Cinta Pada Istri Urakan - Bab 184 Wejangan Dari Papa Gavin

Setelah Laras keluar dari mansion ayahnya, dia langsung berjalan ke arah rumahnya, dadanya terasa sesak.

Meskipun dia sudah mengantisipasi situasi canggung yang pasti akan terjadi hari ini, namun situasinya ini lebih parah dari apa yang dia perkirakan.

Sekaya dan sehebat apapun latar belakang Reni, tetap saja tidak bisa menghapus fakta bahwa dirinya adalah seorang pelakor.

Dialah yang sudah menghancurkan keluarganya, dialah yang sudah merebut kebahagiaan ibunya, sudah 20 tahun berlalu, namun dia masih saja terus menjelek-jelekkan ibunya di setiap kesempatan, apa maksudnya?!

Jika dilihat dari umurnya dan juga Lana yang sepantaran, ayahnya sudah berselingkuh saat ibunya sedang hamil, betapa sedihnya ibunya pada saat itu.

Dulu dia tidak mengerti, dia selalu mengeluh tentang kenapa ibunya meninggalkan dirinya begitu saja, sekarang dia sudah dewasa, dia perlahan-lahan mampu memahami ibunya.

Dia juga semakin merindukan ibunya.

Ponselnya tidak berhenti bergetar, ternyata itu adalah pesan suara Wechat yang ayahnya kirimkan, dia menekan dan mendengarnya.

--"Laras, maaf, papa membuatmu merasa kesulitan, kamu tenang saja, apa yang sudah papa janjikan kepadamu tidak akan papa ingkari, jangan terlalu mempedulikan perkataan bibimu, juga tidak usah terlalu mempedulikan siapa yang adalah Nona besar, semua yang papa miliki di sini, kelak semuanya adalah milikmu."

--"Laras, papa benar-benar meminta maaf, papalah yang tidak berguna, sehingga membuatmu diperlakukan dengan tidak adil."

Sebenarnya Laras sama sekali tidak suka mendengarkan semua hal ini, seolah-olah dia mengakui ayahnya hanya karena hartanya saja.

Jadi dia segera menjawabnya--"Papa, aku tidak menginginkan semua milikmu, jika papa benar-benar merasa bersalah kepadaku, jangan melibatkan aku dalam perselisihan ini, dulu aku hidup dengan sederhana, kelak aku juga ingin tetap bisa hidup dengan sederhana."

--"Papa mengerti, Laras, jangan marah sama papa."

--"Tidak akan, papa, aku besok mau pergi ke Gunung Sumbing untuk mengajar di sana, setelah aku pulang, baru kita makan bersama."

--"Baiklah, kamu harus menjaga kesehatanmu, papa menyayangimu."

Laras berjalan sambil mendengarkan pesan suara dari ayahnya, perkataan ayahnya membuat matanya terasa panas, dia tidak tahu apakah rasa bersalah yang dirasakan oleh ayahnya terhadap dirinya itu juga ayahnya rasakan untuk ibunya atau tidak.

Pada saat ini dia sangat merindukan ibunya.

Gavin secara tidak sengaja pernah mengungkapkan kalau setelah ibunya bercerai, dia langsung pergi keluar negeri, semenjak saat itu tidak pernah kembali ke Indonesia lagi, juga tidak ada informasi apapun lagi.

Dia dulu pernah bertanya kepada kakek, kakek berkata kalau ibunya bukan orang Indonesia, seluruh keluarga ibunya sudah pindah ke Inggris sejak lama, ibunya tidak ikut pindah demi ayahnya, namun ayahnya malah mengkhianatinya.

Dia berpikir, saat ini seharusnya ibunya berada di sisi keluarganya, mungkin juga dia sudah mempunyai keluarga lain dan hidup dengan bahagia.

Begitu dia memikirkan hal ini, air matanya seperti keran air yang terus mengalir keluar, dia mendongak, dua baris air mata langsung menyelinap keluar dari sudut matanya.

Ibunya mungkin sudah lupa kalau di sini dia masih mempunyai seorang putri.

--------

Keesokan harinya Laras membawa sebuah koper yang sangat besar keluar rumah.

Di dalam kopernya hanya 10 persen yang berisi pakaian dan barang-barang pribadinya, sisanya kebanyakan adalah makanan.

Dengar-dengar anak-anak di sana hanya saat tahun baru saja baru bisa makan daging, dia juga mendengar kalau anak-anak di sana harus menanggung beban berat menghidupi keluarga dari semenjak mereka kecil.

Jadi kegiatan tim relawan kali ini tidak hanya mengajar saja, namun lebih sebagai kegiatan amal.

Gavin sendiri yang mengantarkannya ke bandara, dia mendorong koper dengan satu tangan, tangannya yang lain menggandeng tangan Laras, mulutnya tidak berhenti memberikan wejangan, "Jangan sembarangan keluar di malam hari, apalagi masuk ke dalam hutan, ada alat pelacak lokasi di jam tanganmu, kamu harus membawanya kemanapun kamu pergi, tidak boleh melepaskannya sedikitpun, alat ini tahan air, jadi saat mandipun juga jangan melepaskannya."

Gavin mengangkat tangannya untuk menunjukkan kepadanya, "Tekan tombol yang ini 3 kali berturut-turut untuk membuat alarm darurat, langsung terhubung dengan tim penyelamat, jika kamu bertemu bahaya, langsung tekan."

"Stop!" Laras memelototinya lalu berkata dengan sebal, "Papa Gavin, papa sudah mengatakannya berulang kali semenjak tadi malam, sudah 10 kali papa mengatakan semua hal ini, bukankah papa biasanya cuma mengatakan 1 kali saja? Mohon teruskan ketegasanmu dan juga sikap dinginmu, bisa tidak?"

Gavin semakin mengeratkan genggaman tangannya, "Aku kan hanya merasa tidak tenang saja, masih bilang aku bawel?"

"Apa yang perlu dikhawatirkan, bukankah ada kawan lamamu?"

Semenjak Gavin tahu kalau dia mau pergi mengajar, dia sengaja mengatur kawan lamanya untuk ikut membantu di sana.

Dimas Agung, teman seperjuangan Gavin sebelum dia masuk ke dalam tim pasukan khusus serigala.

Ada banyak kegiatan dari tim relawan yang mendapatkan perlindungan dari negara, apalagi kegiatan berbahaya yang harus masuk ke dalam gunung seperti ini, negara akan mengirimkan tentara untuk membantu dan juga memastikan keselamatan para relawan.

Gunung Sumbing adalah daerah pegunungan terpencil yang berada di perbatasan antara Magelang dan Wonosobo, di sana sering ada binatang buas, hukum dan keamanan di sana tidak baik, selain itu persoalan perdagangan dan pemakai narkoba di sana juga sangat serius.

Dengar-dengar Dimas kebetulan ditunjuk oleh atasan untuk ikut dengan tim relawan, jadi Gavin sengaja menggunakan koneksinya untuk membuat Dimas ikut dengan tim Laras.

Saat itu Dimas masih menggodanya dengan berkata : "Aku tidak menyangka kalau si raja neraka berwajah dingin di kemiliteran ini ternyata juga adalah seseorang yang romantis!"

Dimas tahu bagaimana gigihnya Jenny mengejar Gavin, dia saat itu pernah berkata jika hal itu masih tidak bisa menggerakkan hatimu, maka sepertinya kamu tidak akan bisa jatuh cinta seumur hidupmu.

Namun dia tidak menyangka, Gavin sekarang bukan hanya sudah menikah kilat, dia bahkan menggunakan koneksinya demi seorang wanita, benar-benar mencengangkan.

"Emm, dia orangnya lumayan, jika terjadi sesuatu padamu langsung cari dia, tidak usah takut merepotkan."

Setelah itu mereka langsung berjalan ke tempat berkumpul para relawan.

Orang yang datang sangat banyak, kebanyakan dari mereka terlihat seperti mahasiswa, mereka berbaris di tim mereka masing-masing, karena nanti mau pergi ke tempat yang berbeda-beda.

Di akhir barisan, ada barisan tentara bersenjata yang mengenakan seragam militer, yang berdiri di paling depan adalah pemimpin yang ditugaskan untuk membantu misi kali ini, Komandan Dimas.

Demi mengurangi dampak yang tidak diinginkan, kedua kawan lama itu tidak bertemu secara langsung, melainkan saling melakukan hormat ala militer dari jauh.

Gavin mengantar Laras ke tim yang menuju ke Gunung Sumbing.

Timnya tidak besar, ditambah dengan tentara yang bertugas melindungi dan juga personel logistik, totalnya juga hanya kurang lebih 20 orang.

Murid sekolah dasar di Gunung Sumbing totalnya hanya sekitar 20 orangan, jadi tidak perlu menggunakan banyak guru untuk pergi mengajar ke sana.

Gavin menatap Laras dengan lekat sambil berkata : "Tidak apa-apa jika kamu mau keluar untuk berolahraga, tapi harus menjaga dirimu sendiri, kamu harus ingat semua hal yang aku katakan padamu, lakukan seperti apa yang sudah aku katakan."

"Iya, iya, aku akan setiap hari melaporkan keadaanku, memangnya masih tidak cukup?"

"Di sana belum tentu ada sinyal."

"Aku juga hanya pergi 1 bulan saja, selain itu tim relawan pergi setiap tahun, lalu bukankah sudah ada perlindungan dari tentara, jadi kamu tenang saja."

Gavin menghela nafas ringan, dia juga tidak ingin cerewet seperti ini, namun dia tanpa sadar ingin menasihatinya berulang kali.

Manda tidak mempedulikan keluarganya yang menentang kepergiannya, dia tetap datang ke bandara tepat waktu.

Begitu sampai di sana, dia langsung melihat Gavin dan Laras yang sedang pamer kemesraan, dia benar-benar tidak bisa menahan dirinya.

"Loh, adik ipar, anda juga ikut pergi?"

Saat mendengar nada bicara Manda yang sengaja menggodanya, wajah Gavin langsung terlihat canggung, namun dia tidak marah sedikitpun, sebaliknya dia menerima statusnya sebagai "adik ipar".

Gavin : "Tingkat keterbelakangan di Gunung Sumbing jauh melebihi yang bisa kalian bayangkan, kalian berdua harus saling menyemangati dan bertahan sampai selesai, jangan baru pergi beberapa hari terus nangis-nangis minta pulang."

Manda dan Laras mengangkat tangan secara bersamaan dan memberikan hormat ala militer kepada Gavin, mereka bahkan berkata dengan kompak : "Baik!"

Gavin tidak dapat menahan dirinya untuk tidak memelototi mereka dan mengingatkan : "Dimohon gunakan tangan kanan untuk melakukan hormat ala militer."

Kedua kakak beradik itu saling memandang lalu tertawa terbahak-bahak, mereka benar-benar saling mengerti.

Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu