dari bawah panggung, bahkan lampu nama dari penggemar lain secara otomatis dimatikan, desibel seluruh gimnasium langsung turun sekali.

Siaran web langsung malah lebih berlebihan, satu layar penuh dengan kata-kata memarahi Maira, seberapa tidak enak didengar juga seberapa tidak enak didengar, seketika, "Memarahi Maira" menjadi topi yang terpanas saat ini, dan pertunjukan ini diberi sebutan nama lain, disebut "Acara Kutukan Maira".

Maira seketika dari ribuan dicintai menjadi ribuan marahan.

Hasilnya bisa dibayangkan, Maira adalah orang pertama yang dieliminasi yang meraih peringkat terakhir.

Dan proses lomba saat itu, belum sampai setengah.

Ketika Maira menyampaikan intuisi eliminasinya, ada banyak tongkat lampu yang dilempar dari bawah panggung, dia menangis, hanya bertanya satu kalimat, "Apakah saya tidak mempunyai hak untuk hidup lagi kah?"

"Tidak!"

"Tidak!!"

Para hadirin di bawah panggung dengan kompak berteriak, kekompakan yang belum pernah ada sebelumnya.

Setelah itu, Maira membuang mikrofon dan berbalik pergi.

Kembali ke belakang panggung, Maira memelototi semua orang, dalam enam bulan terakhir ini dia telah melakukan upaya terbesar dalam hidupnya, dia yang tidak memiliki dasar menari, dan ikut belajar bersama para adik yang jauh lebih kecil dari dirinya, dia berlatih jauh lebih keras dari orang lain, dengan susah payah mencapai babak final, tetapi dia malah diusir oleh semua orang dengan campuran rasa sakit, dia sangat membenci orang yang menyampaikan kabar di balik semua ini.

Menghadapi tatapan cibiran semua orang, Maira duduk di depan meja rias, dia melihat sosok dirinya yang tidak cantik sama sekali di dalam cermin, penuh dengan air mata.

"Mohon maaf Nona Maira, ruas ganti kami ini cukup kecil, tidak bisa menampung bintang hebat seperti Anda, sebaiknya Anda pindah ke tempat lain saja."

Maira menoleh dan menatap tajam, tidak menyangka, bahkan sekarang seorang penata rias kecil saja mau mengejeknya.

"Cepat pergi, kursi tata rias kami pada dasarnya sudah tidak cukup, dan kamu masih mendudukinya."

Maira menepuk meja "Plak", berdiri dan bertatapan dengan penata rias, "Berapa umurmu sampai berani menuduh saya seperti ini?"

Tanpa diduga, penata rias belum sempat membantah, para staf di samping secara tak sengaja bersatu, moncongnya secara berbarengan diarahkan ke Maira.

Maira melihat keadaan, terlihat jelas sangat takut, tetapi tidak bisa mengelak untuk menjadi lembut.

Pada saat itu, ada seorang asisten masuk dengan cepat dan memberi tahu, "Lima menit kemudian semuanya naik ke panggung, cepat cepat, jangan diam lagi."

Manda berlari kecil, dia tahu kalau Maira turun dari panggung, jadi sengaja datang dari kantornya kemari, melihat keadaan, ternyata terjadi keributan lagi.

"Sebentar lagi naik ke panggung, cepat siap-siap," dia maju ke depan, menarik bahu Maira untuk membawanya pergi, "Kamu ikut denganku."

"Kemana? Kamu jangan menarikku."

"Atas dasar apa aku harus mendengarkanmu?"

Manda menghentikan langkah kakinya, menoleh dan berkata padanya: "Sekarang sutradara Porto tidak ada waktu untuk mengurusmu, nanti akan ada wartawan datang ke belakang panggung untuk wawancara, kalau kamu tidak takut menghadapi wartawan, kamu tidak perlu ikut denganku."

Maira tiba-tiba terdiam, sekarang yang paling dia takuti adalah wartawan.

"Aku pikir, saat ini para wartawan itu paling peduli dengan dirimu, bisa dikatakan lebih peduli padamu dari pada siapa juara pertamanya, kamu ingin menunggu mereka?"

Maira dalam hati tidak rela, tetapi tetap saja menggelengkan kepala.

"Kalau begitu jangan omong kosong lagi, cepat ikut denganku."

Manda masih banyak pekerjaan yang harus dikerjakan, dia bisa mengingat Maira saat ini, menyediakan sebuah ruang istirahat pribadi yang tenang untuk Maira, sudah menjadi perhatian terbesar baginya.

"Sudah sampai, kamu istirahat sebentar di sini, sekarang tidak bisa keluar, tunggu sampai lomba selesai kamu keluar sendiri, aku juga harus pergi sibuk."

"Manda," Maira memanggilnya, "Terakhir kali aku bertanya padamu, apakah itu kau?"

Manda dengan serius bersumpah padanya, "Kalau aku melaporkan sedikit berita tentangmu, saya akan ditabrak mati oleh mobil saat keluar rumah."

"Huu, siapa yang percaya dengan sumpah seperti ini!"

"Kamu percaya juga boleh, tidak percaya juga tidak apa-apa, kalau aku yang melakukannya aku tidak akan menghindar, tetapi kalau bukan aku yang melakukannya aku tidak akan menanggung kesalahan itu." Manda melihat waktu, bergegas berbalik badan, "Saya pergi dulu, kamu jaga diri sendiri."

Maira menatap punggung Manda secara diam-diam, sampai saat ini, orang yang bisa mengulurkan tangan membantunya, ternyata hanya Manda.

Ruang peristirahatan ini terlalu tenang, dan bisa mendengar musik yang dilantunkan dari depan, Maira dengan perlahan menjongkok, menangis sambil merangkul lututnya sendiri, dia sedikit lagi hampir berhasil, benar-benar hanya sedikit lagi.

Kediaman Gavin, Anna melihat dengan sangat senang, dan Laras yang menemani Ibu mertuanya menonton siaran langsung, malah semakin khawatir.

Anna: "Saudara perempuan tertuamu terlalu memalukan, sudah berusia masih ingin tampil di publik, tidak tahu dirinya sendiri ada penyakit, tidak tahu seberapa banyak sejarah gelapnya sendiri, dia tidak tahu istilah “ngaca dong” ya?"

Laras mengirimkan pesan pada Manda untuk bertanya tentang situasi yang terjadi, juga tidak tahu kapan Manda bisa membalasnya kembali.

Anna berkata lagi: "Tetapi juga sangat disayangkan, popularitasnya yang begitu tinggi, pasti telah dibenci orang, bisa jadi pelajar mana yang melaporkan berita tersebut."

Laras juga sedang mengecek, dia memberikan ID "Perahu Datar" kepada Gavin, memerintahkannya harus mengetahui siapa orang tersebut sebelum pukul 12.

Anna masih terus berkata, "Eh, benar-benar tidak menyangka, Maira yang pada saat itu adalah gadis yang begitu baik, sekarang sudah berubah seperti apa, sembarangan menggoda orang. Laras, kamu ya, jangan banyak mengurus masalah tentangnya, dengar tidak?"

"Ya, Ma, saya mengerti." Mulut menjawab dengan begitu cepat, tetapi lakukan atau tidak adalah hal yang berbeda.

Novel Terkait

Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu