Cinta Pada Istri Urakan - Bab 367 Ini Adalah Cinta Pertamaku

Laras sudah banyak hari tidak menghubungi Manda, Manda juga tidak menghubunginya.

Setelah rumah milik keluarga Atmaja disegel, Manda pindah dan tinggal di asrama kampus, selanjutnya dia pun menemukan sebuah stasiun TV untuk magang, sekali libur langsung pindah ke mess karyawan.

Laras sudah banyak kali menyuruhnya untuk tinggal di kediaman Gavin dengan tenang, tetapi dia tidak mau.

Pesta pernikahannya, Manda juga tidak hadir, dia tahu kalau Manda demi ingin menghindari Rendra.

Selanjutnya lagi munculah kejadian Jino, suasana hatinya pun murung beberapa hari, sekarang tiba-tiba teringat, dia sudah banyak hari tidak menghubungi Manda.

Telepon berbunyi lama sekali juga tidak ada yang mengangkat, Laras sungguh merasa hatinya tidak tenang, dia berkemas sebentar langsung keluar.

Dengan bertanya di sekelilingnya, akhirnya Laras menemukan mess karyawan stasiun TV, lebih tepatnya, seharusnya mess karyawan magang.

Dia mengetuk pintu, seorang gadis yang tidak dikenalnya yang membuka pintu, “Kamu mencari siapa ya?”

“Aku mencari Manda, aku adalah sepupunya, apakah dia tinggal di sini?”

“Iya, hari ini dia demam, dia meminta izin dan sedang tidur di mess, aku menyuruhnya ke rumah sakit pun dia tidak mau, kamu segera pergi melihatnya.”

“Oh, baik, terima kasih.”

Di bawah panduan gadis tersebut, Laras akhirnya menemukan Manda.

Tempat ini adalah rumah suite yang besar. Dapur, kamar mandi dan ruang tamu dipakai bersama, sisanya dibagikan menjadi beberapa kamar kecil dan Manda pun tinggal di salah satu kamar kecil tersebut.

Luas kamar kecil itu hanya bisa mengisi sebuah tempat tidur.

Kecil dan sempit, juga tidak dapat ditembus angin.

Dengan masuk ke dalam saja Laras merasa sangat makan tempat, namun Manda, malah tinggal di sini.

Hatinya merasa sakit hati, melihat Manda yang terbaring sakit di atas tempat tidur sambil bernafas dengan lemah, hatinya lebih terasa sakit dan menyalahkan dirinya sendiri.

“Manda, Manda, bangunlah, Manda?”

Manda terlihat bingung, demam tinggi telah membuat mukanya merah merona, namun seluruh tubuhnya tidak berkeringat sama sekali, tidak berkeringat, suhu tubuhnya juga tidak menurun. Dia samar-samar bisa merasakan ada orang yang memanggilnya, tetapi bagaimanapun tidak dapat membuka matanya.

Laras mengulurkan tangannya ke dahi Manda untuk menyentuhnya, tangannya langsung terasa terbakar, dia meningkatkan nadanya dan memanggilnya, “Manda, kamu bangunlah, Manda? Aku Laras! Manda?”

Bulu mata Manda bergerak, tetapi kelopak matanya tidak dapat dibuka.

Laras merasa panik, segera berteriak keras memanggil gadis di luar, “nona, nona, datang bantu boleh? Aku mau membawanya ke rumah sakit.”

Dengan bantuan gadis itu, Laras akhirnya membawa Manda keluar.

Awalnya ingin memanggil taksi, tetapi di jalan yang dingin dan sepi ini bahkan tidak terlihat sebuah mobil pun. Saat ini dia merasa sangat menyesal tidak menyuruh Pandu untuk mengantarkannya ke sini.

Tidak berdiri lama, gadis tersebut sudah kedinginan dan tidak tahan, “Aku masih harus menyelesaikan laporanku, duluan ya.”

Laras merasa sangat tidak berdaya, tetapi juga hanya dapat menunjukkan rasa terima kasihnya, “Baik, terima kasih.”

Dia membiarkan Manda untuk bersandar di punggungnya sendiri, dia langsung merasakan kehangatan di punggungnya.

“Manda, Manda, kamu bertahan sebentar, aku segera membawamu ke rumah sakit.”

Laras dengan sekuat tenaga menahan Manda, lalu dengan panik mengeluarkan HPnya untuk memanggil 120.

Pada saat ini, suara pedal gas terdengar mendekat dari jauh, Laras baru saja memutarkan kepalanya untuk melihat, mobil balap itu sudah berhenti di hadapannya, dengan suara gasnya, “Sss”, membuatnya hampir jatuh membawa Manda.

Pintu mobil terbuka, seorang lelaki keluar dari pintu pengemudi.

Laras melihat dengan teliti, “Tanu, mengapa kamu di sini?”

“Naiklah dulu.” Tanu mengulurkan tangan untuk menerima Manda.

Tentu saja Laras tidak sudi, “Eh eh, apa yang kamu lakukan? Jangan macam-macam!”

Tanu berkata dengan tulus: “Nyonya Pradipta, segala sesuatu harus dipikirkan berat tidaknya dan darurat tidaknya, kita terlebih dahulu membawa Manda untuk segera diobati di rumah sakit, baru ribut.”

Laras ragu-ragu.

“Naik mobil dulu, setelah naik mobil, aku akan menjelaskan, boleh?”

Selesai bicara, dia secara paksa menarik Manda ke sana, menggendongnya ala putri dan langsung digendong ke dalam mobil.

Laras bisa apa lagi, hanya bisa ikut naik.

Di tengah perbincangan baru tahu, ternyata Tanu selama ini giat mengejar Manda, tempat ini dia setidaknya datang tiga kali sehari, biarpun setiap kali Manda tidak ingin turun menemuinya, tetapi dia memang tidak menyerah, tetap datang setiap hari.

Laras mengejeknya, “Kamu benar-benar tidak menyerah kalau tidak dapat apa yang kamu inginkan ya.”

Tanu: “Aku tidak takut ditertawaimu, aku pertama kali jatuh cinta pada seorang anak perempuan, ini adalah cinta pertamaku.”

“Haha…” Bolehkah aku tertawa? Ini adalah lelucon terlucu yang pernah kudengar.

“Mengapa? Kamu tidak percaya?”

“Kata-katamu kan susah dipercaya orang, bagaimanapun kamu memiliki begitu banyak sejarah hebat yang membuat aku tertawa, sembarang ambil satu, sudah bisa merusak kehidupan seseorang.”

“….”

“Seorang ahli cinta sepertimu, jangan melukai Manda lagi, kamu biarkan saja, lepaskan dia, boleh?”

“Tetapi terhadap Manda aku tulus, aku bisa memuaskan semua permintaannya.”

“Dia menyuruhmu pergi, apakah kamu sudah pergi?”

Kata-kata Tanu tersumbat, sudah tahu kalau mulut Laras sangat hebat, apalagi saat mengejek orang lain lebih hebat lagi.

“Nyonya Pradipta, kamu tidak usah mengejekku, aku tidak akan mundur, dari kecil hingga besar aku belum pernah menemukan sesuatu yang membuatku merasa seyakin ini, aku mau Manda!”

Laras: “…”

Dengan cepat mereka sampai di rumah sakit, Manda sudah kehilangan kesadarannya, Tanu menggendongnya dan lari menuju Unit Gawat Darurat.

Setelah Manda didorong ke dalam, dia masih tidak berhenti menelepon pimpinan rumah sakit, memerintahkan rumah sakit untuk menggunakan dokter terbaik untuk mengobati Manda.

Dia sedang menggunakan caranya sendiri untuk melindungi Manda.

Laras duduk diam di atas kursi sambil menunggu kabar, setelah melihat semuanya, kalau saja Tanu dulunya tidak begitu brengsek, kalau saja dia tidak ada begini banyak keterlibatan dengan Maira, kalau begitu, berdasarkan keramahan dan ketulusan hatinya terhadap Manda sekarang ini, mungkin saja Manda benar-benar akan tersentuh olehnya.

Tetapi, dia memahami Manda, jangan membahas Rendra dulu, hanya dengan tingkat hubungan Tanu dengan Maira, Manda juga tidak akan menerima Tanu, apapun yang dilakukan Tanu sekarang tidak ada gunanya.

Saat dia melihat Tanu menutup teleponnya dan bersiap-siap membuat panggilan baru lagi, dia membuka mulutnya untuk berkata: “Tidak bisakah kamu berhenti sebentar? Bukannya dokter sudah sedang berusaha mengobatinya? Lagipula tadi perawat sudah mengabari, Manda sudah tidak ada kendala besar, haruskah kamu melelahkan banyak orang untuk hal ini?”

Tanu pun menurunkan HPnya dengan tidak rela.

Laras bertanya lagi: “Tuan Muda Dibyo, aku ingin bertanya satu pertanyaan, aku harap kamu dapat menjawabku dengan jujur.”

“Tanyalah.”

“Perusahaanmu meminta Ariel untuk menjadi artis iklan, kalau begitu kamu dan Ariel pernah berinteraksi, betul kan?”

“Iya, bukannya itu pasti!”

“Baik, aku bertanya lagi, Ariel setelah kembali popularitasnya langsung melonjak, dia menarik Rendra untuk membuat gosip dan memainkan peran wanita yang budak cinta, apakah ini juga direncanakan oleh kalian?"

Tanu terkejut, berpikir dalam hati, ternyata Laras ini pintar juga.

“Perusahaan besar mencari artis untuk mengiklankan, selama masa itu pasti tidak mengharapkan artis tersebut disebarkan berita yang negatif, tetapi sekali Ariel diumumkan sebagai artis iklan perusahaan, langsung mulai ada gosip, aku benar-benar sangat mencurigai ini adalah hasutanmu, tujuannya untuk memisahkan Manda dan Rendra.”

“Tuan Muda Dibyo, kalau kamu terdiam, aku akan menganggap kamu sudah diam-diam mengakuinya.”

Novel Terkait

Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu