Cinta Pada Istri Urakan - Bab 526 Berbaring Sebentar Juga Tidak Akan Hamil

Setelah selesai membuat kue liat berwarna sudah sangat malam, Nana dan Bobi sudah sangat ngantuk.

Gavin memandikan mereka, lalu mereka langsung pergi tidur, tidak perlu dibujuk, begitu kepala mereka menyentuh bantal langsung tertidur.

Begitu anak-anak tertidur, paman kuda kecil ini tidak memiliki kerjaan.

Tidak ada kerjaan, maka dia berjalan, berjalan sampai ke depan kamar Laras.

"Tok tok tok", dia mengetuk pintu pelan, "Sudah tidur belum?"

Di dalam tidak ada suara.

Dia malah tidak putus asa,dan terus mengetuk.

Tiba-tiba, Romo yang di seberang membuka pintu.

Gavin membeku, memutarkan kepalanya dan menunjukkan senyuman yang sangat canggung.

Kedua orang berdiri canggung, dia tadi baru saja mau mengatakan sesuatu, Romo langsung memindahkan pandangannya dari Gavin, seperti menganggapnya tidak ada, dengan santai berjalan melewati kamar Laras.

Gavin menghela nafas berat, tidak mengetuk pintu lagi, langsung membuka pintu dan masuk.

Laras yang sedang duduk di sandaran tempat tidur. tangannya sedang memegang buku tentang manajemen sedang dibaca.

Di bawah cahaya kuning hangat, Laras menundukkan kepalanya, beberapa helai rambutnya terlepas ke bawah dari sebelah telinganya, meluncur dari pundaknya, dari bawah pancaran cahaya lampu, sebelah wajahnya yang bercahaya, membuatnya tampak sangat tenang dan lembut.

Gavin melihat sampai tidak berkedip, "Belum tidur kenapa tidak menjawabku?"

"Tidak menjawabmu tandanya tidak mau kamu masuk, untuk apa kamu masuk?"

"Tadi aku bertemu dengan papamu, mengejutikanku saja."

"Nyalimu besar sekali, di depan mata papaku juga berani masuk."

Gavin sudah belajar menebalkan mukanya, menghadapi Laras harus bermuka tembok, dia sambil tersenyum duduk di sebelahnya, dengan wajah tersenyum: "Mana mungkin, sebesar apapun nyaliku juga tidak berani melewatinya menemuimu, itu karena dia sudah mengakui hubungan kita, jadi dia tutup sebelah mata."

Laras bergeser ke samping, menjauh darinya, "Kita ada hubungan apa? Kamu jangan sembarangan bicara."

Gavin langsung berbaring horizontal, kepalanya langsung diletakkan di atas paha Laras, tentu saja, dipisah dengan selimut.

"Kamu yang menentukan kita ada hubungan atau tidak, kamu juga yang menentukan kita ada hubungan apa."

"Pergi."

"Tidak mau, hanya berbaring sebentar kok, demi kue tanah liat berwarna itu, kepalaku terus menunduk sampai pegal sekali."

Laras tidak berbicara, juga tidak mendorongnya lagi, dia mau berbaring ya berbaring saja, lagipula berbaring sebentar juga tidak akan hamil.

Gavin menaikkan pandangannya melihat Laras, melihatnya dari jarak sedekat ini, juga bisa melihat bulu tipis yang ada di pangkalan hidung dan dagunya, bulu tipis ini membuat kulitnya tampak lebih mulus, seperti kulit bayi, tidak ada cacat sedikitpun.

Dia sangat ngin menjulurkan tangannya mencubitnya, apakah akan mengeluarkan air.

Dia dengan penasaran bertanya: "Apa yang sudah Jenny katakan padamu?"

Pandangan Laras masih belum beralih dari buku, sambil membaca, sambil menjawab pertanyaannya, "Tidak ada, hanya minta maaf, bilang kalau dulu dia terlalu kelewatan, berharap kalau aku bisa memaafkannya."

"Kalau begitu apa kamu sudah memaafkannya?"

"Tidak bisa dikatakan memaafkan atau belum, aku tidak pernah menyimpannya di hatiku."

"......" Gavin langsung terdiam, jawabannya ini diluar dugaannya, dia sampai tidak tau bagaimana menanyainya lagi.

"Kalau begitu kamu sudah memaafkannya kan?" Dia mulai memaksa mengobrol.

Laras juga tidak melihatnya, dia asal bergumam, bahkan juga sedikit tidak ikhlas.

Boleh dibilang kalau sudah mendapatkan jawaban yang dia inginkan, tiba-tiba Gavin menjadi senang, "Kamu bahkan sudah memaafkannya, lebih baik aku juga kamu maafkan saja?"

Pandangan Laras akhirnya jatuh ke wajahnya, "Kamu melakukan seribu cara untuk berbicara denganku, hanya untuk menjebakku?"

"Tidak, tidak, aku mana berani......"

"Paling bagus kalau tidak berani, masa pengawasan kamu mengerti tidak?"

Bibir Gavin langsung melengkung ke atas, bahkan matanya ikut tersenyum, "Oh, berarti maksudmu, aku sudah naik pangkat ke masa pengawasan ya? Kalau begitu masa pengawasan butuh berapa lama?"

"Tidak tau." Laras memalingkan pandangannya lagi, melanjut membaca bukunya.

Gavin tersenyum bodoh, hanya terus menatapnya.

Dia dari dulu merasa wajahnya cantik sekali, apalagi matanya, besar dan berkilau, bahkan pupilnya saja bersemangat.

Dia yang sekarang, juga bertambah lebih keibuan, lebih menawan daripada dulu, dia yang hanya melihat saja sudah membuatnya terpesona.

Laras tentu saja bisa merasakan pandangannya yang terang-terangan, mengangkat lututnya mengingatkannya, "Kakiku sudah kamu timpa sampai kesemutan, bangun."

Gavin berputar setengah, memindahkan kepalanya ke atas bantal, berbaring searah dengannya.

"Kalau mau tidur pergi ke ruang tamu, jangan bermalasan disini."

Gavin membalikkan badannya ke arahnya, lengan panjangnya memeluk kedua kaki Laras, dengan manja, berkata: "Walaupun masa pengawasan, juga boleh merasakan sedikit rasa manis, bagaimana juga aku begitu lelah menjaga anak-anak."

"Ini adalah dua hal yang berbeda."

"Laras......" Gavin memeluk kedua kakinya, pipinya menempel padanya, "Laras, Larasku yang baik, kamu anggap saja ada orang yang melayanimu, juga membantu menjaga anak dan mengajar anak-anak, apa tidak baik?"

"Menjijikan sekali......Hoek......" Begitu mengatakan menjijikan, dia benar-benar merasa jijik.

Gavin dengan bercanda berkata: "Tidak perlu sampai seperti itu, aku sungguh membuatmu jijik sampai ingin muntah?"

Tapi, Laras sama sekali tidak sedang bercanda, dia sungguh ingin muntah, langsung menyibakkan selimutnya dan turun dari tempat tidur, dengan cepat berlari ke arah kamar mandi.

"Hati-hati sedikit, kamu masih terluka." Gavin juga ikut berdiri, dengan khawatir ikut kesana.

Laras merangkak di depan kloset dan muntah dengan hebat, memuntahkan semua yang dia makan tadi malam, lambungnya juga sangat tidak nyaman.

"Kumur dulu mulutmu."

Gavin memberikan segelas air, Laras baru saja minum sedikit, lalu muntah dengan hebat lagi, rasa jijik itu langsung datang, tidak bisa dihentikan.

"Kenapa dari yang baik-baik saja tiba-tiba seperti ini?" Gavin tidak tau harus bagaimana, "Apa kamu ada makan makanan yang tidak bersih? Kalau tidak.......Kalau tidak aku langsung antar ke rumah sakit?"

Setelah muntah sesaat, akhirnya membaik, Laras jongkok di depan kloset, dalam sesaat dia merasa panik.

Dia dengan pandangan yang tidak bisa dipercaya melihat Gavin, Gavin berbicara dengan lamban, tidak mengerti, "Kenapa? Bagian mana yang tidak nyaman? Bahumu ada terluka tidak?"

Laras dengan kesal berkata: "Kamu keluar!"

"Ha?"

"Keluar, dengar tidak?"

".......Ada apa ini? Kenapa langsung berubah? Laras, aku bawa kamu pergi periksa ke rumah sakit saja."

"Dasar kamu bodoh, keluar!"

Laras sedikit panik, dia berdiri, dengan kuat mendorongnya keluar.

Tapi, berjongkok terlalu lama, berdiri terlalu cepat, tiba-tiba kepalanya pusing, pandangannya menggelap, hampir saja terjatuh.

"Laras......" Gavin langsung menangkapnya, melihat wajahnya dengan teliti, pucat sekali, wajahnya yang sangat bagus tadi sudah mengilang.

Laras sedikit lemah, terpaksa harus bersandar di dadanya.

Gavin sambil mengingat dan berkata: “Makan malam tadi kita makan bersama, kalau makanannya bermasalah, kenapa kami baik-baik saja? Pasti tubuhmu bermasalah, ayo, aku sekarang bawa kamu ke rumah sakit."

"Aku mungkin......" Laras menarik nafasnya dalam, perasaan ini sangat familiar, dia pernah merasakannya.

"Mungkin apa?"

Laras mengangkat kepala melihat Gavin, Gavin juga melihatnya.

Gavin dari tidak mengerti sampai curiga, dari curiga sampai tersadarkan, saat dia tiba-tiba sadar akan sesuatu, matanya langsung bersinar, "Kamu......"

Novel Terkait

Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu