Cinta Pada Istri Urakan - Bab 477 Saingan Cinta Yang kuat

"Amankah tinggal disini? Seorang perempuan membawa dua anak kecil, keluar malam harus berhati-hati, lebih baik jangan keluar."

Laras tersenyum, sedikit meremehkan, "tidak usah kamu pedulikan"

Di luar negeri dia bersama dua anaknya selama 4 tahun, keamanan diluar negeri kurang bagus dibanding dalam negeri, dia sudah terbiasa, tidak perlu peringatannya lagi.

Apartemen ini mempunyai kunci kode sidik jari, habis menekan kata sandi pintunya terbuka.

Karena kebiasaannya, Gavin masih khawatir," Apakah pemilik rumah ada merekam kode sidik jari?"

Laras tidak ada waktu untuk membalasnya, segera menggendong Bobi menuju ke kamarnya.

Nana ikut masuk, "Kak, kak, Kamu tidak apa-apa?" Aku tidak marah lagi, aku mau baikkan sama kamu.”

Bobi berbaring di tempat tidur, mata tidak bisa dibuka, dua pipinya merah, pernafasannya agak sesak, kepala, badan semua panas.

Laras mengambil temperatur mengukurnya, 39 Celcius hampir 40 Celcius.

Gavin yang mengikuti masuk melihat suhu badannya, segera berkata:" Ke rumah sakit, tidak boleh tunda."

Tetapi Laras masih tenang," kamu bawa Nana keluar, Nana antar paman."

"aku tidak pergi."

Laras sambil mengambil obat penurun panas berkata: "Kamu tak mau pergi mau

ngapain?"

"......Anak sudah hampir 40 Celcius, aku antar dia ke rumah sakit, kalau ditunda nanti malah bahaya."

Sewaktu berbicara, Laras telah menaikkan tubuh Bobi untuk minum obat penurun panasnya, dan berkata: "Tidak apa-apa Bobi, mama pergi ambil minum, habis minum tidur lagi."

Bobi menutup matanya dan mengangguk, sekujur badan lemas.

Laras keluar mengambil air hangat, meyuapi Bobi minum, biarkan dia tidur.

Tutup pimtu kamar, Laras berjongkok dan berbicara dengan Nana, dengan serius berkata: "kakak sakit, perlu istirahat, Nana ke kamar, sendiri menggambar bisakah?"

Nana dan Bobi adalah anak kembar, Bobi sakit, Nana sangat khawatir, "Ehm, Aku lebih suka kakak yang sering beradu mulut dengan aku, yang bilang aku bodoh, aku tidak suka kakak yang sakit.”

"kakak akan baik kembali, anak baik, pergi main sendiri."

"Ehm."

Nana lari menuju kamarnya, Di ruang tamu sisa Gavin dan Laras.

Laras mulai mengusir, "Hari ini terimakasih, Tetapi aku tidak mempunyai waktu untuk melayani kamu, pergi ya, aku tidak antar."

"Anak begini tidak apa-apa?"

"Anak demam itu biasa, ke rumah sakit juga diberi obat saja, tadi siang baru demam, kalau diambil darah juga belum diketahuinya penyakitnya, dan masa sekarang adalah masa flu, aku bawa Bobi pergi, sekalian juga Nana, tidak bisa ditinggalkan dia sendiri di rumah, kalau diantara kami kena flu, dua lainnya pun tertular juga, banyak resikonya, tahu kan?"

Gavin mengangguk.

"Kalau sudah mengerti bisakah kamu pergi, aku benar-benar tidak mempunyai waktu melayani kamu."

"....." Gavin tidak ingin dan tidak mau.

Saat itu, Nana membawa gambarnya keluar dari kamarnya, "Mama, bisakah kamu ajari aku?"

"Aku ajari "Gavin berkata dengan rela, "Kamu menjaga Bobi, aku temani Nana, begini saja ya.”

Sehabis bicara dia langsung berjalan menuju kamar Nana, Laras ingin menghentikannya sudah terlambat, Gaya dia berjalan seperti angin kuat, masih seperti dulu.

membuat dia membencinya.

Tetapi, Nana sangat gembira, membawa dia ke kamarnya,"Bagus-bagus, Paman ayo masuk."

Laras: "......" Gavin lihatlah, anak perempuanmu lebih tahu dari kamu.

Setelah pertemuan, ini pertama kali Gavin mempunyai kesempatan berdekatan dengannya, juga pertama kali dengan sabar mengajari anak TK menggambar.

Dia duduk di karpet, kaki ditekuk, Tetapi walaupun kakinya ditekuk tetap lebih panjang dari meja anak-anak.

Dia menyelidiki dengan seksama suasana sekitarnya, dikamar ada tempat tidur atas bawah, atas dengan sprei warna biru, bawah dengan sprei warna merah jambu, di sisi tempat tidur dipajang banyak boneka.

Di sebelah jendela ada satu meja persegi dan dua kursi kecil, dia bisa membayangkan dua anak kecil duduk bersama-sama menggambar dan belajar bersama.

Dipintu masuk tergantung daftar pekerjaan sehari-hari, bangun pagi, melipat selimut, pakai baju, makan, sapu, baca buku, bisa dilihat Laras mengajar anak dengan sangat baik.

Sekarang banyak keluarga hanya punya satu anak, tapi Laras, satu orang membawa dua anak, kesusahannya, bisa dibayangkan.

Sambil menggambar Nana bertanya: "Paman, Benarkah gambar ini?"

"Benar."

"Paman, gambar aku bagus?"

"Bagus."

"Apakah kamu menyukai mamaku?"

"......." Pertanyaan ini terlalu tiba-tiba, pemikiran anak kecil ini kelewatan?

"Suka." dia berkata.

Nana dengan nakal tertawa: "Kalau begitu kamu harus antri, banyak orang yang suka mamaku."

"......"

Kira-kira setengah jam kemudian, Bobi berkeringat, tidak hanya seluruh bajunya basah, kasurnya basah sebagian.

Laras meraba-raba kening anaknya, panasnya sedikit turun," Bobi, benar ya kalau sudah keluar keringat badan jadi agak baikan? Sini, minum air lebih banyak."

Laras membersihkan badannya dengan handuk, mengganti dengan baju bersih, Bobi kelihatan segar.

Waktu mengerjakannya, Gavin berada disebelahnya, dia ingin membantu, tetapi tidak tahu mesti mulai dari mana.

Melihat laras membersihkan dan menggantikan bajunya dengan mudah, dia tersentuh, perempuan yang dulu tidak takut segalanya, sekarang bisa menjadi seorang ibu yang mandiri.

"Bobi, Mama pergi masak bubur, malam kita bersama-sama makan bubur ya?"

"Baik"

"Ehm, mau keruang tamu nonton kartun, atau berbaring di tempat tidur?"

"nonton Superman."

"Ya."

Jadinya, Laras ke dapur masak, Gavin menemani kedua anak nonton kartun.

Nana duduk diatas kaki Gavin, tetapi Bobi duduk lebih jauh, pertama dia tidak ingin menularkan penyakitnya ke adiknya, kedua, melihat paman ini, dia ada perasaan ingin mendekatinya tapi takut mendekatinya.

Nana: "Paman, apakah kamu pernah lihat Superman?"

"Tidak."

"Superman sangat pandai, semua masalah bisa diatasi dia."

"benarkah."

"benar, alangkah baiknya kalau aku bisa bertemu dengan Superman."

"Nana ada masalah apa?"

"Mama bilang kakek sekarang dirumah sakit, aku ingin Superman menyembuhkan penyakit kakek. Dan, aku ingin superman membantu mencarikan ayah kami, tiap anak kecil mempunyai ayah, aku dan kakak tidak mempunyai ayah, sangat tidak adil."

Gavin memikir, dia juga ingin tahu siapa ayah mereka, terjadi apa dengan Laras, kenapa melahirkan anak tapi tidak tinggal bersama.

Nana berkata lagi: "Aku mau superman menyulap paman Uno menjadi ayah kami, haha, aku suka dengan paman Uno."

"....." Kelihatannya persaingan ini ketat sekali!

"Paman Dita, kalau Paman Uno tidak bisa menjadi ayah kami, Bisakah kamu jadi ayah kami? Tapi kamu harus sabar antri ya, didepanmu masih ada beberapa paman lagi."

"...." Aku bukan Dita, dan apakah aku boleh tidak antri?

Bobi dengan dingin menghelakan napasnya," Bodoh, bocah polos."

Novel Terkait

Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu