Cinta Pada Istri Urakan - Bab 813 Waktu Kamu Kecil Sama Bandelnya Dengan Dia

Ketika Romo mengungkit Reni, Eli tidak ada posisi untuk menyampaikan pendapat, yang penting dengar saja, tapi Romo membicarakan kehidupan Laeas di rumah suaminya, dia menjadi khawatir.

"Kenapa, bukankah suami Laras sangat menyayanginya? Laras di rumah suaminya juga bisa mendapatkan kesulitan?"

Romo melihatnya yang panik, sibuk menjelaskan, "Itu dulu, sekarang lumayan, bagaimana juga Laras melahirkan sepasang anak untuk keluarga Pradipta, Gavin juga memang sangat melindungi Laras, mertuanya juga mengerti, tidak akan mempersulitnya lagi. Aku juga sudah melihat ketulusan Gavin kepada Laras, aku baru tenang menyerahkan Laras kepadanya."

Eli yang mendengarnya malah semakin gugup, mama Morales juga sangat tidak suka padanya, hubungan mertua dan menantu selalu tidak baik, "Apakah keluarga Pradipta sangat berkuasa?"

Romo tidak membantah, "Keluarga yang mempunyai status tinggi di masyarakat seperti keluarga Pradipta pastinya berkuasa, makanya aku semakin harus membantu Laras untuk bisa diandalkan, aku tidak akan mengizinkan siapapun menyakiti Laras, kamu tenang."

Di sisi menghadapi putrinya, sebenarnya mereka berdua sangat mirip, mempunyai rasa salah yang sangat mendalam kepada putrinya, ingin menggantinya untuk putrinya.

Saat ini, Laras sudah menarik Nana Bobi kembali.

Nana dan Bobi bermain sampai keringatan, baru saja selesai makan langsung bermain dan melompat, langsung ditarik kembali oleh mama.

"Apakah ada anak yang sebandel kalian?" Ucap Laras dengan marah, "Begitu keluar langsung seperti orang gila, bisa tidak yang nurut duduk yang baik? Nanti kalau perut sakit bagaimana?"

Nana si hantu pintar ini, diam-diam mendorong kakaknya, ingin menyuruh kakaknya menjelaskan.

Laras langsung mengerti maksud putrinya, "Kamu jangan menyuruh kakakmu, aku tau, semua ide ini darimu."

Nana memayunkan bibir kecilnya, dengan tidak rela berkata: "Sembarangan, jelas-jelas kakak yang membawaku pergi bermain, kakak yang ingin bermain."

Bobi menundukkan kepalanya, wajahnya memerah, tampak seperti mengaku kesalahannya.

Laras mengajari: "Apakah karena semua orang terlalu baik padamu, terlalu memanjakanmu, kamu merasa tidak perlu mendengar perkataan mama lagi?"

Mata Nana sudah berkaca-kaca, bibirnya cemberut tidak berbicara.

Laras mengajari lagi, "kamu kira ada kakak yang membantumu menutupi, kamu boleh seenakmu? Aku sudah melihatnya, jelas-jelas kamu yang lompat dulu dari atas."

Eli memutarkan kepalanya melihat, luncuran itu lumayan tingi, setidaknya ada setinggi orang dewasa, " Nana, kamu lompat dari atas itu?"

Nana masih tidak berbicara, merapatkan bibirnya, wajahnya masih tegar.

Laras langsung memukul bibirnya, lumayan kuat, bibir Nana langsung memerah.

"Nenek bertanya padamu, kamu pura-pura tidak dengar? Bisa tidak jangan begitu tidak sopan?"

Eli sangat tidak tega, "Laras, jangan pukul anak, anak masih kecil."

Romo disebelah tidak bersuara, tapi hatinya juga sedih, sampai kehilangan nafsu makan.

"Jangan menangis!" Perintah Laras.

Nana merapatkan bibirnya, air mata yan besar keluar dari matanya, tapi dia masih sangat kuat menahan tangisannya.

Bobi keluar berkata: "Mama, aku yang tidak baik, aku yang tidak menjaga adik dengan baik."

Laras: "Kamu setiap kali seperti ini, mengandalkan semua orang menyayangimu, tidak memarahimu, kamu langsung sengaja, kamu ini namanya sombong, lain kali kamu akan rugi besar, sekarang mama tidak memukulmu, lain kali orang lain yang memukulmu."

Nana mengambil kesempatan berkata: "Aku......aku salah......Aku tidak lompat lagi......Mama, jangan marahi aku......"

Laras menghela nafas berat, sebenarnya dia sudah tidak suka, siluman kecil ini suka mengganggu kejujuran kakaknya, setelah melakukan perbuatan jahat langsung membuangnya kepada kakaknya, kakak bodoh ini selalu membantu adiknya menutupi, kedua kakak adik saling menyayangi adalah hal yang bagus. tapi kalau kelewatan batas maka tidak benar.

Laras dengan serius berkata: "Baik, mama boleh tidak memarahimu, tapi kamu harus ganti."

"Ehn, aku ganti, aku ganti......"

"Baik, kalau begitu sekarang pulang ke rumah, tidak boleh pergi ke wahana bermain main lagi, setuju tidak?"

Nana mengangguk cepat, "Ehn."

"Apa kamu setuju?" :aras meminta pendapat Bobi lagi.

"Ehn."

Laras mengambil tisu menghapus air mata Nana, langsung menggendongnya duduk di atas pahanya, dengan fokus berkata: "Orang dirumah semuanya memanjaimu mengalah padamu, tapi, setelah meninggalkan rumah, orang luar tidak akan memanjaimu mengalah padamu. Mama dulu Nana yang dulu, sedikit dominan, tapi sangat baik, Nana yang sekarang kelewatan dominan, dan juga tidak menurut."

"Ehn, ehn, ehn, aku akan berubah."

"Kamu lihat disana ada begitu banyak teman, kamu melompat dari atas, teman-teman lainnya akan mengikutimu, kalau ada teman yang terluka, bukannya kamu harus bertanggung jawab? Orang ada papa dan mama, kalau papa mama orang datang menghajarmu, bagaimana? Kepalan tangan papa mama orang sangat kuat, bukan seperti mama yang akan menahan."

"Apakah aku akan dipukul habis-habisan?"

"Bisa jadi."

"Kalau begitu aku tidak mau jadi contoh tidak baik, mama kamu jangan tidak marah."

"Baik, kalau kamu yang baik mama mana mungkin marah? Jangan menangis lagi, kalau menangis, nenek dan kakek akan menertawaimu."

Nana langsung menghapus air matanya, bilang tidak nangis ya tidak nangis, "Kalau begitu apakah mama masih suka dengan Nana ?"

"Suka, mama selamanya tidak akan tidak menyukaimu, mama lebih suka kalau Nana yang penurut."

Eli sedang melihat, cukup menyayangkan, "Permintaan kepada anak-anak jangan begitu tinggi, Laras, kamu jangan bilang Nana, kamu kecil juga sama, bandel, tidak ingin kamu melakukan apa kamu malah mau lakukan."

"Ma, di hadapan anak-anak kasi aku harga diri sedikit oke?"

Eli tersenyum, mengulurkan tangannya mengelus wajah kecil Nana, berkata: "Harus mendengar perkataan mama ya."

Nana dengan penurut mengangguk, sudah kembali ke sikap yang lemah lembut, :Ehn, aku sudah tau, mama, kita pulang saja."

"Baik, pulang."

Di pintu pusat perbelanjaan, Eli naik ke mobil taxi, Laras melambai ke arahnya, "Ma, sesampainya dirumah langsung telepon aku."

"Baik."

Romo terus berdiri dibelakang, bertemu dengan cepat, tidak berbicara begitu banyak, tapi, permintaan maaf yang ingin dia sampaikan sudah dia sampaikan, hatinya juga lebih nyaman.

"Pa, kita juga pergi."

"Ehn."

Laras menyetir, Romo duduk di kursi penumpang, Nana dan Bobi duduk di kursi belakang, tapi, mobil baru berjalan tidak lama, kedua anak kecil sudah tertidur di dalam mobil.

"Pa, kamu belum makan malam dengan baik kan? Nanti pulang baru suruh bawahan buatkan untukmu sedikit."

Romo mengayunkan tangannya, "Sudahlah, merepotkan sekali."

"Hari ini bertemu mama, bagaimana?"

"Dia saja tidak menatapku dengan benar, aku tidak berhak memintanya memaafkanku."

Sambil berkata, Romo membuang nafas kasar, mengingat pernikahannya dengan Eli, memang dia yang terlalu bajingan.

"Yang penting dia hidup dengan baik, aku lihat dia harusnya lumayan, penampilannya saja tidak berubah."

Laras tidak bisa menahan berkata: "Mama meninggalkanku, karena melihatku akan langsung mengingatmu, dia tidak bisa tahan. Setelah dia keluar negri, beberapa kali bunuh diri hampir saja meninggal, lalu bertemu dengan suaminya yang sekarang, dia baru pelan-pelan bangkit kembali."

Romo yang mendengar, sangat lama tidak membalas perkataannya.

Novel Terkait

The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu