Cinta Pada Istri Urakan - Bab 142 Tetap Harus Ada Orang Yang Menjadi Tumpuan Semua Orang

Yang sedang berbicara adalah seorang gadis kecil yang tidak dapat tempat untuk ikut berdesakan di depan, dia berada paling dekat dengan Laras, jadi dia bertanya seperti itu.

Gadis kecil itu sangat putih, bibirnya berwarna merah, sepasang matanya yang besar benar-benar terlihat bersinar, rambutnya dikuncir dua di sebelah kiri dan kanan, rambutnya sedikit dan juga berwarna pirang, benar-benar mirip dengan anak blesteran.

Saat Gavin mendengarnya, dia memperlihatkan ekspresi tidak tahu harus tertawa atau menangis yang tidak pernah diperlihatkannya di hadapan siapapun, dia berjongkok lalu menarik tangan gadis kecil itu serta bertanya : "Kenapa pacar paman dipanggil kakak?"

Gadis kecil itu melirik Laras lalu mengedip-ngedipkan matanya yang besar, kemudian dia dengan keras kepala berkata : "Ya karena dia memang kakak." setelah itu, tidak tahu bagian mananya yang lucu, dia tiba-tiba menggelengkan kepalanya dan tertawa kencang.

Laras dibuat tertawa oleh penampilannya yang imut dan juga tingkahnya yang lucu, "Adik kecil, kamu benar sekali, aku adalah kakak Laras."

Mereka sama sekali tidak perlu memindahkan barang-barang yang berada di bagasi belakang mobil Gavin, beberapa laki-laki yang berperawakan tinggi sudah menurunkan barang-barang itu dari tadi, isinya ada makanan, pakaian dan juga peralatan sekolah.

Kepala sekolah dan guru datang karena mendengar kabar kedatangan Gavin, saat mereka melihat Gavin, mereka merasa sangat gembira.

"Jenderal Gavin, terima kasih atas kebaikan anda, pakaian-pakaian yang anda berikan tahun lalu juga masih ada, sekarang anda kembali menyumbangkan uang dan juga barang-barang ini, saya mengucapkan terima kasih kepada anda atas nama anak-anak."

"Tidak usah sungkan, aku datang membawa istriku kemari untuk menjenguk Bobi."

Wajah kepala sekolah terlihat gembira, "Wah, ternyata anda adalah Nyonya Pradipta, selamat, selamat, Bobi sedikit demam hari ini, saat ini dia sedang tidur di asrama."

"Demam?"

"Jenderal Gavin tidak usah khawatir, perubahan musimlah yang menyebabkan dia demam, dokter sudah memeriksanya dengan seksama, setelah minum obat dia akan segera sembuh."

Setelah mendengarnya, barulah Gavin merasa tenang, setelah itu dia kembali mengobrol sebentar dengan anak-anak, kemudian dia membawa Laras pergi ke asrama murid-murid.

"Bobi adalah putra teman seperjuanganku," di perjalanan ke asrama, Gavin berkata, "Dia dan istrinya tinggal terpisah, pada suatu kali saat dia sedang melakukan misinya, dia dikenali oleh anak dan istrinya yang sedang berjalan-jalan di luar, putranya yang baru berumur 3 tahun itu hanya memanggilnya satu kata saja, papa, saat itu mereka sekeluarga juga tidak sedang berpapasan secara langsung, putranya hanya melihatnya dari jauh dan memanggilnya papa, namun identitasnya sudah ketahuan, para penjahat itu sudah mengingat wajahnya dan juga wajah istri serta putranya."

"Beberapa hari kemudian, dia mendapatkan berita buruk dari rumahnya yang ada di desa, tiba-tiba terjadi kebakaran di rumahnya, ayahnya, ibunya, kakaknya, kakak iparnya, keponakannya yang perempuan dan laki-laki, dan juga putranya, satu rumah yang berisi 7 orang semuanya mati dalam kebakaran itu, setelah pemadam kebakaran memadamkan apinya, mereka menemukan kalau pintu dan juga jendela di rumahnya dikunci dan juga dipaku mati, ini adalah kebakaran yang disengaja."

Begitu mendengarnya, Laras membelalakkan kedua matanya, dia tidak ada hubungan kerluarga dan juga tidak mengenal mereka, namun hatinya tetap merasa sangat sakit, hal ini benar-benar sangat kejam.

"Satu-satunya yang dapat lolos dari bencana itu adalah istrinya, malam dimana terjadi kebakaran itu, kakak ipar sedang dirawat di rumah sakit, karena itulah dia dapat lolos dari kebakaran itu, namun apakah kamu tahu kenapa dia bisa masuk rumah sakit? Karena sehari sebelumnya, dia diperkosa dan hampir saja keguguran, saat itu dia sedang dirawat di rumah sakit agar janinnya bisa dipertahankan."

"Bahkan setelah kakak ipar dilecehkan seperti itu dia tetap tidak memberitahukan suaminya, sampai kebakaran yang menghanguskan satu keluarga itu terjadi, barulah kepala desa meneleponnya. Saat itu aku sedang bersamanya, seorang pria kuat seperti dia, langsung berlutut dan menangis di tempat dengan sedihnya."

"Setelah dia mengambil cuti selama 3 hari untuk pulang ke kampung halamannya dan mengurus segalanya, dia kembali bekerja, kami semua membujuknya untuk istirahat lagi selama beberapa hari untuk menemani kakak ipar, namun dia berkata kalau dirinya harus menyeret para pengedar narkoba itu ke pengadilan, dia ingin membalaskan dendam keluarganya dengan tangannya sendiri."

"Meskipun kakak ipar dapat tetap hidup, namun orang yang memperkosanya adalah seseorang yang mengidap AIDS, hanya sekali saja namun langsung menularkannya kepadanya, saat itu kakak ipar sedang mengandung 3 bulan, sayangnya meskipun dia sudah dirawat tepat waktu, namun setelah anaknya lahir dan dilakukan pemeriksaan terhadapnya, anak itu tetap sudah terinfeksi."

Gavin mengerutkan keningnya, setiap kali dia mengungkit soal tragedi ini, dia akan merasa sangat sedih karenanya, dia bagaikan sedang menceritakan tentang hal-hal yang terjadi kepada dirinya sendiri.

Saat ini kedua mata Laras sudah memerah, "Kakak ipar benar-benar sangat hebat, apakah dia yang seorang wanita dapat menanggung semua hal ini?"

"Tentu saja tidak bisa, 6 bulan setelah anak itu lahir, kakak ipar membawa anaknya untuk lompat bersama dari lantai 7, dia meninggal di tempat, namun karena ada keajaiban, anak itu bisa tetap hidup, anak itu adalah Bobi."

"Kalau begitu teman seperjuanganmu dimana?"

Membicarakan soal dirinya, raut wajah Gavin terlihat semakin muram, "Sudah 5 tahun pasukan khusus serigala tidak ada kabar tentangnya."

"........"

Tatapan kedua mata Gavin begitu dalam bagaikan sebuah jurang yang sangat dalam, membuat orang tidak dapat melihat dasarnya dan tidak bisa menebak jalan pikirannya, Laras tidak tahu harus bagaimana menghibur dirinya, dia juga tidak tahu bagaimana cara mengendalikan perasaanya sendiri, dia hanya bisa terus meneteskan air matanya.

Gavin memeluk bahunya dengan lembut lalu membantunya menghapus air matanya, "Dasar bodoh, kenapa menangis?"

"Aku merasa sangat sedih, aku dapat mengerti perasaan kakak ipar, tapi aku tidak dapat membayangkan bagaimana putus asanya kakak ipar pada saat itu."

Gavin menghentikan langkahnya lalu membawanya masuk ke dalam pelukannya, dia tidak mengatakan apapun, hanya memeluknya dengan diam.

Sebenarnya bagi setiap anggota pasukan khusus, hidup atau mati benar-benar bukan sesuatu yang sangat serius bagi mereka, mungkin karena mereka sudah terbiasa atau mungkin juga karena mereka sudah mati rasa, mereka tidak ada yang tahu siapa yang akan mengalami musibah berikutnya, apakah dirinya sendiri ataukah keluarganya.

Namun tidak ada yang mundur, karena tetap harus ada yang menjadi tumpuan semua orang.

"Ayo kita masuk ke dalam, asrama Bobi ada disini, dia sangat suka menggambar."

"Ok."

Laras menghapus air matanya lalu tersenyum dan ikut masuk bersama Gavin dengan memasang senyuman yang sangat indah.

Ini adalah sebuah kamar asrama biasa yang bisa ditempati oleh 2 orang, yang merupakan asrama yang ditempati oleh Bobi dan juga satu orang guru, karena Bobi demam, jadi untuk sementara dipindahkan kemari.

Ada seorang anak yang berkulit kuning dan kurus sedang tertidur di atas ranjang, karena kedatangan mereka, Bobi membuka matanya, sepasang mata hitam yang besar dan juga bersinar memandang mereka dengan antusias.

"Paman Gavin," setelah Bobi tertegun selama 3 detik, barulah dia memanggil Gavin dengan gembira, dia juga langsung bangkit dan duduk di atas ranjang, "Paman Gavin, aku baru saja bermimpi, bermimpi paman datang kemari, begitu aku bangun, paman ternyata benar-benar datang."

Gavin duduk di samping ranjang dan mendorong anak itu untuk kembali berbaring, kemudian dia menyelimutinya dengan hati-hati, "Paman sudah berjanji kepadamu jika ada waktu luang paman akan datang kemari untuk melihatmu, tentu saja aku tidak akan mengingkari janjiku kepadamu."

"Sebelum tahun baru aku terus menunggu paman datang."

"Saat tahun baru aku sedang berada di luar kota, aku baru saja kembali beberapa hari yang lalu."

Bobi menatap Laras lalu bertanya : "Paman, kakak yang paman bawa ini adalah seorang malaikat yah?"

"......." kenapa kakak lagi, meskipun hati Gavin menolaknya, namun dia tetap berkata sambil tersenyum, "Benar sekali, dia juga membawa hadiah untukmu."

Laras segera memberikan sebuah bingkisan kecil lalu berjongkok di samping ranjang Bobi dan berkata : "Kamu namanya Bobi yah, namaku Laras, aku dengar kamu suka melukis, ini adalah satu set cat air untukmu."

"Terima kasih kakak malaikat, aku memang lagi menginginkan satu set cat air, aku suka sekali."

Laras mengelus dahi anak itu dengan lembut, anak ini memang kurus, namun matanya sangat bercahaya, mulutnya juga sangat manis, mungkin saja dia masih belum mengetahui apa yang terjadi kepada keluarganya, juga belum tahu apa artinya AIDS, jika bisa, Laras berharap kalau dia selamanya jangan sampai tahu.

Bobi mengulurkan tangan kecilnya ke bawah bantal lalu meraba-raba sesuatu di bawahnya, tidak lama kemudian dia mengeluarkan 2 buah permen dari dalamnya, "Ini, satu untuk paman, satu untuk kakak, ini adalah permen yang diberikan kepala sekolah untukku, tapi aku merasa sayang untuk memakannya, kebetulan aku berikan kepada kalian saja."

Novel Terkait

Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu