Cinta Pada Istri Urakan - Bab 491 Seperti Mimpi Seperti Nyata

Saat ini, Gavin seperti tak bertenaga, bahkan pelukannya pun tidak bisa dia lepaskan.

Atau mungkin saja, dia sama sekali tidak ingin melepaskannya.

Laras setengah mimpi setengah sadar, apakah ini mimpi, apakah ada mimpi senyata ini?

Dia dengan curiga membuka matanya kecil, sambil berkedip melihat Gavin, dia ragu, dia bertanya-tanya, dia kecanduan.

Detak jantung Gavin semakin cepat, keringat di dahinya tidak berhenti terus keluar, tidak tau apa karena lelah atau karena gugup.

Sebenarnya dia sangat marah, tidak suka bau bir di tubuhnya, tidak suka dia yang melakukan kemauannya sesuka hatinya, terlebih tidak suka dia bisa seperti dulu bisa bersama dengan siapa saja tapi malah menyingkir darinya.

Tangan menjulur ke belakang, melepaskan pelukannya, menarik kedua tangannya menekan kedua sisi pipinya, bertanya serius: "Kenapa minum sampai semabuk ini? Kamu sudah jadi mama, bisa punya batasan sedikit tidak?"

Laras berkedip perlahan, mata yang dalam, pupil yang hitam gelap, membuat matanya tampak sangat bersinar, dan sangat tak bersalah.

Laras pusing, berpikir dalam hati, begitu serius, juga bisa memarahi orang, tidak salah lagi adalah Gavin.

"Kalau Nana melihat kamu seperti ini, belajar darimu pergi minum bir, bagaimana menurutmu?"

"Kami pergi sendiri, seperti apa saja?"

"Kemampuan minum mereka bagus sekali, kamu minum dengannya? Kamu tau tidak paparazzi yang mengikuti Suli ada berapa banyak, masih berani minum dengan mereka, tidak takut terkenal?"

"Kamu......"

Laras sungguh tidak bisa menahan omelannya, kedua tangannya juga ditahan Gavin, dia langsung mengangkat kepalanya menciumnya.

Seperti percikan api, kepala Gavin kosong, arus yang kuat dari bibirnya mengalir ke seluruh tubuhnya.

Orang yang mabuk bingung dan kecanduan, orang yang sadar seperti tersambar petir.

Gavin dengan pelan mengangkat bibirnya dan melumatnya, semua kemarahannya menjadi hilang.

Daripada mencari kesempatan seperti ini, dia lebih bersedia sedekat ini pada saat Laras dalam keadaan sadar, tapi, menyendiri selama 4 tahun membuat keinginannya meledak, sama sekali tidak bisa berpikir baik dengan pikiran orang baik.

Walaupun rencana hari ini ada perubahan, tapi bukankah ini adalah yang dia inginkan?

"Laras, maaf sudah membuatmu menderita."

"Laras, aku mencintaimu."

......

Keesokan harinya, hari cerah, cahaya matahari menembus jendela kaca masuk ke dalam, bunga-bunga di atas jendela bermekaran, bahkan debu yang di udara semuanya bertebaran.

"Wah, harum sekali, aku mau makan ini."

Suara Nana yang jelas membuatnya terbangun, dia pelan-pelan membuka matanya, semua cahaya yang ada di ruangan masuk kedalam matanya.

Sudah pagi.

Sakit, ini adalah reaksi pertamanya ketika dia bangun.

Kepala sakit, kaki sakit, pinggang sakit, seluruh tubuhnya sakit.

"Minum susu, satu orang satu gelas, harus dihabiskan."

Itu suara Gavin, Laras sadar sepenuhnya, dia terkejut langsung dengan cepat bangun.

"Sh......" Sakit sekali, dia terlalu cepat, pinggangnya tertarik, dia menggertakkan giginya menahan rasa sakit, dimana-mana semuanya sakit.

Dia menyibakkan selimut, memegang pinggangnya pelan-pelan turun dari ranjang.

Saat kedua kakinya menyentuh sandal kapasnya, tiba-tiba tersadar, kenapa dia menggunakan baju tidur dan celana tidur?

Dia ingat semalam Vero yang mengantarnya pulang, apakah, Vero juga membantunya menggantikan baju?

Walaupun sesama wanita, tapi hal seperti mengganti baju tidur, juga sangat memalukan.

Dan juga, bukankah Gavin membawa Nana dan Bobi keluar pergi bermain, mereka harusnya menginap, kenapa ada di rumah?

Apakah ini adalah hari Senin?

Membawa banyak sekali pertanyaan, Laras memegang pinggangnya pelan-pelan keluar, sungguh sakit sekali.

"Mama, kamu sudah bangun."

"Mama, paman membeli sarapan, ayo cepat makan."

Laras mengangguk, dengan curiga melihat Gavin yang bersikap seperti pemilik.

Gavin menggunakan celana longgar dan kemeja yang awalnya digantung di balkon, walaupun jelek, tapi dia menahannya, dia menuangkan segelas susu kepada Laras, seperti tidak terjadi apa-apa mengatakan: "Minumlah."

Pagi tadi dia pergi kebawah membeli sarapan, dia membeli sangat banyak.

Untuk menyenangkan mereka bertiga, dia sangat rajin.

Laras tidak berani mengambilnya, melihat baju yang dia pakai dari atas sampai bawah, terheran juga lucu, "Kotor tidak, kenapa kamu langsung memakainya? Sudah digantung berhari-hari pasti berdebu."

"Aku sudah mencucinya." Jawab Gavin, "Kamu menyimpan jasku?"

Laras menghindari tatapannya, merasa seperti ada yang salah, "Ehn, jas kamu itu digantung sangat menakuti orang."

Gavin tersenyum, wajahnya bahkan melintas sedikit malu-malu.

Laras melihatnya, lalu melihat dia sendiri, ini jelas-jelas pakaian dua musim.

Dia meminum susu, akhirnya sadar ada yang salah, "Bagaimana kalian masuk?......Kapan pulang?"

Gavin sedang ragu bagaimana untuk menjawabnya, tiba-tiba Nana berkata: "Paman Dita membawa kami pulang, Nana terlalu merindukan mama."

Laras melihat Bobi, Bobi mengangguk cepat, "Ehn, tidak melihat mama kami tidak bisa tidur, begitu terbangun sudah di dalam rumah."

Semakin dipikirkan semakin tidak benar, Laras dengan curiga melihat Gavin, "Kamu katakan."

"Kamu sungguh sudah tidak ingat?"

"Cepat katakan."

"Sedikit pun tidak ingat?"

"Jangan sok misterius, cepat katakan."

Wajah Gavin yang awalnya bahagia, lalu berubah menjadi kecewa, bagaimanapun Laras melihatnya, merasa perilaku dia aneh sekali.

"Masuk dengan sidik jari, masih bisa bagaimana lagi."

Kunci sidik jari ini, dengan sidik jari Nana dan Bobi juga bisa membukanya, jadi Laras tidak curiga.

"Masih belum mengatakan padamu, semalam minum begitu banyak untuk apa, kamu sudah menjadi mama, apa tidak bisa punya batasan sedikit?"

Laras tiba-tiba tersadar, gelas yang di tangannya sampai terjatuh, mengenai meja.

Dia membesarkan matanya melihat Gavin, kenapa perkataannya ini familiar sekali, sepertinya pernah dengar di mimpinya semalam.

Gavin sampai panik, mendesaknya: "Cepat makan, sebentar lagi kita bersiap-siap pergi ke kebun untuk menanam pohon."

Semakin Laras pikirkan semakin merasa tidak benar, sakit yang dia rasakan, apa sungguh hanya mimpi?

Tapi, juga tidak pernah bermimpi indah sampai pinggang sakit, punggung sakit, juga sulit berjalan.

Kecuali......

Laras terkejut sekali, mulutnya sedikit terbuka melihat Gavin, "Kamu......"

"Sh, masih ada anak-anak," Gavin menyadarkannya, "Ayo, makan kue madu ini, baru dipanggang, harum sekali."

"......" Wajah Laras marah sampai tidak bisa berkata-kata lagi, dia hampir saja meledak.

Dia berdiri tertegun, gerakannya terlalu cepat, terlalu lebar, membuat suatu daerah menjadi sakit, dia sungguh mau muntah, malu juga marah.

Pria yang tak tau malu ini, bisa-bisanya mencari kesempatan disaat orang lengah, memalukan sekali!

Nana: "Mama, kamu kenapa? Nana tidak bandel, mama, marah bisa membuat tua, mama jangan marah."

Bobi melihat mama dengan diam, sedang memakan kue yang enak, mulut kecilnya yang mengunyah tidak berbicara.

Laras sulit berkata, mengepalkan tangannya menahan: "Mama tidak marah, kalian makan sarapan, mama......mama mau membuang racun dulu!"

Setelah berbicara, dia pergi dengan marah, berputar pergi ke kamar mandi.

Nana memutar kepalanya dengan penasaran bertanya: "Paman Dita, ada apa dengan mama?"

Gavin berpikir, lalu menjelaskan: "Mungkin melihat kita lebih cepat pulang, terlalu senang......Sudahlah, kita makan saja."

Novel Terkait

Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu