Cinta Pada Istri Urakan - Memangnya Kamu Ini Siapa?

Setelah upaya penyelamatan Sang Dokter, Maira akhirnya keluar dari ruang operasi dalam keadaan masih hidup, tetapi infeksi sistemik dan kegagalan organ telah menjadi hukuman seumur hidupnya.

Mungkin, dia tidak bisa bertahan sampai tahun ini.

Putri tertua di keluarga Atmaja, yang dulu dicintai oleh ribuan orang dan memiliki keindahan tak terbatas dan banyak sekali pria muda yang tertarik padanya dan berada di sekelilingnya, hanya untuk melihat senyumannya.

Saat ini, Manda hanya bisa berbaring diam tak bergerak di sana dan tubuhnya di bungkus seperti mumi, yang tersisa hanyalah napas, bahkan berbicara, makan dan minum air telah menjadi kegiatan yang mewah.

Setelah meninggalkan ruang operasi, Maira langsung di antar ke ruang pemantauan steril. Saat ini, bakteri kecil yang tidak berarti apa-apa bagi orang normal, bisa mengancam hidupnya yang sekarang.

Perlahan-lahan, langit menjadi gelap, suhu semakin menurun, dan melalui desakan panggilan telepon serial rumah sakit, Nagita akhirnya datang dengan tergesa-gesa.

Nagita memakai riasan yang indah, dan perhiasan di tubuhnya tidak ada yang buruk, bahkan gaya rambutnya terlihat seperti baru saja di tata ulang, sangat rapi. Dia mengenakan bulu ungu gelap yang sangat mahal, dengan rok pinggul yang berwarna hitam dan sepasang sepatu bot kulit hitam. Seluruh pakaian dan perhiasannya yang dia pakai tidak terlihat ada yang kurang.

Nagita memegang tas kulit bermerek. Saat dia berjalan kemari, dia terlihat sangat percaya diri dan bersemangat, langkah kakinya sangat stabil dan berirama. Penampilannya tidak seperti orang yang ingin berkunjung ke rumah sakit, lebih tepatnya, dia kemari seperti ingin berjalan di atas karpet merah.

Dari jauh, dia sudah melihat Laras dan Manda berdiri di luar bangsal, serta Gavin dan dua dokter berjas putih.

Dia memperlambat langkah kakinya, lalu merapikan mantelnya dan menampilkan wajah yang arogan, kemudian berjalan perlahan-lahan, "Yo, Tuan muda pertama Pradipta, melindungi istri seperti melindungi anak sapi, apakah kamu takut akan terjadi sesuatu pada Laras di rumah sakit? "

Karena ada Gavin di sana, Nagita tidak berani begitu arogan, tetapi dia tetap mencibir, "Manda, kamu sangat bosan ya. Urusan keluargamu saja tidak bisa kamu urus dengan baik, dan sekarang ingin mengurusi urusan keluargaku. Buat apa kamu datang kemari? "

"Aku..." Manda ingin menjelaskannya, tetapi Laras memegang bahunya.

Laras menggelengkan kepalanya terhadap Manda, sebagai tanda bahwa Manda tidak perlu mengatakan apapun.

Manda juga berpikir kalau terjadi keributan di rumah sakit, maka akan mempengaruhi pasien lain dan anggota keluarga pasien yang lainnya, jadi sementara dia hanya bisa bersabar dan menahan emosinya.

Dokter Zhang adalah dokter yang merawat Maira. Kali ini, dia juga yang menyelamatkan Maira dari pintu maut. Melihat Nagita yang berjalan dengan sangat lambat, dia tidak bisa bersabar dan berkata, "Nyonya Wicaksono, akhirnya kamu datang kemari, mengapa kamu tidak mengangkat telepon?"

Wajah Nagita terlihat canggung, kemudian berkata dengan santai: "Aku keluar untuk bersantai, jadi tidak melihat ponsel, dan setelah aku melihat ponsel, aku langsung bergegas kemari."

Setelah selesai berbicara, Nagita melihat ke dalam bangsal, Maira masih terbaring sama seperti sebelumnya, tubuhnya dililit dengan kain kasa dan di sampingnya terdapat banyak instrumen. Nagita tiba-tiba menjadi kesal dan mengeluh dengan tidak senang, "Bukankah itu masih sama seperti biasa, di dalam pesan mengatakan sangat serius, aku kira apa yang terjadi, membuat aku khawatir saja selama perjalanan kemari. Jantungku ini tidak kuat, kalian jangan menakutiku."

Orang bilang di dalam rumah sakit, kita bisa melihat sifat asli seseorang, pernyataan ini memang benar. Selama lebih dari 20 tahun Dokter Zhang melakukan praktik medis, dia sudah melihat begitu banyak kondisi anggota keluarga pasien, tetapi tipe yang seperti Nagita, dia benar-benar jarang melihatnya.

Saat pertama kali Maira di bawa ke rumah sakit, sikap Nagita, sama seperti seorang ibu pada umumnya, dia sangat sedih hingga ingin menanggung rasa sakit untuk putrinya, tetapi setelah berjalannya waktu, Nagita seperti sudah mati rasa, atau bisa dibilang bahwa dia telah menerima kenyataan ini.

Nagita yang menerima kenyataan ini telah menjadi sangat realistis. Dia tidak lagi memaksa sesuatu yang tidak bisa di paksakan, seperti hidup Maira. Sesuatu yang bisa dimiliki maka akan di perjuangkan, seperti keuntungan yang ada di depan matanya.

Anggota keluarga yang menyerah pada kesembuhan penyakit bukan hanya Nagita, Dokter Zhang tidak jarang mendapatkan kasus seperti ini, tetapi ini adalah pertama kalinya anggota keluarga seperti Nagita menerima kondisi putrinya dengan begitu cepat dan sikapnya terhadap kondisi ini juga berubah tajam.

"Maira mengalami syok di pagi hari dan membutuhkan pertolongan pertama. Kami tidak bisa menghubungimu sepanjang waktu. Bukankah kami sudah memberitahumu untuk memperhatikan ponsel? Dia hampir saja pergi."

Setelah berbicara sampai di sini, hati Nagita mendadak panik, "Pertolongan pertama? Apa yang terjadi? Bagaimana dengan sekarang?"

"Dia baru saja keluar dari ruang operasi, dan situasinya masih tidak stabil. Kamu adalah ibunya. Meskipun tidak bisa hadir, kamu juga harus tetap berhubungan setiap saat. Kamu seperti ini yang tidak bisa dihubungi sepanjang hari adalah perilaku yang sangat tidak bertanggung jawab, kamu bisa menunda kegiatanmu, tetapi putrimu tidak bisa. "

Di depan semua orang, Nagita merasa sangat malu, kemudian dia menjelaskan: "Dokter Zhang, mari kita bertukar posisi. Jika kamu adalah aku, suamimu lumpuh dan putrimu hanya tinggal menunggu waktu, apakah kamu bisa menerimanya?... Aku seorang wanita setengah baya yang saat ini tidak lagi memiliki harapan, jika aku tidak akan pergi untuk bersantai, menghabiskan uang, berdandan untuk membuat diriku bahagia, mungkin aku akan pergi terlebih dahulu dibanding mereka berdua. "

Dokter Zhang : "..."

Yang lain :"……"

Nagita tiba-tiba teringat sesuatu, dan bertanya: "Kamu bilang putriku dioperasi, operasi apa yang kalian lakukan padanya?"

"Syok, jantung berhenti mendadak, hampir saja tidak bisa keluar dari ruang operasi dengan selamat."

"Dokter Zhang, bukankah operasi itu harus disetujui oleh anggota keluarga?" Nagita kembali bertanya. "Sebelum dan sesudah operasi, dia masih tetap terlihat sama dan tidak ada beda. Memangnya apa yang sudah kamu lakukan?"

Wajah Dokter Zhang membiru karena marah, dia bukan tidak pernah menjumpai anggota keluarga seperti itu, tetapi ini adalah pertama kalinya dia menjumpai orang yang berkata sembarangan dan tidak masuk akal seperti Nagita. Nyawa pasien yang sedang terancam itu adalah putrinya. Meskipun dia ingin menghentikan perawatannya, dia juga tidak pantas melakukan perjalanan, berdandan dan berpakaian secara berlebihan untuk menenangkan suasana hatinya saat putrinya masih dalam kondisi kritis?! Putrinya akan mati cepat atau lambat, tetapi bukan langsung di saat ini.

Sudah banyak kali, saat Dokter Zhang memeriksa ruang bangsal, Maira selalu berusaha untuk membuka matanya saat mendengarkan suara, dan menggunakan seluruh tenaganya untuk bertanya kepadanya, Dokter, di mana ibuku?

Dalam beberapa hari terakhir, kondisi Maira sangat lemah, bahkan dia tidak bisa membuka matanya, tetapi itu tidak berarti bahwa dia tidak sadar.

Selama operasi, Dokter Zhang menemukan bahwa kesadaran Maira untuk bertahan hidup sangat kuat, dia sangat sadar, jadi dia pasti tahu bahwa ibunya tidak ada di sampingnya.

Bagi orang sehat ini, satu hari, dua hari, lima hari, sepuluh hari bukanlah sesuatu yang bisa bertahan lama, tetapi bagi Maira, setiap detik yang dia lalui tidaklah mudah dan sangat menderita. Di dalam kondisi yang seperti itu lah, dia menunggu ibunya setiap hari.

Dalam kondisi seperti ini, siapapun yang melihatnya pasti akan merasa sangat sedih. Mungkinkah sebagai ibu kandungnya, Nagita acuh tak acuh terhadap putrinya? Sebenarnya sedingin apakah hati seorang wanita yang bisa dan mampu bersenang-senang dan bahagia di saat kehidupan putrinya sedang sekarat?

Bagaimana Nagita bisa bertindak sampai sejauh ini?

"Aku yang menandatangani formulir persetujuan," Manda berkata.

Nagita mengalihkan pandangannya ke Manda dan bertanya, "Memangnya kamu ini siapa? Kamu dan Laras bekerjasama dan ingin membunuh putriku, apakah kamu masih berhak menandatangani formulir persetujuan operasi untuk putriku? Jika terjadi sesuatu pada putriku, apakah kamu bisa bertanggungjawab? "

Mata Nagita menatap Manda, tetapi orang yang dia marahi adalah Laras. Nagita berkata: "Karena kobaran api itu tidak bisa membunuhnya, sekarang kalian ingin melakukan sesuatu padanya di rumah sakit, benar kan? Dan kalian berdua telah bernegosiasi untuk membunuh Maira. Kalian berdua itu tumbuh besar di rumahku dan sebagai balasannya, kalian ingin menyakiti keluargaku, dasar tidak tahu berterima kasih. "

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu