Cinta Pada Istri Urakan - Bab 45 Tidak Bisa Jika Tidak Melampiaskannya (2)

"Kamu tidak ingin aku kembali dan mengaturmu bukan?" marah tetap marah, tetapi suaranya jelas terdengar jauh lebih rendah, tidak tinggi seperti tadi.

Laras merasa dingin dan juga malu, dia mengulurkan tangannya dan menarik selimut sambil berkata : "Waktu aku bertanya kepadamu kapan pulang, kamu bilang tidak tahu, aku kira akan sangat lama baru pulang." dia merasa agak tidak puas terhadap gangguannya yang tiba-tiba itu, dia mengucek matanya dan mengeluh, "Kamu sedang apa, kenapa tidak membiarkanku tidur? mau pulang bukannya beritahu aku dulu, malah mengganggu tidurku, tidakkah kamu merasa kamu sangat jahat?"

"......" emosi Gavin yang bagaikan 9 gunung berapi yang sedang meletus bersama-sama itu tanpa sadar langsung menghilang saat mendengar suaranya yang lembut dan terdengar mengantuk itu.

Emosinya mulai muncul semenjak menerima telepon pemberitahuan dari atasannya, lalu semakin meningkat saat dia menerima telepon dari pihak kepolisian, kemudian semenjak turun dari helikopter sampai ke kantor, lalu mengendarai mobilnya di sepanjang perjalanan pulang ke rumah, emosinya sudah mencapai tingkat yang paling tinggi, bahkan saat dia membuka selimutnya, sempat terlintas di pikirannya untuk memukulnya dengan sangat keras.

Tetapi kemudian, saat dia melihat wajahnya yang mengantuk dengan rambut acak-acakan itu berbicara dengan lembut, dengan rambut dan tubuh yang juga terlihat lembut, emosinya juga tanpa disadari juga berubah menjadi lembut.

"Kamu...." dia berdiri dengan membuka lebar kedua kakinya, satu tangannya ditaruh di atas pinggang, tangannya yang lain menunjuk dirinya.

Laras mengucek matanya lalu mendongak dan menguap, kepalanya bergoyang ke kanan dan ke kiri, dia terlihat hampir jatuh, "Ini sudah malam, kita tidur saja ya?"

Menguap membuat matanya berair, bulu matanya yang panjang juga basah, sepasang matanya yang besar semakin terlihat bersinar.

"......." Gavin memilih waktu yang salah untuk bertanya kepadanya, saat dia melihat wajah tidak bersalahnya yang terlihat imut, emosinya benar-benar tidak ada lagi.

"Aku kenapa? .....jika kamu tidak mau berbicara, aku tidur ya?"

Dia hampir berbicara sambil menutup matanya, dia mengerucutkan bibirnya, terlihat sedikit manja, wajahnya yang polos dan tidak bersalah serta terlihat menyedihkan itu membuat hatinya yang keras menjadi lembut.

Diam-diam Gavin menghela nafasnya, dia merasa sakit karena menahan emosinya, tetapi dia juga tidak bisa meledakkannya, jika ingin membicarakan sesuatu lebih baik membicarakannya dengan sesama pria, jika dengan wanita sama sekali tidak bisa membicarakan sesuatu, apalagi di malam hari.

Karena Laras dari tadi tidak mendapatkan jawaban apapun, dia tiba-tiba mendongak dan menatap Gavin serta sedikit membuka bibirnya, dari dalamnya terdengar sebuah suara yang menunjukkan kebingungannya, "Hem?"

Gavin menyadari kalau api amarah di hatinya sudah berubah menjadi api yang lain, dia tiba-tiba menundukkan badannya dan mendekatinya.

"Hah? Hah?" wajah Gavin yang tiba-tiba berada di depan wajahnya membuat Laras sangat kaget, dia mundur perlahan-lahan.

Waktu bagaikan berhenti, udara di sekitarnya juga bagaikan membeku, Gavin menekannya ke sandaran ranjang, punggungnya menabrak bagian belakang tempat tidur, sedangkan Gavin, menabraknya.

"Kamu...." saat dia baru saja ingin mengeluh, bibirnya seketika dibungkam dengan ciumannya, ini adalah cara dia menghukumnya.

Semuanya datang dengan tiba-tiba, Laras tertegun, jika bukan karena Gavin yang menggigit bibirnya, dia bahkan mengira kalau dirinya sedang bermimpi.

Gavin sama sekali tidak memberikannya kesempatan untuk mengambil napas, ciumannya mengandung gairah, amarah dan juga rasa sayang yang tidak terbatas, dia menciumnya bagaikan orang gila.

Lengannya yang panjang terulur ke arah meja di samping ranjang lalu "plak" lampu kamar tiba-tiba mati, ruangan seketika berubah menjadi gelap gulita.

Di tengah kegelapan malam, Gavin sudah tidak mempunyai keraguan apapun, gadis di pelukannya terus memberontak, tetapi malah semakin membangkitkan minatnya.

Dia menciumnya dan menekannya ke atas ranjang, kedua tangan Laras ditahan dengan kuat oleh Gavin di atas kepalanya dengan menggunakan satu tangan, dia tahu kalau dia sedang memberontak, seluruh tubuhnya sedang memberontak, tetapi pemberontakan yang seperti ini sama sekali tidak berpengaruh apapun terhadapnya.

Dia tidak bisa jika tidak melampiaskan api ini.

Novel Terkait

Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu