Cinta Pada Istri Urakan - Bab 26 Kukira Aku Sudah Mati

"Naik mobil, kenapa lama sekali?!" Kemarahan Gavin terlihat di seluruh wajahnya, saat dia sedang tidak marah saja, wajahnya sangat serius, apalagi ini yang sedang marah, benar-benar bagaikan mau membunuh siapapun yang ditemuinya.

Laras gemetar, baru saja dia ingin berbalik, tiba-tiba dia mendengar Christian berkata : "Iya..."

Iya! Iya?

Laras tiba-tiba mengangkat kepalanya, dia melihat Christian jalan ke samping mobil, berkata terhadap Gavin yang ada di dalam mobil : "Paman, bisa tidak tunggu aku sebentar saja?"

Pppppaman???

Laras membatu seketika.

"Tidak bisa!" Gavin melihat mereka berdua, kemarahannya ditujukan kepada keponakannya juga kepada Laras, "Aku lagi buru-buru!"

"Tetapi sepedaku...."

"Masukkan bagasi!"

Christian merasakan bahwa kesabaran pamannya sudah hampir habis, jadi dia terpaksa mematuhi kata-katanya, image tuan muda yang seenaknya tadi di depan Laras runtuh dalam sekejap, di hadapan Gavin yang meskipun tidak marah tetapi tetap berwibawa itu, dia benar-benar bagaikan bayi.

Sepasang kaki Laras bagaikan seberat ribuan ton, terpaku di tempatnya tidak dapat bergerak sama sekali, dia menggerakkan matanya dan melihat sekilas ke dalam mobil, bahunya bergetar, di sangat takut sampai-sampai nyawanya hampir melayang.

Laras meminta agar hubungan mereka tidak diketahui di kampus, baik kalau begitu, dia akan mengabulkan permintaannya, tidak mengakuinya, tidak memanggilnya juga tidak mencarinya.

Tetapi pandangan mata Gavin, jelas-jelas seperti ingin memakannya!

Christian juga merasa sangat kecewa, dia melipat sepedanya lalu dengan mudah memasukkannya ke dalam bagasi mobil, setelah itu dia ke jalan ke depan, pada saat dia melewati Laras, dia berkata dengan lirih, "Kau pikirkan dengan baik, setelah itu baru memberiku jawaban, aku akan menunggumu."

"......" kematianku akan segera tiba, kau tahu tidak?

Christian naik ke mobil, lalu Gavin segera mengganti gigi mundur, menginjak pedal gas lalu langsung memundurkan mobilnya.

Laras masih berdiri kaku di tempatnya, kaca depan mobil memantulkan bayangan pohon, sedangkan dia akhirnya sudah merasakan kemarahan Gavin.

Gerakan Gavin yang memundurkan mobil sangat cepat dan akurat, hanya butuh 2 detik untuk kembali ke jalan yang benar, tangannya mencengkram kemudi, menginjak pedal gas, mobilnya bagaikan anak panah yang sedang dilepaskan, hanya meninggalkan daun-daun yang beterbangan dan angin yang bertiup untuk Laras.

Laras mengeluarkan keringat dingin, mereka adalah saudara, dia merasa dia harus pergi untuk membeli kuburan.

Mobil sudah keluar dari pelataran kampus, saat di tengah jalan, Gavin akhirnya tidak tahan untuk bertanya : "Kau bukannya belajar dengan benar di kampus malah main-main, kau ada hubungan apa dengan perempuan tadi?"

Sebagai seorang paman yang mempedulikan pelajaran keponakannya, dia merasa ini sangat wajar.

"Aku tidak main-main, aku menyukainya dan sedang mengejarnya." Christian tidak bersemangat, sama sekali tidak menyadari suasana hati lawan bicaranya, dari dulu pamannya memang sangat serius, dia sudah terbiasa.

Gavin sangat marah sampai-sampai mobil yang sedang dikendarainya miring sebentar.

"Apakah sudah dapat?" dia menekan semua emosinya dan bertanya dengan berat hati.

Ditanya seperti itu semakin membuat Christian kecewa, dia menggelengkan kepalanya dan berkata : "Dia menolakku."

Gavin menghela nafas lega.

"Tetapi aku tahu kalau dia juga menyukaiku."

Mobilnya miring kembali.

"Saat ini kau adalah seorang mahasiswa, jadi kau harus mengutamakan kuliahmu, " jika Christian cukup teliti, dia pasti dapat menyadari bahwa suara teguran Gavin terdengar agak bergetar, "Karena dia sudah menolakmu, kalau begitu sebaiknya kau menyerah saja, fokus kepada kuliahmu."

Christian sama sekali tidak menyadari peringatan pamannya yang tersirat, dia juga tidak berminat untuk memikirkannya, dia masih merasa sedih.

Gavin melihat dia tidak menjawabnya, kekesalannya semakin meningkat, "Apa kau mendengar apa yang aku katakan?"

