Cinta Pada Istri Urakan - Bab 250 Bagaimanapun Yang Paling Nyaman Memang Rumah Sendiri

Segera setelah Laras pergi, sebenarnya semua pertanyaan yang seharusnya ditanyakan sudah ditanya, banyak sekali hal yang bisa dijelaskan.

Tere Liye bertemu dengan Laras di kediaman keluarga Atmaja, mengetahui Laras adalah istri dari Gavin , dia langsung merencanakan kawanan Nimo dan Husin untuk menculik Laras.

Semua ini terlalu kebetulan.

Pada saat yang bersamaan Nimo juga menjelaskan dengan masuk akal bahwa Laras merupakan orang yang ditunjuk oleh Paman Keempat.

Jadi, jika ingin melacak keberadaan Paman Keempat, satu-satunya petunjuk adalah ——Perusahaan Atmaja.

Rapat Gavin berlanjut sampai malam, ketika rapatnya selesai dan diapun sudah di kamarnya, Laras pun sudah terlelap.

Dia mempercepat langkahnya menuju ke kamar mandi dan mandi kilat, setelah itu dia mengeringkan rambutnya dengan cepat dan langsung masuk ke dalam selimut.

Laras masih mengira dirinya sedang bermimpi, dalam mimpinya dia seperti terkepung oleh kobaran api, dia tak bisa menghindar dari kobaran api tersebut atau pun bersembunyi. Dia hanya bisa membiarkan kobaran api itu menghanguskan dirinya.

Sampai——

“Aaaah, apa yang kamu lakukan!” Laras pun terkaget, seorang penjahat sedang melakukan serangan padanya.

Gavin tidak menjawab, dan terus bertahan melakukan aksi tersebut.

Laras merinding sekujur tubuhnya, dan berharap dia bisa menendang dia pergi, “Hei, siang hari ini sudah dua kali.”

“Kamu sendiri yang bilang itu siang hari.”Dari dalam selimut terdengar suara berat dan nakalnya.

“……” Laras sungguh tak berdaya, membangunkan orang yang sudah tertidur, sungguh menyulut amarah orang, tapi dengan kelakuannya seperti ini membuatnya cinta juga kesal.

“Besok pagi saja gimana? Aku ngantuk sekali……”

Gavin tak henti menyerangnya, dan berkata: “Jika kamu tidak usah bergerak, biar aku saja.”

“……” jangan membohongi aku dasar paman nakal.

Laras menendang bahu Gavin, tapi Gavin malah bertindak bak singa, tak henti meneruskan aksinya, tanpa ada tanda-tanda untuk mundur.

Tiba-tiba Gavin berkata: “Sudahlah jangan melawan lagi, tubuhmu tak bisa berbohong.”

“……” Aku ini tidak tahu malu kah? Aku ini sangat pemalu, oke?!

“Rileks, rileks, lagi pula ini bukan yang pertama, untuk apa begitu sentimental?”

“Kakak kamu lepaskan aku.”

Gavin pun menaikan kepalanya dan mengintip dari dalam selimut tipis dan bertanya, “apa kamu masih ngantuk?”

Laras memutar kedua matanya, ingin sekali memukulnya.

“Karena sudah tidak mengantuk, ayo kita bermain.”

“……” Laras menatapnya kesal, “Kamu semakin kekanakan .”

“Hal ini merupakan olahraga paling mulia bagi umat manusia, bagaimana bisa kekanakan? Ini semua tentang reproduksi. Tanpa olahraga ini, semua manusia akan punah. "

“Sudahlah, aku tidak ingin mendengarmu mengajariku.”

“Aku mengerti, kamu pasti tidak ingin melihat tindakanku kan? Jangan khawatirkan produk dari serigala liar ini, kualitas tinggi, tidak akan membuatmu kecewa.”

“……” lalu, aku harus berkata apa lagi?

Lalu pergumulan ini pun terus berlanjut, dan Gavin tanpa lelah terus menarik Laras mengeksplorasi gerakan penciptaan dan asal-usul manusia ini.

……

Keluarga Atmaja.

Hari ini adalah hari paling gelap bagi Keluarga Atmaja.

Ada saatnya Perusahaan Atmaja kadang berada di atas kadang di bawah, mereka mencapai titik terendahnya saat mereka bangkrut, penagih hutang yang datang sudah tak terhitung jumlahnya.

Bahkan ketika di titik terendah itu, mereka tidak sesuram hari ini.

Malam sudah semakin larut, Lampu di rumah keuarga Atmaja masih saja terang.

Nagita berbaring di kasurnya dan tak henti menangis, Manda yang ada disana tak bisa berbuat apa-apa hanya bisa menemaninya.

Rama sampai dirumah, ini adalah pertama kalinya baginya dalam beberapa hari tak pulang kerumah.

Duduk di sofa ruang tamu, memandang segalanya yang tampak begitu akrab, dia benar-benar kembali pada satu kalimat__ memang tidak ada yang lebih nyaman dari pada rumah sendiri.

Hanya saja sayangnya, rumah ini akan hilang dalam waktu dekat.

Dengan kedua tanganya Rama memegang kepalanya penuh penyesalan, menunduk, dan menyeka air matanya.

Entah sudah berapa lama, dengan langkah pelan Manda menuruni anak tangga, dengan ringan dia memanggil: “Ayah, kamu kenapa duduk disini?”

Rama semakin menundukan kepalanya, dengan cepat dia menyeka wajahnya, takut putri kecilnya akan melihatnya dalam keadaan terpuruk seperti ini.

Lalu diapun mengangkat kepalanya, dan dengan santai berkata: “Ya, aku masih belum ngantuk.”

Manda berjalan sampai di hadapanya, dan dia pun perlahan duduk: “Ayah, Laras tadi mengirimkan pesan Wechat padaku, katanya Gavin membawa kakak ke dokter angkatan Militer yang ada di pasukannya. Dan dokter itu menyarankan agar membawanya keluar untuk jalan-jalan. Jika suasana hatinya membaik, maka dia akan sembuh.”

Kedua mata Rama memerah dan terlihat sedikit bengkak, membuat kedua kelopak matanya berkerut tampak menua , “Hmm, baiklah, kamu bawalah dia liburan sesaat.”

“Lalu, Ayah bagaimana?”

“Aku?” Rama tertawa getir, “Aku harus membereskan kekacauan ini.”

Dengan perasaan was-was Manda bertanya: “Bagaimana keadaan perusahaan sekarang?”

Rama tidak menjawab, hanya menggelengkan kepala, sebenarnya dia tidak ingin putrinya tahu terlalu banyak, sebagaimana seorang ayah tak ingin kegagalanya diketahui putrinya.

“Ayah, apa kita bukan keluarga? Jika ada kesulitan kita sekeluarga bisa menyelesaikanya bersama-sama, berapa banyak uang yang dibutuhkan perusahaan sekarang?”

Rama masih tetap menggelengkan kepalanya, “Manda, kamu tidak usah khawatir, sebentar lagi kamu akan mulai sekolah, kamu hanya perlu fokus belajar, uang untuk membayar uang kuliah kamu, papa masih ada.”

Kenyataanya uang untuk makan pun dia sudah tak ada.

Kepala Manda menunduk, dengan pahit berkata: “Ayah, aku sudah tahu aku bukan anak kandung kalian.”

Rama membelalakan kedua matanya, “Sembarangan, kamu dengar dari siapa? Itu tidak benar.”

“Ayah, kamu tidak perlu membantah, aku tidak apa-apa, aku sudah memikirkanya, anak kandung ataupun bukan, kalian berdua tetap orang tua ku, aku selamanya akan tetap berbakti kepada kalian.”

Rama tidak tahu harus bagaimana menjawabnya, jika bukan hari ini hal ini di ungkit kembali, dia pun hampir lupa bahwa Manda bukanlah anak kandungnya.

“Manda, ayah dan ibu tidak pernah menggangap kamu orang asing.”

“Iya, aku tahu, jadi aku selamanya akan selalu menjadi bagian dari keluarga ini, akan selalu mendukung usaha keluarga ini, Ayah, kamu kembalilah, rumah ini tidak akan bisa tanpa ayah.”

Rama mendengarkan saran dari putrinya, akhirnya dia tak bisa menahan lagi air mata pun bergulir keluar dari kedua matanya, “Aku yang sekarang, apa masih bisa kembali? Apa ibumu masih bisa menerimaku kembali? Apa dia akan memaafkan aku?”

“Ayah tidak bertanya, bagaimana bisa tahu?” Yah, lebih baik ayah pergi menemui ibu dan meminta maaf, hal itu sungguh membuatnya terluka, juga sudah membuat aku dan kakak terluka.”

“Maaf Manda, ayah sungguh bersalah kepada kalian.”

“Ayah, ibu dan kakak sekarang membutuhkanmu, apa ayah pikir ibu mentransfer semua asetnya untuk menjatuhkanmu? Apa ayah benar berpikir bahwa ibu akan menceraikan ayah? Dia hanya khawatir ayah akan gegabah dan menghabiskan semua uang untuk sesuatu yang tidak berharga.”

Rama hampir menangis, tapi nyatanya dihadapan putrinya dia terlihat tegar.

“Ayah, kamu tak perlu ragu lagi, keadaan kakak sekarang tidak boleh terlalu tertekan, apakah kabar ayah dan cerai saat ini, apa dia bisa menerimanya?”

“Ayah hanya berhutang maaf pada ibu.”

Saat ini, Nagita dengan lambat menuruni anak tangga, dengan ekspresi kacau dan bibir pucat, sungguh berbeda dengan Nagita yang dulu, bak dua orang berbeda.

“Ibu?” Sebut Manda terkaget, “Bukankah kamu sudah tidur?”

Manda pun langsung berlari untuk menopang ibunya, “Ibu kenapa keluar, tidak kedinginan?”

Nagita dengan sorot mata penuh dendam menatap Rama.

Rama tak berani menghindar, mulutnya ternganga tak tahu harus berkata apa.

Tiba-tiba, “Dug” Rama berlutut di lantai.

Novel Terkait

You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu