Cinta Pada Istri Urakan - Bab19 Membuatmu Hamil

Bab19 Membuatmu Hamil

Saat dia berbicara, dia sengaja memberikan jeda, napasnya yang panas menerpa wajahnya, dari napasnya tercium wangi mint yang ringan, berada sedekat ini dengannya membuat dia dapat melihat wajahnya yang tampan dan gagah dengan jelas, hidungnya yang mancung semakin menambah ketampanannya, yang paling seksi adalah sepasang bibirnya yang tipis, sangat penuh dengan daya tarik.

Wajah dan telinga Laras memerah dengan menyedihkan, apalagi pada saat Gavin berbicara terputus-putus, hatinya berdebar-debar bagaikan mau melompat keluar.

"Sebaiknya dalam waktu dekat ini kau menyesuaikan diri dengan baik denganku, jika tidak hari-harimu di sini akan sangat menyedihkan."

"Tetapi aku tidak benar-benar hamil, kau membohongi orang tua seperti ini apakah hati nuranimu tidak merasa sakit?"

"Karena kau begitu khawatir mengenai masalah 'tidak hamil' ini, kalau begitu aku bisa membuatmu 'benar-benar hamil'."

"......" Pemikiran Laras sangat jernih, dia mengingatkan Gavin, "Seorang laki-laki sejati tidak akan mengingkari perkataannya, kau sudah menandatangani kontrak denganku."

Alis Gavin kembali mengerut setelah sempat mengendur sebentar, tetapi dia memang sudah mengurangi tenaganya, tidak membelenggunya sekuat tadi, "Kau ini!" dia menghela napas dengan keras, berguling ke samping, berbaring dengan diam di sampingnya.

Ranjangnya sangat besar, cukup untuk 2 orang berbaring tanpa saling bersentuhan, akhirnya dia baru menyadari bahwa Gavin sedang mempermainkannya.

Hah, kelihatannya meskipun menggunakan otak, dia tetap bukanlah lawannya.

Tidak lama kemudian, saat Laras mulai mengantuk, Gavin tiba-tiba berkata : "Kelak tidak peduli kau mempunyai masalah apapun, kau boleh mencariku, aku akan menunggumu bersedia menjadi istriku yang sesungguhnya."

Laras seketika sadar, tidak mengantuk sama sekali, dia dari dulu bukanlah penyuka suara yang indah, tetapi di keheningan malam seperti ini, suara Gavin yang dalam dan tenang terdengar lebih indah dibandingkan suara yang dihasilkan oleh biola, tidak berat, tetapi mengetuk pintu hatinya dengan sangat keras.

"Kenapa?"

"Apanya yang kenapa?"

"Kenapa kau tiba-tiba mau menikahiku?"

Ini adalah yang kedua kalinya dia bertanya mengenai hal ini, yang pertama kali dia hanya diam saja, tidak menjawab, kali ini, dia bertanya dengan suara yang lirih, "Kau benar-benar tidak mengenalku?"

"Aku....Apa aku harus mengenalmu?"

"Kejadian malam itu apakah kau sudah melupakan semuanya?"

"Malam yang mana?" Laras berusaha mengingat interaksi yang pernah dilakukannya dengan Gavin, tetapi benar-benar tidak ada, waktu di rumah paman, itu adalah pertama kalinya bertemu dengannya.

Gavin ingin mengatakan sesuatu tetapi tidak jadi, hal yang bagaikan terukir di hatinya itu ternyata malah dilupakan olehnya, hatinya sangat jengkel.

Apakah anak muda zaman sekarang benar-benar tidak perduli akan hal ini?

Apakah aku yang terlalu kuno, terlalu konservatif?

"Malam yang mana?" Laras adalah seorang yang tidak sabar, paling tidak tahan kalau dibuat penasaran, dia bertanya lagi, "Sebenarnya masalah apa? Kau jangan membuatku penasaran bisa tidak?"

"Tidak ada apa-apa! Tidur!" Gavin bangun dengan kesal, jalan ke lemari dan mengambil satu selimut tipis, berbaring dan menyelimuti tubuhnya lalu benar-benar tidur.

"Kau ini...." Laras merekatkan bibirnya, dengan susah payah akhirnya dia bisa menenangkan amarahnya, dia tidak ingin memprovokasinya lagi, dia mengambil selimut yang lain lalu menyelimuti tubuhnya lalu bergeser ke pinggir ranjang dan tidur.

Satu ranjang, dua orang, dibatasi dengan jelas.

--

Setelah beberapa hari tinggal di rumah Gavin, Laras pelan-pelan mulai terbiasa dengan aturan dan kebiasaan di rumah Gavin, Gavin tidak sama seperti tentara lainnya yang dia tahu, sepanjang tahun tinggal di dalam angkatan militer, tetapi dia seperti pekerja kantoran, pergi pagi pulang malam, Gavin yang ada di bayangannya adalah sekali pergi bisa sampai setengah tahun baru pulang tidak akan mungkin terwujud, dia setiap hari pulang ke rumah.

Meskipun aturan di rumah Gavin cukup ketat, tetapi untungnya masih ada nenek Gavin di sana, Laras sangat menyukai nenek Gavin, Nenek Gavin juga sangat menyukai Laras.

Nenek dan cucu yang terpaut 2 generasi, bisa dibilang mereka sangat cocok, kadang-kadang jika mereka mulai membuat masalah, bahkan Gavinpun tidak tahan lagi melihatnya.

Hari itu, mereka sudah menunggu sangat lama tetapi Laras masih belum pulang.

"Biasanya Laras pulangnya lebih pagi darimu, hari ini sudah jam berapa ini dia masih belum pulang." Nenek Gavin agak sedikit khawatir, "Kau tidak seharusnya setuju membiarkannya pergi dan pulang dari kampus sendiri, dia sedang hamil, jika di jalan terjadi sesuatu yang tidak diharapkan bagaimana?"

Gavin melihat jamnya, dia juga merasa ada yang tidak beres, "Nenek jangan khawatir, aku akan meneleponnya."

Diam-diam dia merasa gembira, untung saja dia sudah saling bertukar nomor telepon dengan Laras.

Tetapi sebelum dia sempat menelepon Laras, telepon dari Laras sudah masuk duluan, "Halo, ini sudah jam berapa, kenapa kau masih belum pulang?"

"Maaf, apakah anda temannya Laras?"

Gavin terdiam, nada bicaranya segera berubah menjadi asing dan berat, "Iya."

"Halo Pak, kami dari Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Siloam, nona Laras baru saja diantar kemari, kesadarannya kabur, kami hanya dapat menanyakan namanya saja, dia sekarang masih belum sadar, masih dalam pertolongan, kami menemukan telepon genggamnya dari dalam kantongnya, apakah anda bisa datang kemari? Atau kalau tidak hubungi keluarganya....."

Semakin Gavin mendengarnya, dia semakin tidak sabar, tidak menunggu sampai lawan bicaranya selesai berbicara dia sudah berkata : "Saya segera ke sana."

Rumah Sakit Siloam

Langitnya sudah gelap, saat mobil Gavin sampai di depan Rumah Sakit, satpam Runah Sakit segera mengenali mobilnya, tidak hanya segera menghampiri, dia juga berinisiatif untuk bertanya.

"Pak Gavin, apakah anda ada urusan datang kemari?"

Ekspresi Gavin muram, pandangan matanya penuh dengan kekhawatiran, "Tolong bantu saya untuk memarkirkan mobil sebentar, saya ada urusan mendesak."

"Baik, anda masuk saja Pak."

Tempat parkir di Rumah Sakit sangat penuh, mobil dari luar yang sudah mengantri selama 2 jam masih belum bisa masuk, Gavin langsung berhenti, turun dari mobil, dengan langkah yang lebar segera lari ke Unit Gawat Darurat.

Di dalam UGD, selain dokter dan suster, juga ada polisi.

Saat suster melihat Gavin, dia sangat kaget ditambah sangat hormat, saat tahu Gavin datang karena Laras, dia semakin merasa kaget.

"Pak Gavin, ini adalah telepon genggam nona Laras, saat dia dikirim kemari kesadarannya sudah tidak begitu jelas, dokter curiga ini adalah geger otak."

"Sudah berapa lama di dalam sana?"

"Setengah jam."

"Bagaimana bisa terluka, kecelakaan?"

Suster menjawab sejujurnya, "Kalau melihat lukanya, sepertinya bekas dipukul."

"Dipukul?" hasil yang seperti ini membuat Gavin sangat tidak percaya.

"Benar, polisi yang mengantarnya kemari."

Gavin mengerutkan alisnya, melihat petugas polisi yang datang kearahnya, dia bertanya dengan terburu-buru : "Dipukul siapa?"

Itu adalah pertama kalinya petugas polisi bertemu dengan Gavin, pertama-tama dia memberikan hormat ala militer, lalu dia berkata : "Lapor Pak Gavin, jam 5.40 kami menerima laporan dari orang di daerah sekitar Rumah Sakit bahwa ada kerumunan orang yang sedang bertengkar, kami segera kesana, jam 5.50 kami sampai disana dan melihat mereka, semuanya adalah pengangguran, begitu mendengar sirine polisi langsung lari, saat kami menemukan korban yang terluka, kami langsung mengantarkannya kemari. Teman saya sedang mengambil rekaman CCTV di tempat kejadian, percayalah kebenarannya akan segera terbuka."

Gavin berkata dengan sungguh-sungguh : "Mohon secepatnya."

"Baik!"

Saat ini, suster mengingatkan, "Pak Gavin, sebaiknya hubungi keluarga nona Laras."

"Saya adalah suaminya."

Suster : "......"

Petugas polisi : "......"

Semua orang yang ada di sana : "......"

Gavin--anak tunggal dari komandan Allan, pria yang paling muda, paling tampan dari seluruh tentara, yang prestasinya paling cemerlang ternyata sudah menikah.....

Gavin--sudah menikah!

Sudah menikah!!!

Kalimat "Saya adalah suaminya" itu sudah menghancurkan hati banyak wanita yang berharap padanya!

Novel Terkait

Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu