Cinta Pada Istri Urakan - Bab 682 Tidak Perlu Saling Tertawa

Menjelang siang, akhirnya ada gerakan di kamar, Almora menarik dirinya kembali ke realitas dan berdiri sambil melihat ke arah kamar tidur.

"Kamu....." Wanita yang keluar dari kamar merasa sangat terkejut melihat Almora.

Mona awalnya masih merasa gugup, setelah melihat orang di luar adalah Almora, ketakutan dia malah menghilang, "Halo, kamu sudah pulang sangat lama ya?"

"......" Almora marah sampai bibirnya bergetar, dia mengeratkan tinjunya dan melirik ke Mona dengan tidak senang.

Sambil menyisirkan rambutnya, Mona melihat ke kiri kanan dan berkata, "Tempat tinggal kamu lumayan nyaman ya, jauh lebih mewah daripada kost karyawan yang aku tinggali, aku benar-benar salut kepada kamu"

Sebelum itu, Mona mengira ini adalah rumah Alvin, Alvin adalah orang berkeluarga, Mona khawatir akan bertemu dengan istri dan anaknya, sekarang melihat Almora, Mona langsung merasa lega.

Ternyata ini bukan rumah Alvin, sini hanya tempat dia menyembunyikan wanita.

Pada saat ini, Mona melihat Almora dengan teliti, karena tahu Almora sedang marah, dia tertawa dengan bahagia, "Kamu jangan menatap aku dengan tatapan menakutkan seperti ini, masalah seperti ini sangat normal di sosial kita ini. Kamu tenang saja, aku tidak akan mengambil pria kamu, daripada diasuh, aku lebih menyukai mandiri"

Wajah Almora dari hijau menjadi pucat kemudian sebaliknya, Mona ini sedang menghina dia dengan terus terang.

Karena memiliki latar belakang keluarga yang bagus, di tambah berusia lebih muda daripada Mona, Almora selalu merasa dirinya berada di atas Mona.

Tetapi sekarang, dia malah ditertawakan oleh lawannya, Almora benar-benar sangat susah bersabar.

"Keluar sekarang" Almora memerintah sambil menunjuk ke arah pintu.

Mona bersikap santai, sambil merapikan rambut dan pakaiannya, dia bahkan sengaja bertanya, "Oh ya, aku datang dengan buru-buru, jadi tidak membawa alat rias, apakah aku boleh meminjam alat rias kamu?"

"Tidak!" Almora sudah tidak bisa bersabar lagi, tidak merobek wajah Mona sudah merupakan kesabaran terbesar yang bisa dia miliki.

"Kalau begitu biarkan aku cuci wajah dulu, untung aku membawa masker, nanti aku tinggal pakai itu saja" Mona sama sekali tidak memiliki maksud mau pergi, dia berjalan sana sini untuk mencari kamar mandi, "Apakah di luar tidak ada kamar mandi? Dimanakah itu?"

Tinju Almora sudah tidak bisa lebih mengerat lagi, pada saat Mona berjalan melewatinya, dia langsung menamparnya tanpa berpikir.

"Ah!" Mona berteriak dengan terkejut, "Almora, mengapa kamu pukul aku?!"

"Aku hanya memukul manusia tidak tahu diri seperti kamu"

Mona tertawa dengan ringan, "Apa? Aku tidak tahu diri? Kita seharusnya tidak beda jauh, tidak perlu saling ketawa. Lagian sebelum itu aku tidak tahu kamu tinggal di sini juga, kalau tahu aku pasti akan pergi ke hotel, aku tidak akan datang ke sini"

"Kamu benar-benar sangat tidak tahu malu"

"Almora, kamu ada hak apa memarahi aku?" Mona berdiri dengan wajahnya yang kesakitan, kemarahan dia pun menjadi semakin meningkat, "Berkata dengan jelas, aku hanya melakukan beberapa kali dengannya, kami hanya sedang memenuhi kebutuhan masing-masing, tidak perlu tanggung jawab, sementara kamu adalah wanita yang diasuh olehnya, kamu bahkan lebih memalukan dari pada aku"

Almora mengangkat tangannya, ingin menampar Mona lagi.

Pada saat itu, suara marah Alvin terdengar dari kamar tidur, "berisik apa kalian?!"

Mona memegang wajahnya dan berlari ke pelukan Alvin, "presdir Jin, dia memukul aku"

Adegan ini membuat wajah Almora semakin pucat, dia terus melirik ke Alvin, mencoba untuk mencari ketulusan di matanya.

Melihat jejak tangan yang jelas di wajah Mona, Alvin memegang dagunya sambil bertanya dengan lembut : "Sakit?"

"Iya, sakit!"

Detik selanjutnya, Alvin langsung berkata dengan marah, "Kalau sakit kamu masih tidak mau pergi, tunggu aku tampar sisi lainnya?"

Mona tidak menyangka adegan ini akan terjadi, perasaan puas yang dia rasakan dari Almora tadi langsung menghilang, dia tentu saja tidak ingin dipukul!

Akhirnya, Mona mengambil sepatu hak tingginya dan meninggalkan tempat dengan kaki telanjang.

Mungkin merasa sedikit baikan, kesedihan yang dia tahan dari pagi saat ini semuanya berubah menjadi air mata mengalir, "Semalam menerima telpon darimu, aku takut kamu marah, jadi aku langsung bergegas pulang naik pesawat subuh, tetapi apa yang aku lihat setelah pulang?"

Alvin mengerutkan alisnya dengan tidak senang, tetapi pada waktu yang sama dia juga merasa agak tidak tega.

"Yang aku lihat adalah lawan terbesarku berbaring di atas tempat tidurku bersama pria aku" Setelah itu Almora pun tertawa, "Oh iya, tentu saja kamu bukan pria aku, aku tidak pantas"

"Sudah, aku sudah mengusir dia pergi, kamu juga sudah memukul dia, jangan mencari masalah lagi"

"Mencari masalah? Kamu merasa aku sedang mencari masalah?" Almora bertanya sambil menahan air matanya, "Apakah aku harus siap-siap pindah rumah?"

"Pindah rumah buat apa? Apakah harus sampai begitu?"

"Bukannya kamu sudah bosan dengan aku? Kalau begitu bukannya aku harus tahu diri dan meninggalkan tempat? Atau mau tunggu kamu usir aku?"

Alvin merasa frustrasi, dia memijat dahinya dan berkata, "Terserah kamu mau bagaimana, jangan ributi aku"

Almora merasa sangat sedih, tetapi dia tidak berani ribut lagi setelah melihat ekspresi Alvin yang tidak sabar, tetapi dia juga tidak bisa menyeka air matanya dan langsung memberikan senyuman kepada Alvin.

Akhirnya dia berkata : "Aku kembali ke tim syuting, hari ini aku masih harus syuting, aku pulang tanpa meminta izin, seharusnya mereka juga sangat kacau sekarang"

Alvin tidak memiliki maksud untuk meminta Almora untuk di sini juga, "Syuting sana dengan baik, kalau kali ini lolos, kamu baru bisa syuting film besar nanti"

Kata-kata Alvin membuat Almora meragukan maksud sebenarnya, apakah Alvin bermaksud mau memberi Almora peran utama pada film selanjutnya? Almora mengangguk "Baik"

--------

Setelah pulih dari luka, popularitas Suli meledak, keramaian selalu mengelilingi dia mau kemana pun dia pergi.

Ada yang bertanya tentang detail dia ditangkap, ada yang bertanya tentang detail dia dialmar juga, yang penting, semua masalah ini bukan disebabkan oleh dia, tetapi dia malah menjadi topik utama masalah.

Wartawan A : "Suli, acara pernikahan dengan Kak Minghe akan diadakan kapan? Dimana?"

Laras menghalang para wartawan yang seperti lalat dan melindungi Suli.

Laras menjawab pertanyaan wartawan : "Masalah pribadi tidak bisa dijawab"

Wartawan B : "Suli, ada yang berkata Aaron sedang mengejar kamu, apakah kamu menjawab Aaron dengan mengumumkan berita pernikahan kamu dan Kak Minghe? Apakah kamu pernah berpacaran dengan Aaron?"

Laras menghalang pertanyaannya lagi : "Tidak ada berita pernikahan, permisi"

Wartawan C : "Suli, silahkan jawab"

Laras : "Masalah pribadi tidak bisa dijawab!"

Dalam waktu sejenak, kesan Laras yang terlihat seperti mertua jahat dipublikasi oleh wartawan, hal ini membuat Laras sangat marah.

Novel Terkait

Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu