Cinta Pada Istri Urakan - Bab 78 Hadiah Ulang Tahun (1)

Master Ruan adalah otoritas di bidang penilaian kaligrafi dan lukisan. Dia dikenal sebagai “Mata Emas Api”. Segala yang dinilainya, yang palsu tidak mungkin menjadi asli, yang asli juga tidak mungkin menjadi palsu.

Meskipun tidak semua orang paham akan lukisan, tapi reputasi Picasso terkenal hingga ke internasional, karya otentik Picasso sangat langka.

Kedua tangan kakek gemetar di udara, tidak berani menyentuh lukisan itu, dia tidak pernah berpikir untuk memiliki karya nyata seorang pelukis hebat di masa hidupnya, bisa melihatnya saja sudah sebuah harapan, apalagi memilikinya.

Yang lain juga sama menatap lukisan itu seolah takut kehilangan.

Kapten Suno Sumori mengangkat gelas anggurnya dan tersenyum, “Kapten Gavin ternyata perhatian sekali dengan orang tua.”

Gavin: “Aku tidak tertarik pada ini, daripada disimpan di dalam box, lebih baik berikan pada orang yang mengerti akan hal ini.”

Kakek senang kegirangan hingga mulutnya ternganga, cepat minta pelayan untuk menyimpannya, “Hati-hati, tolong hati-hati.”

“Atmaja, tolong biarkan aku menikmatinya sebentar lagi.”

“Iya, ini pertama kalinya aku melihat karya Picasso, benar-benar spektakuler.”

“Wajah kakek bangga, dan berkata: “Makan dulu, mau lihat nanti datang kerumahku lihat saja.”

“Ok, janji ya.”

Semua orang kembali kemeja, kakek bangga dan menyalami tangan Gavin berulang kali untuk berterimakasih, barusan marah sekali hampir saja penyakit jantungnya kambuh, sekarang senang sekali seperti anak kecil.

“Pa, sudah cukup, biarkan Gavin makan.” ucap Nagita menghentikannya.

“Iya, iya, lihat aku ini, yang sudah pikun, Gavin, kamu makan banyak sedikit, Laras, cepat ambilkan sayur untuk Gavin.”

Laras mengambilkan lobster untuknya, “Nah, lobster untukmu.”

Gavin langsung memakannya, dan berbisik dengan suara kecil yang hanya bisa didengar mereka berdua: “Ehn, rasanya lumayan, nanti pulang baru makan tubuhmu.”

“……”Laras hampir tersedak lalu meliriknya, orang ini selalu saja genit.

Nagita melihat mereka yang berbisik bermesraan, suasana hatinya galau, kecemburuannya terpancar diwajah, kalau saja dia menantunya, betapa bagusnya!

Tiba-tiba HP-nya berdering, Gavin mengangkatnya, dan berbicara dengan nada santai: “Ada apa?”

“Kak, sekarang kamu lagi di Humpre kenapa tidak memberitahuku?”

“Ada perlu?”

“Tentu saja, aku juga di Humpre,”ucap Aaron tersenyum, “Disini semuanya model, kamu mau tidak......ooops, sudahlah, kamu sudah punya kakak ipar.”

Wajah Gavin tampak tidak senang, dia tidak ingin mendengarkan Aaron membicarakan hal yang tidak penting, “Kalau tidak ada masalah, kumatikan, lagi makan.”

“Eii, eii, kak, tunggu, aku sudah tahu semuanya apa yang barusan terjadi dibawah, seluruh siaran menyiarkannya dan seluruh hotel sudah mengetahuinya.”

“Kenapa?”

Aaron emosi: “Beraninya memperlakukan kakak iparku seperti ini, kamu bisa menahan emosi ini? Kebetulan, aku juga akan memberikan hadiah besar untuk keluarga Atmaja?”

Gavin mematikan telepon, “Ada masalah di pasukan？Tanya Laras, “Kamu begitu sibuk, masih harus datang kemari merayakan ulang tahun kakekku, maaf sudah merepotkanmu.”

“Bukan telepon dari pasukan, sebentar lagi ada pertunjukkan bagus.”

“Apa?”

“Jangan tanya, sebentar lagi juga tahu.”

Rasa penasaran Laras meningkat, tidak tahu kejutan apa yang akan diberikan pria yang bisa segala hal ini padanya.

Kemunculan dia menyelamatkan keluarga Atmaja, ketulusannya pada kakek, menunjukkan betapa dia menghargai dirinya, dia merasa dirinya dicintai, bahkan dapat merasakan tatapan matanya yang berbinar.