"Paman, jika aku bisa dengan mudah menyerah maka itu bukan cinta yang sesungguhnya, paman tidak mengerti perasaan seperti ini."

"......." Seketika Gavin terdiam, dia sedang menertawakanku atau apa?

"Aku sudah semeja dengannya semenjak kelas 2 SMA, aku juga sudah sejak saat itu menyukainya, dia berbeda dengan gadis lain, bersikap seenaknya tetapi sangat imut." Christian benar-benar sedang tenggelam dalam kenangannya bersama Laras, sama sekali tidak menyadari wajah Gavin yang sudah hampir meledak, "Tetapi saat itu aku masih belum mengerti, aku juga tidak berani menunjukkan rasa sukaku kepadanya, karena itu sekarang aku menyatakan cintaku kepadanya, dia malah mengira otakku bermasalah."

"......" kenapa perkataan Christian barusan membuat suasana hatinya sangat buruk?!

"Dia benar-benar berbeda dengan gadis yang lainnya, dia tidak akan mungkin sengaja mendekatiku hanya karena keluargaku, dia menyukai seseorang murni karena dia menyukai orang itu , bukan karena hal lain yang dimilikinya, inilah yang membuatku tertarik kepadanya, paman, kau dapat mengerti maksudku tidak?"

"......." Gavin berusaha setengah mati untuk menekan amarahnya, hanya kemudinya saja yang dapat merasakan geraman pemiliknya, dia berkata dengan murung, "Aku! Tidak! Mengerti!"

"Wajar sih kalau paman tidak mengerti, bagaimanapun juga paman jarang berhubungan dengan lawan jenis."

"......." dia hampir menghancurkan kemudinya.

Christian sepertinya sudah bertekad kuat, dia berkata dengan sungguh-sungguh : "Aku tidak akan menyerah, asalkan dia bisa merasakan ketulusanku, aku percaya dia pasti akan menerimaku."

Tiba-tiba mobil di depannya mengerem secara mendadak, Gavin seketika membanting setirnya ke samping, saat Christian masih belum menyadari apapun, tiba-tiba "brak" terdengar suara tabrakan yang sangat besar, orang beserta mobilnya menabrak tiang penyangga jembatan layang.

Adrenalin Christian mengalir dengan deras, tabrakan yang hebat membuat kepalanya pusing.

Saat tabrakan terjadi, Gavin juga tidak sadar sepenuhnya, air-bag di dalam mobil sudah keluar semua, kaca depannya juga sudah hancur semua, tetapi yang pertama kali dia pikirkan tetap adalah keselamatan Christian.

"Chris, bangun, kau tidak apa-apa? Chris....Chris....Chris?"

Christian pelan-pelan sadar dari tabrakan yang mengerikan itu, dia membuka matanya dan merasa sepasang matanya sakit bagaikan tertusuk, serta dadanya terasa berat.

Gavin segera melepas sabuk pengamannya, melepaskan airbagnya dan menahan belakang kepala Christian, "Chris, Chris?"

Wajah Christian terlihat pucat, bibirnya sedikit bergetar, matanya merah, nafasnya berat, keadaannya sepertinya tidak begitu baik, "Chris, apa kau bisa mendengarku?" Gavin sambil meneriakkan namanya, sambil memeriksa kepala dan punggungya serta bagian tubuh Christian yang lainnya.

Christian mengeluarkan suara yang sangat lirih, "Aa..ku dengar...."

Suarnya kecil tetapi tidak lemah.

Gavin untuk sementara menghela nafas lega, dia membantu Christian melepaskan sabuk pengamannya serta membuka airbag yang menghimpit dadanya, "Ambil nafas yang dalam.....sudah lebih baik atau tidak?"

Christian sudah merasa jauh lebih baik, ternyata tadi dadanya terasa berat itu dikarenakan dihimpit oleh airbag, dia kira dia sudah hampir mati.

Dia menghela nafas lega lalu dengan rakus menghirup udara segar, dia masih sangat terguncang, "Paman, aku kira aku sudah mati."

Gavin sangat merasa bersyukur, dia mengelus kepala Christian dan berkata : "Tidak semudah itu untuk mati."

"Huffff, aku bisa melewati maut, setelah ini biasanya pasti ada berkah yang akan datang, aku pasti bisa mendapatkan Laras."

"......"

Suara sirine polisi terdengar semakin mendekat, polisi lalu lintas mengetuk jendela dengan gugup dan bertanya, "Orang yang di dalam, apakah baik-baik saja?"

Gavin berusaha menguasai dirinya, dia membuka pintu lalu turun, "Keponakanku mengalami luka ringan, seharusnya tidak ada masalah besar, apakah bus sekolah yang di depan tidak apa-apa?"

Mobil yang juga mengalami kecelakaan di waktu yang sama adalah bus sekolah yang ada di depannya, jika Gavin tidak tepat waktu menyadari keanehan yang terjadi, terlambat membanting setir, akibatnya tidak dapat dibayangkan.

Novel Terkait

Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu