Cinta Pada Istri Urakan - Bab 447 Hamil

Setelah semuanya bubar, kediaman Gavin menjadi lebih sunyi lagi, bahkan lebih sunyi dibandingkan dengan sebelumnya.

Sendirian Anna berdiri di depan kediaman Gavin yang begitu besar, menangis dengan sangat sedih, hari yang paling tidak ingin dia hadapi, akhirnya datang juga.

Dulunya adalah suami, kemudian anaknya, puluhan tahun ini, dia melewati setiap hari dengan penuh kekhawatiran.

Dibandingkan dengan ibu-ibu yang lain, dia mungkin telah mempersiapkan mental, akan tetapi rasa sakit kehilangan anak satu-satunya dia sama sekali tidak mengurang setengah karena dia telah mempersiapkan mental.

Paman Dewa melangkah kedepan dan memakaikan mantel itu ke bahu Anna, ”Nyonya, malam hari terasa lebih dingin, apakah anda ingin duduk di dalamnya sebentar”

Anna membalikkan badan dan melihat Dewa, bertanya: “Dewa, menurutmu aku berbuat seperti ini, apakah keterlaluan?”

Paman Dewa tidak berani bersuara, air mata mengalir deras dari mata tuanya.

“Aku mengetahui bahwa banyak orang di dalam hati kalian pasti mengatakan bahwa aku sangat kejam, tetapi tidak masalah, apapun yang kalian kata, aku benar-benar tidak menyukai Laras ini”

“Jangan mengira bahwa aku tidak mengetahui, Laras sangat ceroboh dan sering membuat masalah, semua ini karena ada Gavin yang membantunya, sekarang Gavin sudah meninggal, tidak ada yang bisa membereskan masalahnya, apabila dia membuat masalah lagi, apakah harus aku yang membereskan?”

“Jika Gavin mengetahuinya di atas surga, ingin membenciku, maka benci lah, aku membesarkan dia, tetapi dia mengabdikan seumur hidupnya kepada negara, dia sama sekali tidak membalas budi kepadaku, aku tidak merasa bersalah.”

Pada akhirnya, Paman Dewa tetap tidak bersuara, sudah sampai tahap ini, tidak ada gunanya mengatakan apapun.

……

Rumah sakit, kamar pasien.

Akhirnya Laras bangun, kali ini dia tidur dengan sangat nyenyak, reaksi pertama setelah dia bangun adalah——akhirnya terbangun dari mimpi buruk.

“Laras, bagaimana perasaanmu? Apakah kamu merasa tidak nyaman?”

Mendengar suara papanya, Laras memutarkan kepalanya seperti robot, bertanya: “papa, apakah Gavin sudah pulang?”

“... …” Romo tertegun, suara yang sedikit bergetar, “Laras, kamu… ... Kamu tidak apa-apa?

“Apakah Gavin tidak akan kembali lagi?” dia duduk di atas kasur, dan bertanya.

Romo menepuk bahu gadisnya, menentramkan dia dan berkata: “Gavin telah meninggal dunia dengan tenang.”

"... …" Di momen itu, rasa sakit yang dahsyat datang menyerang seperti tsunami, membungkus hatinya yang hancur, jatuh ke dalam juram yang sangat dalam.

“Laras, kamu jangan terlalu sedih, hati-hati akan membahayakan bayi yang di dalam perutmu, dokter mengatakan bahwa kamu sedang mengandung.”

“Apa?” Laras membelalakan kedua matanya, menatap papanya dengan tidak percaya, “papa, apa yang kamu katakan?”

Romo menganggukan kepala, “Dokter mengatakan bahwa kamu sudah mengandung satu bulan, menurut papa, anak ini datang di waktu yang kurang tepat, tetapi papa mengetahui bahwa, anak ini adalah pendorong bagi kamu untuk bertahan hidup, Laras, jangan khawatir, ada papa disisimu, aku pasti akan membantumu membesarkan anak ini.”

Laras mengedip-ngedip mata, dan memegang perutnya, perasaan ini sangat aneh, dia tidak percaya bahwa ada bayi yang bersembunyi di dalam perut yang datar ini

“Serius? papa, kamu jangan membohongiku.”

“Iya serius, hasil tes darah masih ada disini.”

Laras mengambil laporan hasil tes darah dari Romo, dia tidak mengerti data-data yang diatas, dia hanya melihat di laporan hasil tes tertulis beberapa kata-kata ini “Hamil 30 hari” , dia mengalir air mata dan tersenyum, aku dan Gavin sudah mempunyai anak.

“Ponsel, dimana ponselku?”

“Untuk apa kamu mau mencari ponsel?”

“Aku ingin memberitahukan ibu bahwa aku hamil, apabila begitu dia tidak akan memaksa aku untuk bercerai lagi.”

Romo menarik bahunya, berkata dengan sangat marah: “Keluarga Pradipta sudah tidak menganggap kamu sebagai menantu lagi, kamu masih memanggil dia ibu? Laras, Gavin sudah meninggal, sudah tidak ada yang bisa melindungimu lagi di Keluarga Pradipta, anak ini adalah milik keluarga Atmaja, sama sekali tidak ada hubungan dengan Keluarga Pradipta.”

“Akan tetapi… …”

“Apakah kamu tidak takut setelah kamu melahirkan anak, Keluarga Pradipta hanya menginginkan anak tersebut, bukan kamu?”

“... …” Memikirkan hal-hal yang terjadi semalam, Hati Laras merasa sangat kecewa, dengan agresif mertuanya mengusir dia, dan para tetua Keluarga Pradipta tidak ada yang membela dia, begitu banyak orang, tidak ada satupun yang membela dia.

“Laras, jika Keluarga Pradipta begitu kejam, mengapa kamu harus kembali kesana lagi, papa masih bisa menafkahi kamu, anak yang di dalam perutmu akan bermarga Atmaja, ini adalah cucuku, Keluarga Pradipta jangan berharap dibagi sebagianpun.

Laras diam-diam menyetujui perkataan papanya, dia menundukkan kepala mengelus perutnya, mungkin ini adalah efek psikologis, tiba-tiba perutnya terasa hangat, seolah-olah ada aliran udara yang bergerak, menderu-deru, terasa sangat ajaib.

Sejak dia mengetahui bahwa dirinya sedang hamil, dia sendiri sepertinya tidak merasa dekaden lagi, setidaknya dia sudah memiliki nafsu makan, dan menjadi lebih semangat dibandingkan sebelumnya.

Ketika dia merasa sedih, begitu dia memikirkan anaknya, dia segera mengalihkan perhatiannya, dan berusaha membuat dirinya tersenyum lagi.

Setelah istirahat beberapa hari, Laras kembali ke sekolah, ketika teman-temannya melihat dia, selain merasa terkejut dan juga merasa kasihan.

“Laras, beberapa hari ini aku menelponmu, mengapa ponselmu selalu tidak aktif?” Manda sangat khawatir, mendapatkan kabar bahwa Laras datang ke sekolah, dia sengaja datang untuk menjumpai dia.

“Ponselku habis baterai, aku lupa mengisinya.”

“Mengapa hari itu kamu tidak memberitahukanku, begitu juga Rendra, aku telah memarahi dia beberapa kali, Laras, kamu pasti merasa sangat terluka, benar?”

Laras mengangkat sudut mulut dan tersenyum lebar, “Hei, sudah berlalu, aku sudah tidak apa-apa.”

Manda melihat sikap Laras yang dingin dan tidak berperasaan, memukul dia dengan ringan, “Jangan berpura-pura kuat di hadapanku.”

Tetapi Laras berkata: “Tidak ada, aku beneran tidak apa-apa, jika Keluarga Pradipta tidak bisa menanggungku, aku mengandalkan papaku saja, hal tersebut sudah terjadi seperti ini, Apakah mau aku menangis setiap hari?”

Manda memperhatikan dia dengan teliti, masih belum yakin, “Benar?”

“Benar, lebih asli dibandingkan emas asli, eits, aku masih harus masuk satu kelas lagi, sampai jumpa.”

“Jika kamu ada masalah harus menelponku, aku akan segera datang.”

“Baiklah, bye.”

Jadwal semester empat ini tidak terlalu padat, dan nilai Laras juga bagus, sehingga lebih mudah mengikuti pelajaran.

Pertama kali pemeriksaan USG di rumah sakit swasta, dokter menggerak-gerakkan alat transducer di atas perut Laras yang datar, pertama kali dia mendengar suara menggumam-gumam, itu adalah suara detak jantung janin.

Melalui layar, dokter memberitahukan dia, “Selamat, kamu mengandung anak kembar.”

“Serius?”

“Tidak akan salah, coba kamu mendengar suara detak jantung janin yang satu lagi.

Laras tidak mengerti, layar ultrasound yang gelap sehingga tidak bisa membedakan yang mana satu, dan suaranya terdengar sama semua, bahkan dia tidak merasakan keberadaan mereka, akan tetapi dokter memeriksa dengan menggunakan peralatan medis, tidak mungkin bisa salah.

Berbaring di atas tempat tidur, tiba-tiba dia terasa pilu, dan air mata mengalir dari ujung sudut mata.

Gavin, apakah kamu mendengar? Aku mengandung anak kembar.

Gavin, kamu hebat sekali, sekaligus dua, karena kamu mengkhawatirkan aku terlalu capek mengandung, sehingga menyelesaikan masalah sekaligus mengandung dua anak, benar ?

Gavin, kamu dimana? Aku tidak percaya kamu akan meninggal dengan cara seperti ini, mereka yang percaya kamu meninggal akibat kebakaran pasti belum pernah melihat bagaimana kamu mengalahkan sekelompok tentara, kamu yang begitu hebat, bagaimana mungkin kamu tidak bisa melarikan diri?

Gavin, cepat pulang, permainan ini tidak seru, aku sudah mau marah.

Gavin, asalkan kamu pulang, aku akan memaafkan kamu… ...

Novel Terkait

Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu