Cinta Pada Istri Urakan - Bab 961 Kamu Datang Untuk Makan Dan Minum Gratis Lagi

Cuaca di kota Jakarta sungguh sudah mulai panas, masih belum baik-baik menikmati musim semi, musim panas sudah akan tiba.

Hari itu, tidak ada angin dalam udara, kicauan jangkrik tanpa henti di atas pepohonan.

Eli ke rumah sakit untuk pemeriksaan ulang, melakukan CT, hasil menunjukkan bayangan pada otaknya telah menyusut secara signifikan.

“Jadi, lebih banyak berolahraga dalam batas wajar, memiliki efek pada penyerapan penyumbatan darah,” Romo menuntunnya sambil pelan-pelan berjalan, “Kamu lihat, kamu sama sekali tidak butuh kursi roda, bukankah berjalan sangat bagus, beberapa waktu lagi, kamu sudah bisa mengejar Nana kita.”

Eli berjalan dengan sangat lambat, satu tangan memegang Romo, satu tangan memegang pagar, kedua tangan sedang bertenaga, seperti mengosongkan seluruh tubuhnya.

“Kamu santai, jangan memegang pagar, longgarkan tangan, ada aku yang memapahmu, tidak akan membiarkanmu terjatuh.”

Berada di dalam jaminan Romo, tangan Eli pelan-pelan lepas dari pagar, otomatis fokusnya dialihkan ke Romo Atjama.

“Kamu berdiri dengan baik dulu, berdiri tegak, pelan-pelan jalannya, jalan di garis lurus…..benar iya benar, bukankah ini bagus sekali, berjalan adalah masalah kaki, buat apa tanganmu begitu bertenaga? Tidak takut kalau tanganmu keberatan?”

Eli “terkekek” seketika tertawa, sudah bertahun-tahun tidak tertawa seperti ini, terutama di hadapan Romo.

Seingat dia, terakhir kali dia tertawa di hadapan Romo, ketika perjamuan makan pernikahan mereka, itu adalah masalah dua puluh tahun lebih.

Romo menuntunnya perlahan maju ke depan, cuaca agak panas, baru berjalan sedikit saja, dia sudah melihat wajah Eli muncul butiran keringat, “Bertahan sebentar, bagus juga berkeringat, kelak setiap hari aku akan mengajakmu keluar untuk berjalan-jalan, paling penting harus bertahan.”

Eli menggelengkan kepala, menggerakkan bibir, tapi tetap tidak bisa mengatakan apa-apa, sekarang dia bisa bersuara, tapi hanya bersuara saja, dia sangat takut jika dia mengeluarkan suara orang-orang di sekitar akan memberikan pandangan aneh padanya, jadi dia tidak berani bersuara.

“Apa yang ingin dikatakan?” Romo melihat bibir yang sedikit bergerak, menyemangatinya berbicara, “Katakan saja apa yang ingin kamu katakan, tidak apa-apa.”

Eli tetap menggelengkan kepala, mengatupkan bibir, benar-benar sudah menyerah.

“Tidak ingin keluar untuk berjalan? Baiklah, aku akan suruh Laras yang berbicara padamu.”

Eli semakin menggeleng kepalanya, raut wajah juga muncul kecemasan.

Romo menepuk-nepuk punggung telapak tangannya, sambil tersenyum menghibur, “Sudahlah sudahlah, hanya menakutimu saja, hal sekecil ini tidak perlu merepotkan Laras lagi, setiap hari aku akan tepat waktu pergi menjemputmu.”

Eli Munarti terlihat tidak berdaya, tapi di hatinya, tampaknya tidak terlalu menolak rencananya yang berkuasa ini, bahkan ada sesaat, dia merasa ketulusan mendalam yang tidak pernah berani dia bayangkan.

Sekarang Romo sudah jauh lebih tua, sudah memiliki keriput dan rambut putih yang seharusnya dia miliki di usia ini, peristiwa tak terduga itu membuat perubahan besar dalam hidupnya.

Dan paras Eli tetap terlihat seperti saat masih muda, meskipun Morales Jin hampir membunuhnya, tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa, selama dua puluh tahun lebih ini, dia memang sangat baik padanya, membiarkannya hidup tanpa beban, sehingga parasnya jauh lebih muda dibandingkan wanita seusianya.

Romo menuntun Eli seperti ini, terlihat, seperti ayah menuntun putrinya.

Melewati deretan dinding kaca, Romo melihat tampang mereka berdua di dinding kaca, tidak bisa menahan diri menghela nafas sambil berkata: “Pantas saja tiba-tiba Laras memberiku beberapa produk perawatan kulit seperti masker dan krim wajah, masih berpesan pada bagian dapur agar setiap hari harus memberiku makan sup bergizi, bilang harus baik-baik melakukan perawatan, fokus pada pemeliharaan, sebelumnya aku masih merasa dia terlalu banyak masalah, sekarang malah sudah paham.”

Eli menatapnya dengan penuh keraguan.

“Tuh coba kamu lihat.” Romo menunjuk tampang mereka berdua yang ada di dinding kaca, “Dibandingkan denganmu, aku terlalu tua, kamu lihat, apakah aku mirip seperti ayahmu?”

Eli menoleh dan begitu melihatnya, tertawa hingga keriput di sudut mata juga muncul, dalam hatinya berkata, ayahku ada di rumah, mirip atau tidak apakah kamu sendiri tidak tahu?

Awalnya Romo masih merasa senang, setelah menyadari hal ini, jelas sekali suasana hatinya tidak terlalu baik, “Ayo jalan, di rumah papa dan mamamu sudah cemas menunggu, sebaiknya aku lebih cepat mengantarmu pulang.”

Pulang ke apartemen, Laras juga di sana bersama Nana Bobi, begitu Laras melihatnya, langsung bertanya: “Iihh, pa, kamu datang untuk makan dan minum gratis lagi?”

Romo kesal, mengangkat tangan membuat gaya memukulnya, “Bagaimana cara bicaranya? Aku menjadi supir dan kuli, bagaimana bisa menyebutku makan dan minum gratis?”

“Hihihi, benar juga ya, tapi…… pa, tadi Asmar menelpon aku lagi, menyuruhku memberitahumu, di perusahaan ada setumpuk dokumen penting yang perlu kamu tandatangani, kamu cari waktu balas dia sebentar, kamu yang ke perusahaan, atau dia yang membawa dokumen ke Mansion Atmaja.”

Selesai bicara, Romo masih belum menjawab apa-apa, Laras mulai ngomel sendiri lagi, “Aih, sudah berumur masih tidak serius bekerja, perusahaan masih mau apa tidak?”

“.……” Romo merasa agak malu, berbicara sedikit tidak masuk akal, “ Asmar ini, untuk apa selalu menelponmu, nanti aku pecat saja dia.”

Laras juga tidak menjaga harga dirinya berkata: “Siapa yang menyuruhmu tidak mengangkat telponnya? Aku tahu aku tahu, kamu sengaja mematikan nada deringnya, lagi pula kamu mau pecat maka pecat saja, kebetulan aku kekurangan karyawan yang sepenuh hati berdedikasi seperti ini, aku akan merekrutnya menjadi manager umum, bertanggung jawab penuh atas perusahaan.”

Romo berkata sinis, “Huh, bahkan merebut karyawan berbakat ayahmu?”

“Kenapa aku yang merebut karyawan orang lain? Jelas-jelas kamu yang mau memecatnya, kamu demi menemani mamaku melakukan pemeriksaan ulang tidak mengangkat telponnya, membuat orang cemas dan mencarimu kemana-mana, kamu masih punya alasan?”

Romo berusaha mengedipkan mata pada putrinya, “Omong kosong apa?”

Laras tersenyum, sengaja berkata dengan suara keras: “Aku tahu masalah mamaku paling penting, demi mamaku, kamu membatalkan perjalanan bisnismu, rapat juga dibatalkan, bahkan meninggalkan beberapa pesanan penting, aku hanya ingin memberitahumu, pa, tidak apa-apa, meskipun kamu membuat perusahaan bangkrut, putrimu ini akan membiayai hidupmu.”

Romo kesal sekali mengejar untuk memukulnya, “Anak nakal apa yang kamu katakan…… Nana Bobi, bantu kakek untuk menangkap mama kalian.”

Tidak tahu Nana Bobi kenapa, sungguh menganggapnya sedang bermain, mengejar mamanya di dalam rumah, kali ini, seluruh bangunan penuh dengan suara tawa kebahagiaan.

Melihat pemandangan mereka sedang mengejar dan bermain, perasaan Eli Munarti campur aduk, meskipun Romo tidak mengatakan apa-apa, tapi bagaimana dia bisa tidak tahu penampilan positif Romo demi apa.

Namun, dia dan Morales Jin masih berada dalam ikatan pernikahan, walau bagaimanapun dia tidak bisa meyakinkan diri sendiri untuk mengambil langkah ini.

Benar, setelah dia sadar, tidak mengajukan perceraian dengan Morales Jin yang ada dalam penjara, beberapa tahun ini, dia benar-benar baik padanya, baik hingga begitu sempurna, walaupun pada akhirnya dia menyerangnya dengan kejam, itu juga karena cintanya kepada dia.

Masalah sampai sekarang, Morales Jin sudah tidak memiliki apa-apa lagi, keluarga Jin juga sudah hancur berantakan, dia sungguh tidak tega memperburuk keadaannya lagi.

Apalagi, terhadap Romo, dia juga memiliki banyak ketidakpastian, bekas luka yang dulu sudah menjadi keropeng, dia tidak tahu begitu keropengnya dibuka, apakah kulit baru yang sembuh total dan bagus, atau luka berdarah yang sobek sekali lagi.

Novel Terkait

Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu