Cinta Pada Istri Urakan - Bab 342 Kita Putus Saja

"Manda, menurutku kita harus berbicara dulu, apa kamu tidak merasa sikapmu padaku ada yang aneh?"

Manda masih mengelak, "Masalah apa?"

"Coba pikirkan bagaimana kamu memperlakukanku dulu, lalu pikirkan bagaimana kamu memperlakukanku sekarang?" Ada beberapa kalimat begitu diucapkan, dia merasa terlalu sentimentil, bukan seharusnya yang dikatakan pria sepertinya.

"Aku??Aku tidak merasa ada masalah, setiap hubungan akan ada masa-masa 'panas' dan masa-masa 'dingin', tidak mungkin selamanya selalu masa-masa 'panas', kalau kamu tidak bisa beradaptasi masa-masa 'dingin' sekarang ini, kalau begitu kita??" Dia terdiam sebentar, kata-katanya yang hampir keluar terhenti karena hatinya terlalu sakit.

"Kita bagaimana?" Rendra tidak bodoh, dia ada firasat.

"Tidak bagaimana." Untungnya tadi dia baru menangis, matanya masih memerah, kalau tidak dia sungguh tidak bisa menjelaskan alasannya sekarang bercucuran air mata.

Rendra juga sangat depresi, "Baik, kamu bilang tidak bagaimana ya tidak bagaimana, aku tidak akan menanya lagi, tapi aku ingin bertanya, kita baru bersama berapa lama, begitu cepat sudah dingin?"

"Ehn."

"Kamu menjawabnya sambil lihat aku." Rendra tiba-tiba menjadi serius.

Manda membelakanginya, menarik nafas dalam agar air matanya tidak turun, kalau tidak hari ini saja, jangan ditunda lagi.

Tiba-tiba dia membalikkan kepalanya, melihatnya lurus.

4 mata saling melihat, mata lembut Rendra penuh curiga, dia masih mengingat cahaya di mata Manda saat pernah berjumpa dengannya, itu adalah semacam rasa cinta dan mengejar yang tidak bisa ditekan, tapi sekarang, pandangannya sangat kacau, Rendra tidak mengerti rasa cinta yang pernah ada apakah masi ada.

"Rendra, kita??" Manda menggertakkan giginya, hatinya sangat sakit sampai tidak bisa bernafas.

"Kita? Kita bagaimana?"

Nada bicara Rendra yang memelan membuat Manda roboh, kelembutan Rendra, keanggunannya, ke-gentle-annya, semua kebaikannya, bagaimana mungkin Manda sanggup berkata putus? Dia tidak bisa mengatakannya.

Melihatnya sangat lama tidak lanjut bicara, tiba-tiba Rendra mengubah topik, "Mamaku menyuruhku lebih sering membawamu pulang kerumah makan, hari ini kamu mau tidak?"

"??" Manda sungguh mau runtuh, dia sangat ingin mengatakannya, Rendra, mamamu sama sekali tidak setuju kita bersama.

Air matanya, tidak bisa ditahan dan terjatuh, hubungan ini, bukannya kalau dia tidak tega melepaskan, maka akan lancar.

"Kenapa, terlalu terharu? Kuberitahu, mamaku sangat memperhatikanmu, bukan karena kamu kembali ke keluarga Atmaja atau ada pendapat mengenaimu."

"??" Manda memejamkan matanya dengan kuat, memaksa hatinya berkata, "Rendra, kita putus saja."

Rendra terdiam, "Kamu bilang apa?"

Manda tidak berani membuka matanya, hanya saja airmatanya masih menetes, juga tidak berani mengatakan apapun lagi.

Rendra dengan datar berkata: "Aku anggap aku tidak mendengar kalimat ini, sudah boleh jalan, pakai sabukmu."

"??" Manda bahkan pelan-pelan menghela nafas lega, menundukkan kepalanya, dengan cepat memakai sabuk pengaman.

Sepanjang perjalanan kedua orang ini tisak berbicara, sesampainya di belokan rumah keluarga Atmaja, Manda dengan panik berkata: "Berhenti disini, aku turun disini."

"??" Rendra mengerem tiba-tiba, menahannya lagi, "Jalanan pada saat salju sangat licin, aku mengantarkan sampai kedepan pintu juga tidak boleh? Apa kamu sangat ingin cepat-cepat terlepas dariku? Sebenarnya bagian manaku yang memalukanmu?"

"Tidak.. Bukan.. Aku hanya.. Hanya tidak ingin kamu banyak berjalan saja.."

Alasan seperti ini, dia sendiri saja merasa sangat pura-pura.

Rendra mengendarai mobilnya sampai kedepan, jalanan cuaca salju sangat licin, dia dengan pelan mengendarai mobilnya sampai ke depan pintu rumah keluarga Atmaja.

"Terimakasih, aku masuk sendiri saja, kamu hati-hati dijalan."

"He??" Rendra tertawa dingin, dia sudah menebak dari awal, benar saja Manda tidak mengecewakannya.

Manda tidak banyak berpikir langsung turun.

Rendra seperti marah langsung menginjakkan pedalnya mengendarai mobilnya pergi.

Melihat banyangan mobilnya yang menjauh, Manda akhirnya tidak bisa menahan air matanya lagi, rasa dingin yang menusuk tulang berhembus di wajahnya, seperti pisau tumpul yang menggores wajahnya.

Begitu air matanya terjatuh, wajahnya seperti luka yang ditabur garam, sangat sakit.

Setelah masuk kerumah, dia menceritakan kepada Nagita yang khawatir seharian kondisi Rama di kantor polisi, Nagita semakin panik."

"Papa bilang dokumen itu semuanya dibuat Fadli lalu diserahkan padanya untuk tanda tangan, dia sama sekali tidak melihatnya lagi. Papa terus mengatakan kalau dia tidak tau apapun, menyuruh kita harus menolongnya."

"Aduh, tidak disangka Tere Liye baru rubah tua yang berbahaya itu, kita sungguh salah mempercayainya," Nagita menghela nafas berkata, "Aku sendiri saja sudah kesusahan, bagaimana mau menolongnya? Dia disana tidak dipukuli kan?"

Manda menggeleng kepalanya, "Tidak, hanya saja tidur tidak nyenyak."

"Tempat seperti itu kalau bisa tidur nyenyak baru aneh, aish..." Nagita menghela nafasnya lagi, memikirkan berkawan begitu lama dengan Tere Liye, benar-benar sangat terlambat untuk menyesal.

"Oh iya, Manda, tadi siapa yang mengantarmu pulang? Aku berdiri dijendela melihat dari jauh, kenapa seperti walikota Pradipta ya?"

"Ini..Tadi bertemu ditengah jalan, dia bilang mau mengantarkanku."

"Aku rasa, mana tau dia bisa membantu kita, bagaimana juga dia adalah walikota."

Manda dengan cepat menjelaskan: "Dia sudah lama tidak menjadi walikota, sudah pindah ke bagian lain."

"Oh iya, dia sudah naik jabatan, tingkatannya lebih tinggi, kalau begitu bobot bicaranya lebih besar, karena Gavin tidak mau membantu kita, kita coba cari Rendra?"

"Ma, kita tidak mempunyai hubungan apapun dengannya, kenapa dia mau membantu kita? Dia mengantarku karena atas dasar Laras."

Manda sangat panik, kalau hubungannya dengan Rendra diketahui Nagita, sesuai sifat Nagita, pasti akan menempel dengan Rendra bahkan dengan keluarga Pradipta.

Tidak bisa, tidak boleh menyeret Rendra masuk.

"Ma, kamu jangan pikir lagi, Jendral Gavin sudah membantu sebisanya, kekuasaan Rendra masih tidak sebesar Gavin, dia tidak bisa membantu. Lagipula bidangnya juga berbeda, mereka berbeda divisi, makin tidak bisa ikut campur. Kita jangan seperti lalat yang tak berkepala sembarangan mencari orang, bisa lebih mengacaukan segalanya."

Nagita akhirnya setuju mengangguk, "Ehn, kamu juga yang berpikir lebih luas."

Setelahnya kedua ibu-anak itu berbincang-bincang lagi, setelah berbincang, Manda menyeret badannya yang lelah kembali ke kamar.

Baru duduk sebentar, handphonenya berbunyi, begitu dia melihat, adalah nomor lokal asing.

"Halo, dengan siapa?"

"Ini aku, Marsel."

Benar-benar apa yang ditakutkan, itu yang datang, Manda dengan gemetar berkata: "Tante rupanya, halo tante, kenapa tante bisa ada nomorku?"

"Hehe, halo Manda, mendapatkan nomormu tidak mudah, ada yang memberikannya padaku."

"...Oh hehe."

"Kudengar dari kakak iparku, Rendra bilang kamu sudah kembali ke keluarga Atmaja?"

"Ehn, benar."

"Kejadian keluarga Atmaja ini sangat besar, kamu masih mau pulang?"

"Ehn, ini adalah rumahku, papa mama dan kakakku sekarang sangat membutuhkanku."

"Kamu benar-benar sangat berbakti, juga sangat tau berterimakasih, keluarga Atmaja memperlakukanmu seperti itu kamu masih mau balas budi, benar-benar langka."

"Tante, tante cari aku ada apa?"

Marsel menelan ludah, dengan tertawa bertanya ”Kemarin hal yang sudah kamu janjikan, kenapa masih belum ada pergerakan? Kamu adalah anak yang baik, tidak sedang mempermainkan aku dengan bibimu kan?"

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu