Cinta Pada Istri Urakan - Bab 236 Maukah Kamu Menjadi Pacarku

Ciuman ini berlangsung sangat lama, sampai betis Manda keram baru selesai.

Dia benar-benar keram, yang pertama karena terlalu gugup, yang kedua karena dia takut kaki Rendra akan sakit apabila dia duduki, jadi dia menjijitkan jarinya kelantai, karena terlalu lama, kakinya menjadi keram.

"Sudah keram," Dia sangat tidak rela mendorong Rendra, "Betisku keram, sakit sekali."

Bibir kedua orang ini karena bergesekan terlalu lama jadi ada sedikit kemerahan, Rendra dengan cepat menggarahkan kursi rodanya kedepan sofa, lalu dengan pelan memindahkannya keatas sofa.

"Duduk yang bagus, angkat kakimu biar kulihat."

"Sakit, sakit, tidak bisa diangkat......" Manda mengerang kesakitan.

Rendra mengangkat kakinya dengan cepat, satu tangannya memegang pergelangan kaki Manda, satunya lagi memijat otot betisnya, "Tahan sebentar, sakitnya akan hilang."

"Ehn......" Dia merasakan seluruh telapak tangannya memijat daging kulitnya.

Juga merasakan, telapak tangannya mengeluarkan keringat.

Detik itu, rasa manis yang datang lebih besar dibandingkan rasa sakit keram.

"Apa sudah lebih baik?"

"Ehn, jauh lebih baik, terimakasih."

Rendra melepaskan cengkramannya, pijatannya juga lebih pelan.

Lama-lama, pijatannya aneh, tatapannya juga aneh, Manda langsung menarik kakinya, duduk menjauh.

Perkataannya tadi sudah sangat jelas, pergerakannya lebih jelas lagi, wajahnya memerah, bibirnya yang memang sudah merah lebih memerah lagi karena dia gigit sendiri.

Rendra tersenyum, memajukan kursi roda kearahnya, "Kenapa menghindar? Saat mengejarku bukannya sangat berani?"

"......" Manda sangat malu sampai-sampai ingin bersembunyi kedalam lubang.

"Hahaha, lihat modelmu yang sekarang ini, jelas-jelas penakut."

Manda memajukan bibirnya karena tidak senang, berkata: "Siapa yang penakut?"

"Siapa yang membalasku, dialah si penakut."

"Tidak mungkin, aku berani kok."

Rendra menaikkan kedua alisnya, dengan tersenyum berkata: "Ehn, kalau begitu kamu berani apa?"

"Aku......" Manda mengatupkan giginya, menutup bibirnya, badannya yang kecil menyimpan ledakan begitu kuat, tiba-tiba dia berlutut diatas sofa, menggunakan caranya untuk mencium dia balik.

Kedua tangannya melingkari leher Rendra, kedua kening orang itu bersentuhan, begitu juga dengan hidung dan mata mereka, jarak mereka tinggal sejengkal.

Manda bisa merasakan detakan jantung Rendra, dengan detakan jantungnya sama-sama kuat.

Juga merasakan nafasnya yang ada sedikit tembakau, membuatnya tergila-gila dan tidak bisa mengontrol dirinya.

"Sesebentar ini saja?" Rendra mengeluh, "Aku menciummu begitu lama, kamu hanya membalasku sebentar saja?"

Bibir Manda yang terkatup rapat bergetar, sudut bibirnya sedikit membentuk lengkungan senyum.

Namun detik selanjutnya, dia juga marah, berkata: "Heng, sebenarnya seberapa besar pesonamu sampai membuat mantan pacarmu tidak bisa melupakanmu walau sudah putus begitu lama?"

Rendra dengan pasrah mengungkapkan kebingungannya, namun nada bicaranya terdengar sedikit angkuh, "Seberapa besar pesonaku, kamu pasti sangat mengerti."

"......" Ya Tuhan, level lawannya terlalu tinggi, pemula sepertinya langsung dikalahkan.

Rendra mengulurkan tangannya merengkuh pinggangnya, telapak tangannya yang besar ada di belakang punggungnya, dengan kuat meremas, "Hm?"

"......" Manda tak berdaya, dia tenggelam dalam suaranya yang berat dan elegan selama beberapa menit.

Cahaya matahari dari luar jendela masuk kedalam, menyinari sofa, juga menyinari wajah cantiknya.

Wajah sampingnya seperti dicat oleh cahaya lembut, melihatnya dari jarak yang sedekat ini, bahkan bisa melihat rambut tipis diwajahnya.

Rendra tidak bisa menahan untuk mencubit pipinya.

Ini adalah wajah orang yang berumur 20an, sangat elastis, mulus, dan sangat sehat.

Tatapannya seperti ditutupi kabut, menatapnya dengan lurus, semakin lama matanya semakin kecil, dia melihat semakin dekat.

Dia juga tidak menyentuhnya, hanya melihatnya seperti ini.

Manda merasa kalau jantungnya sendiri berdetak semakin cepat, seperti akan keluar dari tenggorokannya.

Sebelum jantungnya berhenti, dia langsung memalingkan wajahnya.

Rendra tertawa, lalu meluruskan kepala Manda, dengan formal berkata: "Manda, apa kamu bersedia menjadi pacarku? Berikan aku kesempatan untuk menjagamu, mencintaimu."

"......" Aw, apa kemampuan pria tua memang sehebat ini? Walaupun kata-katanya sangat kuno, tapi sangat berguna.

"Hm?"

Lagi, Manda paling tidak tahan ketika Rendra bergumam "hm?", entah wajahnya ataupun suaranya, hatinya langsung bergerak.

"Hm?" Dia lebih mendekat dengan Manda, bibirnya hampir menyentuh bibirnya.

Manda sama sekali tidak bisa menolak, hanya mengangguk, "Ehn!"

Rendra mengelus kepalanya, berkata: "Pintar."

"Kenapa aku merasa kamu seperti mengelus seekor anjing?"

Ketika disaat-saat mesra seperti ini tiba-tiba muncul kalimat seperti itu, benar-benar menghancurkan suasana, Rendra yang awalnya ingin menciumnya, langsung berhenti.

"Isi otakmu ada barang aneh apa saja sih? Kenapa bilang kamu sendiri itu anjing?"

"Kenapa rupanya, anjing juga sangat lucu, gong gong gong."

Rendra menjepit dagunya, ibu jarinya membentuk lingkaran, "Rupanya anjing kecil, pantas saja tadi menggigitku."

"......Mana ada?"

Wow, pria waras mencoba untuk menggila, membuat orang tidak tahan.

"Tidak tau, coba lagi?" Rendra menahan dagunya, langsung meraup bibir mungilnya.

Kali ini, Manda tidak begitu kaku agi, hanya saja jantungnya masih berdebar sangat cepat, tangannya tidak tau harus diletakkan dimana.

Rendra menghisap bibir bawahnya, dan menggigit pelan.

Sebenarnya siapa yang anjing kecil?

Manda dengan kesal melayang tinjuan ke dadanya.

Di satu sisi adalah pengakuan yang bergairah, sisi lainnya malah tangisan yang memilukan.

Ariel tidak pernah menyangka kalau dirinya telat satu langkah.

Ketika di SD Gunung Sumbing dia sudah merasakan perlakuan yang berbeda Rendra kepada Manda, hanya saja pada saat itu dia masih belum menanggap penting Manda.

Hubungannya dan Rendra adalah pasangan dari kecil sampai dewasa, hanya satu langkah lagi menuju perkawinan.

Dulu Rendra hal apapun menurut padanya, mencintainya, bahkan mwmanjakannya.

Ketika karirnya sedang mengalami kemajuan, tidak cocok mengumumkan bahwa dia mempunyai pasangan, Rendra rela menjadi pacarnya secara diam-diam.

Dia pasti sangat mencintainya makanya bisa bertahan, benarkan?

Dengan perasaan begitu kuat, Ariel selalu percaya bahwa Rendra selalu menunggunya.

Dia sudah sangat lama memperhatikan rumah di unit ini, begitu dia tau kalau rumah ini mau dijual, dan sangat kebetulan ada di sebrang rumah Rendra, dia langsung membelinya.

Dia merasa ini adalah rencana Tuhan, bahkan Tuhannya saja ingin mereka kembali bersama.

Tetapi semua yang ada dihadapannya membuatnya sakit hati sangat dalam.

"Kak, kamu jangan begini, kamu begini, aku juga ingin menangis." Sandra menghibur disebelahnya.

Ariel tidak bisa berkata apa-apa, tetapi air matanya terus mengalir keluar, dia membenarkan kalimat itu, manusia hanya akan mengerti untuk menghargai sesuatu apabila dia sudah kehilangan.

Handphonenya berbunyi, telepon dari asistennya.

"Kak Ariel, pesawat jam 6 jangan sampai terlambat, jam 12 malam masih ada syuting."

Novel Terkait

Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu