Cinta Pada Istri Urakan - Bab 1008 Mana Pantas Menjadi Suamimu

Sejak Yaya hampir tenggelam dan ditolong oleh Gavin pada saat kecil, dia sudah mengingat wajah Gavin ke dalam hatinya, kangen selama sepuluh tahun.

Akhirnya dia dapat bertemu Gavin lagi di hari ini, kesempatan emas yang dinantikan, dia tidak dapat menggambarkan kesenangan di dalam hatinya, seluruh pemikirannya hanya ingin mendapatkan pengakuan dari Gavin.

“Aku hanya ingin menyampaikan rasa terima kasih saja, kamu jangan benci padaku, boleh ?” Yaya mulai berkata dengan nada kasihan lagi.

Gavin hanya berharap dapat menghindari Yaya dengan sejauh mungkin, sehingga meloncat jauh ke belakang, “Aku kasih tahu, kamu jangan melekat lagi padaku, kalau melangkah ke depan lagi, aku akan langsung mengirim surat protes.”

“…..” Mendengar tentang hal ini, Yaya mulai merasa takut, tubuhnya tidak menghampirinya lagi, namun tatapannya tetap melekat pada tubuh Gavin.

Orang yang bersikap dingin bagaikan Gavin, dapat dikatakan bahwa, dalam masalah hubungan asmara, dia sudah memberikan semua perasaan dan kasih sayangnya untuk Laras, orang lain, jangan berharap.

Akhirnya, Yaya mulai menyerang dengan air mata, akan tetapi cara ini hanyalah sekedar cari mati sendiri.

“Tuan Pradipta, mungkin dalam ingatanmu aku hanya seorang anak kecil yang belum dewasa, namun aku ingin memberitahu kamu, aku sudah dewasa, aku berharap kamu bisa ingat dengan diriku yang saat ini.”

“……Kenapa harus ingat padamu, kamu sudah menjaga kubur nenek moyangku, atau sudah membayarkan biaya renovasi rumahku ?”

Jangan heran, kata-kata ini dilontarkan dari mulut Gavin, membuat Yaya terbengong seketika, tidak dapat berkata apapun.

“Gadis kecil, aku tidak mengerti tujuanmu untuk terus mengganggu aku, kalau kamu ingin berterima kasih padaku, bukannya seharusnya mengikuti maksudku dan jangan mengganggu aku lagi ? Tetapi kamu terus merepotkan aku, ini caranya kamu berterima kasih padaku ? Kalau begitu aku malah berharap tidak pernah menolongmu.”

“……”

Aura Gavin selalu sangat kuat, ekspresi suram dan emosi juga sangat menakutkan, dia memiliki julukan sebagai “iblis bernyawa”, meskipun julukan ini sudah jarang tersebar dalam beberapa tahun ini, namun iblis tetap saja iblis, label yang sudah melekat pada tubuhnya, tidak mungkin akan hilang hanya karena dia memiliki label sebagai ayah yang menyayangi anaknya.

Wajah Gavin tetap tidak bereaksi apapun, namun tatapannya sangat rendah, kesannya sangat menakutnya, dengan otomatisnya memancarkan peringatan dan larangan mendekatinya.

Yaya tetap saja akan merasa takut, ketika mulai ketakutan, badannya yang kurus menjadi gemetaran, air matanya terus mengalir, kesannya sangat kasihan.

“Sudahlah, air matamu sama sekali tidak berharga bagiku, lebih baiknya kamu jangan menghalangi jalanku lagi, aku buru-buru mau memeluk istriku.”

“Ei…..”Yaya yang tidak mau menyerah dan tetap menghalangi lagi di depannya, “Aku ada beberapa kata yang ingin disampaikan, kamu dengar dulu, boleh ?”

“Buat apa ? Aku tidak mau dengar.”

Yaya sudah mulai panik, ketika panik, kata-kata yang dilontarkan mulai sembarangan, “Aku lihat sepertinya kamu sangat takut sama istrimu, tetapi, kenapa dia boleh begitu padamu ? Kamu seharusnya dihargai dan dihormati, bukan berlutut dan mengalah padanya.”

Api di dalam dada Gavin langsung meledak seketika, “Apa kamu memfitnah dia ? Interaksi antara suami istri, kamu yang hanya orang luar ada hak apa untuk berkomentar ?”

“Aku lihat dengan kedua mataku sendiri, dia harus bersyukur bisa menikah denganmu, tetapi dia malah tidak menghargai kamu.”

“Kamu salah, dia sangat menghargai aku.”

“Kalau begitu kenapa dia masih merajuk padamu ?!”

Emosi Gavin mulai terpancing, hampir saja terjebak olehnya, dia menarik nafas, baru membuka mulutnya dengan nada emosi :”Kamu mengerti apanya, buat apa aku menjelaskan padamu ? Bagusnya kamu lebih menghormati lagi dengan istriku, jika tidak, aku tidak akan mengampuni kamu.”

Dia benar-benar tidak ingin mendengarkan siapapun yang menjelekkan istrinya di hadapannya, sama sekali tidak bisa !

“Jangan-jangan tebakan aku tepat ya makanya kamu begitu emosi ?” Yaya pernah berpacaran beberapa kali, dia merasa dirinya sangat mengerti pemikiran lelaki, sehingga memiliki keberanian ini, “Menurut aku, kamu pantas memiliki wanita yang lebih baik lagi, dia tidak pantas untukmu.”

Gavin menarik nafas dengan dalam, terus mundur dua langkah ke belakang, lalu langsung mengeluarkan ponselnya dan menghubungi ke sebuah nomor.

Teleponnya diangkat dengan cepat, dia memegang ponsel, berkata dengan serius :”Ibu Trivia, aku sekarang ingin protes Yaya, Dia mengganggu kehidupan pribadiku dengan parah, dia juga berkali-kalinya menghina istriku Laras, semoga kamu bisa datang mengurusnya, sekarang, langsung !”

“…..”Yaya terdiam seketika, terbengong dan kaku, kenapa benar-benar protes ?

Baru melewati tiga detik setelah Gavin letak kembali ponselnya, Trivia belum datang, malahan Laras yang datang terlebih dahulu, dia terlalu lama menunggunya, sehingga berjalan pincang sendirian untuk mencarinya.

Melihat kondisi di hadapan, dia juga berekspresi bengong.

Gavin langsung berlari menghampirinya, tidak berkata apapun dan langsung memeluknya, dia berkata dengan nada kesal :”Jangan tanya dulu, Trivia akan datang mengurusnya, kamu mau menyaksikan proses, atau istirahat di dalam mobil agar tidak mubazir waktu di sini ?”

Laras menatap Yaya yang menangis tersedu-sedu, berdasarkan pengalamannya, lebih kurang dapat membaca kondisi saat ini, “Nana sama Bobi di mana ?”

“Di luar terlalu panas, jadi aku suruh mereka bersantai-santai dulu di dalam mobil.”

“Hanya mereka berdua yang di dalam ?”

“Ada Yuni.”

“Kalau begitu aku juga tidak buru-buru, saksikan tayangan drama di sini, kamu lepaskan aku saja.”

Gavin tidak menurutinya, “Aku peluk kamu saja, tidak butuh waktu lama juga, sebentar saja sudah selesai.”

“Begitu percaya diri ya ?”

“Pasti, kalau tidak percaya diri untuk hal sepele ini, mana pantas menjadi suamimu ?”

Berbeda dari sebelumnya, Laras sama sekali tidak ada tanda-tanda cemburu, malahan merasa sangat bangga, melihat reaksi Gavin yang sombong dan imut, memang cocok sekali dengan seleranya.

Yaya bertanya dengan nada tangisan :”Tuan Pradipta, kamu sengaja menyakiti perasaanku ya?”

Laras baru saja ingin membuka mulutnya, Gavin mulai bertindak terlebih dahulu, “Hanya begini sudah tersakiti ? Kami di rumah sering bermesraan, apakah aku perlu kasih tahu ? Aku memang suka makan sisa makanannya, apakah aku perlu kasih tahu ? Di dalam kamar, aku yang mencuci kakinya dan mengantarkan makan dan minum, apakah aku juga perlu kasih tahu ?”

“Ehem….” Laras ingin muntah darah, cukuplah, jangan keterlaluan, dia memukul dada Gavin dengan siku lengannya, “Jangan pamer !”

Tidak lama kemudian, Trivia datang dengan buru-buru, meskipun latar belakang dirinya sangat kuat, namun Gavin bukan orang yang sanggup dilawannya.

“Tuan Pradipta, nyonya Pradipta, maaf sekali….” Trivia langsung meminta maaf kepada mereka pada saat tiba di tempat, dia yang mempertahankan orangnya, jadi pastinya dia juga yang harus meminta maaf.

Tidak menanti Trivia memahami situasi dan kondisi, Gavin langsung berkata :”Di bagian kanan atas ada kamera pengawas, seharusnya bisa melihat gambaran dia yang terus menghalangi jalanku, dia seorang guru yang masih dalam praktek saja sudah berani mengganggu orang tua murid, bagaimanapun tidak masuk akal, ini sudah termasuk dalam masalah kepribadian, bagusnya ibu Trivia jangan pelihara kejahatan.”

Harga diri Yaya diinjak sekali lagi, dia tidak kepikiran bahwa Gavin akan menggunakan kalimat yang separah ini untuk menggambarkan dirinya, dia mengira bahwa, Gavin akan menjaga harga dirinya, bagaimanapun dia sudah menangis sampai begitu kasihan.

“Reputasi Pohon Kecil dalam beberapa tahun ini sudah sangat baik, jangan sampai ternodai oleh seorang guru praktek, meskipun ibu Trivia sangat mementingkan kemampuan berbisnis dari seorang guru, tetapi moral dan kepribadian jauh lebih penting, sebagai orang tua murid, selain ingin anak kami dapat belajar keahlian, kamu lebih berharap anak kami dapat berkembang sebagai orang yang bermoral dan memiliki kepribadian baik.”

“Benar sekali, benar sekali kata-kata tuan Pradipta.” Trivia berbalik badan dan berkata kepada Yaya, “Kamu ikut aku ke kantor.”

“Ibu……”

“Aku sudah memberikan kesempatan untukmu, tetapi sayangnya kamu tidak tahu menghargai.”

“Ibu, Aku…..”

Gavin memeluk Laras dan berjalan meninggalkannya, urusan belakangan, sama sekali tidak perlu mubazir lagi waktu mereka yang penting.

Novel Terkait

Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu