Cinta Pada Istri Urakan - Bab 735 Jika Orang Menggangguku Aku Akan Menghabisi Dia

Gavin menekannya, menjelaskan: “Kemarin kamu pingsan tidak sadarkan diri, aku juga tidak tahu kamu selain diberi obat masih ada apa lagi, demi keamanan aku menyuruh Arisa melakukan pemeriksaan seluruh badan padamu, syukur, tidak terjadi hal yang dikhawatirkan.”

Laras tertegun sambil melihatnya, melihat Gavin terus mengangguk memastikannya, dia baru merasa lega.

Selanjutnya, Gavin menceritakan apa yang dialami dirinya semalam.

Memikirkan hal kemarin, perlahan keningnya muncul butiran keringat halus, kemudian, di punggung belakang muncul keringat dingin, sama sekali tidak dilebih-lebihkan, dia bisa merasa saat ini pakaian pasien di punggungnya sudah basahi oleh keringat dingin.

Dia mengulurkan tangan memegang belakang lehernya, telapak tangannya langsung basah.

Dia tidak bisa membayangkannya, jika tragedi benar-benar terjadi, dia harus bagaimana, Gavin juga akan bagaimana!

Beruntung, dia adalah anak yang diberkati tuhan.

Gavin mencium bulu matanya yang agak sembab, penuh kelembutan menenangkannya: “Jangan takut, ada aku.”

Pulang ke kediaman Gavin, hal pertama yang dilakukan Laras adalah pergi ke kamar mandi untuk mandi, walaupun tidak dinodai, dia juga sudah dipeluk Alvin, mungkin masih dicium dan diraba, begitu terpikir ada kemungkinan seperti ini, dia merasa jijik dan ingin muntah.

Air hangat terus membasuh tubuhnya berulang-ulang kali, dia menggunakan handuk basah untuk menggosoknya dulu, kemudian dia menyekanya dengan sabun mandi, selesai menyeka lalu menggosok, selesai digosok menyekanya lagi, hingga rasa sakit menusuk kulitnya, baru berhenti.

Selesai membersihkan dirinya, dia berdandan sejenak, dandanannya lebih tebal dibanding biasanya, juga menggunakan lipstik yang lebih cerah dan cantik.

Gavin agak khawatir, terus menunggu di aula kecil lantai dua, begitu dia keluar, dia juga agak tertegun melihatnya.

Kulit melebihi salju, akan pecah begitu ditiup, kaki panjang yang indah, lurus dan ramping, masih ada sentuhan merah terang di bibirnya, membuat orang tidak bisa mengalihkan pandangan darinya.

“Aku mau pergi mencari Almora, apakah kamu mau mambantuku menambah kekuatan?” Laras bertanya dengan sangat galak.

Gavin baru meresponnya, “Presdir Atmaja, kekuatanmu sudah cukup besar, jika aku pergi membantu lagi, bukankah akan membuat Almora mati ketakutan!”

“Aku memang ingin membuatnya mati ketakutan, orang tidak menggangguku aku tidak akan mengganggu orang, jika orang mengganggku, aku akan menghabisinya! Satu kata, sebenarnya kamu pergi atau tidak?!”

“Pergi, pasti harus pergi, agar bisa meminjamimu kekuatan untuk menakuti orang.”

Dua orang bilang pergi langsung pergi, Gavin langsung mengendarai mobil sampai di bawah hotel yang ditinggali Almora dan keluarganya.

Di tangan Laras memegang sebuah kontrak penyelesaian, “Halo, aku, sekarang aku berada di lantai bawah hotel yang kamu tempati, kamu turun sekarang juga.”

“Ini......ini......aku......aku berada di rumah sakit menemani kakek......”

Bercanda apaan, tadi pagi kami baru pulang dari rumah sakit, Gavin juga sekalian pergi menjenguk kakeknya sebentar, kakeknya baru saja keluar rumah sakit dan pulang ke rumah.

“Apakah perlu aku menyuruh suamiku mengeluarkan catatan data keluar rumah sakit kakekmu?”

“.......”

“Sudah mempermalukan diri sendiri bukan?! Sebenarnya kamu mau turun atau tidak?”

“Aku......aku harus menjaga kakekku......”

Tentu saja Laras Atamaja tahu kalau Almora akan menolak dengan berbagai alasan, tetapi, dari awal dia sudah memikirkan cara menghadapinya, “Kalau begitu aku tidak keberatan jika harus ke atas memperhitungkan hutang buruk antara kita sampai jelas di depan kakekmu.”

“Aku hitung sampai tiga, jika kamu tidak turun, aku segera ke atas! Tiga......dua......”

Mendengar sikap Laras yang begitu keras, Almora hanya bisa menyetujuinya, “Baik baik baik, aku akan turun.”

Dia mengatakan akan turun, tapi juga membuat Laras menunggu selama setengah jam.

Melihat Gavin juga di situ, Almora penuh keraguan berhenti dan berdiri di kejauhan, sama sekali tidak berani mendekat.

“Kamu percaya atau tidak jika sampai aku yang ke sana kakimu akan aku patahkan?” Dari kejauhan, Laras sudah meneriakinya, juga tidak peduli dengan pandangan orang sekitarnya.

Almora memakai topi, kaca mata hitam, penutup mulut, dengan persiapan penuh, menundukkan kepala, berjalan dengan langkah kecil perlahan-lahan mendekat.

Temperamen Laras yang buruk, sentuh sedikit saja sudah meledak amarahnya, dia berteriak dengan suara keras: “Jika tahu situasi cepat lari sendiri ke sini, jangan tunggu sampai aku ke sana mematahkan kedua kakimu!”

Almora gemetaran, bergegas mempercepat langkah kaki sambil berlari kecil ke sana.

Itu adalah sebuah kafe kecil yang ada di samping aula hotel, begitu Almora ke sini, air mata juga mulai mengalir, sambil menangis menjelaskan: “Presdir Atmaja, masalah semalam sungguh tidak ada hubungannya denganku, semua gara-gara presdir Jin, dia yang punya niat buruk padamu, semua gara-gara dia, tidak ada hubungannya denganku.”

Laras melototinya sejenak, dia sangat sedih mengatakan: “Alvin memang seorang mesum tua, lihat satu suka satu, bukankah aku juga gagal menghentikannya, apalagi, aku yang mengirimkan pesan wechat minta bantuan pada paman kecil, sehingga dia bisa tepat waktu datang menyelamatkanmu, sungguh beruntung sekali Alvin tidak berhasil, asalkan kamu tidak apa-apa sudah bagus.”

Raut wajah Gavin dingin sekali, hanya mempedulikan dirinya sendiri sambil minum es kopi, dia tidak ikut campur dalam masalah diantara wanita.

Laras langsung bertanya: “Di hadapan suamiku, coba kamu katakan, makan malam itu siapa yang mengaturnya?”

Almora tidak berani melepaskan kaca mata hitamnya, diam-diam melirik Gavin sejenak, ketakutan hingga gelisah sekali, sepasang kaki juga sedang gemetar, “Kamu kamu kamu.......aku aku......presdir Jin Jin......”

“Sebenarnya siapa yang mengaturnya?” Laras sangat marah sambil sedikit berteriak, “Kamu duduk, baik-baik mengatakannya.”

Seketika Almora lunglai duduk ke sofa, kedua kaki tetap gemetar.

Pada jam segini tamu di kafe masih belum terlalu banyak, sebagian besar pelayan sedang bersih-bersih dan merapikan tempat, begitu mendengar suara dari meja ini, semua mulai menghentikan pekerjaannya, menoleh dan melihat ke sana.

Yang tidak tahu, masih mengira wanita dari bos gangster datang menindas yang lemah.

Almora, menundukkan kepala, suara bagai bunyi nyamuk, “Alvin yang mengaturnya.”

“Apa? Lebih keras lagi,” Laras mengancamnya berkata, “Kamu percaya atau tidak jika tidak mau mengatakannya secara jujur aku akan memberimu minum obat bisu?!”

Gavin: “.....” Memegang dahinya, dan menyeka keringat.

Air mata Almora terus mengalir, sambil terisak mengatakan: “Dia mengatakan ingin mengajakmu keluar untuk berbicara mengenai rencana karirku, jadi aku baru mengajakmu bertemu.”

Laras melirik Gavin sekilas, menggunakan pandangan mata memberitahunya-- “Lihat saja, tidak menakutinya tidak akan bicara jujur.”

“Ada lagi, apakah kalian sengaja menjebakku?”

Almora terus menggeleng kepalanya, “Tidak tidak tidak ada, pasti tidak ada, aku sungguh mengira dia berpikir demi karirku, tidak tahu dia sedang memanfaatkanku.”

“Siapa yang memberi obat?”

“Dia.” Almora sama sekali tidak ragu-ragu melemparkannya ke Alvin, “Aku pergi ke toilet, saat kembali menemukan kalian sudah tidak ada, aku juga ketakutan sekali, takut terjadi masalah padamu, aku mengejar ke kamar lantai atas, kebetulan melihat dia memelukmu masuk ke dalam, aku menghentikannya, tapi gagal, lalu aku ketuk pintu tapi dia tidak membukanya.”

Laras tersenyum sinis sejenak, langsung membongkar kebohongannya, “Kamu ada kartu kamar masih perlu mengetuk pintu?”

Almora: “.......”

Laras terus mempermalukannya, “Sebelum melakukan hal jahat, seharusnya kamu memeriksa cctv di sekitar, apakah kamu tidak tahu ada yang namanya cctv? Ketika kamu turun tangan padaku, tidak tahu aku bisa mencari rekaman cctv untuk melihat kebenarannya?”

Almora: “......”

Laras sama sekali tidak segan-segan memarahinya: “Kamu sungguh bodoh, dia hanya mempermainkanmu tapi kamu mempercayai kata-katanya, aku sedang membantumu kamu malah mencelakaiku, kamu adalah orang yang air susu dibalas dengan air tuba, tidak layak melangkah masuk pintu perusahaanku.”

Novel Terkait

My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu