Cinta Pada Istri Urakan - Bab 17 Gunung Satu Lebih Tinggi Dari Lainnya

Bab 17 Gunung Satu Lebih Tinggi Dari Lainnya

Setelah makan, Laras duduk dengan tenang di atas sofa sambil menonton televisi, Gavin duduk dengan serius, sebentar sebentar melihatnya dengan pandangan mengingatkan.

Nenek Gavin sedang memegang telepon genggam, Berbicara dengan penuh wibawa kepada menantunya : "Kamu jangan bawel lagi, aku sangat suka kepada cucu menantu ini, Gavin akhirnya melakukan hal yang membuatku senang, kamu jangan ikut campur."

Anna sangat marah sekali, "Ibu, bukankah ibu sendiri yang bilang kalau ibu menyukai putri keluarga Wiratama itu, lalu akan turun tangan sendiri untuk membuat Laras pergi?"

Nenek : "Tetapi sekarang aku lebih menyukai Laras, kenapa? Apa aku tidak mempunyai kebebasan untuk menyukai siapapun yang kumau?"

Saat Anna masih muda, dia juga sering dipersulit oleh mertuanya, akhirnya sekarang dia sudah menjadi seorang mertua, tidak diduga dia yang bahkan seorang mertua ini belum mengapa-apakan menantunya, mertuanya malah sudah melindungi menantunya itu.

Hal ini membuat hatinya semakin tertekan, "Ibu, ayo kita bicara secara baik-baik, aku dan Allan tidak setuju akan pernikahan ini, Laras sangat tidak cocok dengan Gavin."

"Menurutku mereka lumayan cocok, kamu jangan berkata apa-apa lagi, aku juga menunggu mereka memberikanku seorang buyut, sudah dulu yah, bye!"

Nenek langsung menutup teleponnya, Laras dapat membayangkan seberapa kesal ibu Gavin saat ini.

Di dunia ini apakah gunung ini yang tertinggi, ternyata masih ada yang lebih tinggi.

Di kediaman keluarga Pradipta, Anna sangat kesal sampai tekanan darahnya meningkat, "Aku benar-benar kesal sekali, Allan, apakah ibumu sudah pikun?"

Kemarin putranya bersikeras membawa Laras pulang, bahkan mereka menikah terlebih dahulu baru bilang padanya, putranya tidak mau mendengarkannya, jadi dia hanya bisa meminta bantuan kepada mertuanya, menaruh semua harapannya kepada mertuanya.

Begitu mertuanya mendengarnya, dia juga sangat marah, memaki Gavin terlalu gegabah, bahkan menjamin kalau dia akan mengurus masalah ini.

Dia akhirnya bisa tenang karena mertuanya mau mengurus masalah ini, ternyata hasil yang ditunggu-tunggu malah berakhir seperti ini.

"Allan, menurutmu apakah ibumu sengaja selalu mencari masalah denganku? Apa dia tidak memikirkan kebahagiaan cucunya sendiri?"

Allan mengerutkan alisnya, lalu hanya bisa menghela napas.

"Lihatlah yang bernama Laras itu, laki-laki bukan, perempuan juga bukan, penampilannya seperti preman, kenapa Gavin bisa suka padanya? Aku benar-benar tidak habis pikir."

Anna mondar mandir di dalam rumah, semakin dipikir semakin merasa ada yang tidak benar, "Tidak bisa, tidak boleh membiarkan dia melahirkan anak Gavin, benar-benar tidak boleh!"

Allan mengingatkannya, "Itu juga adalah cucumu, kamu jangan sembarangan bertindak."

"Kalau begitu aku hanya bisa melihat gadis busuk itu dan ibumu membentuk aliansi?"

"Aku akan mencari Gavin untuk membicarakan masalah ini, kamu harus tetap tenang, biar bagaimanapun dia mengandung cucumu."

"......" biar bagaimanapun juga, meskipun dia tidak menyukai Laras, janin itu tetap adalah keturunan keluarga Pradipta, adalah cucu pertamanya, dia menepuk pahanya dan menghela napas dengan kasar, "Benar-benar sangat mengesalkan!"

Di rumah Gavin, Nenek melihat Laras dengan ramah, menarik tangan kecilnya yang putih, semakin dielus dia semakin suka, semakin dilihat dia semakin suka.

"Perutmu sudah berapa bulan?"

"......" Laras melihat Gavin, meminta bantuannya, aku harus menjawab apa?

Gavin pura-pura batuk, "Uhuk uhuk, nenek, dia baru saja hamil."

Nenek tersenyum sangat lebar, "Baik, baik, baru hamil biasanya belum kelihatan, bagus sekali, awal musim semi tahun depan aku sudah bisa melihat buyutku."

Laras mengerutkan alisnya, sepertinya bercandanya sudah kelewatan!

Nenek malam itu menginap di sana, kamar di sana sangat banyak, pada awalnya kamar Nenek di lantai 2 gedung samping, tetapi Nenek beralasan bahwa tidur sendirian di gedung samping terlalu sepi, harus tidur di lantai 2 gedung utama.

Jadi, permasalahan mengenai kamar tidur ini datang.

"Gavin,Laras, kalian cepat tidur."

Nenek duduk di ruang tamu kecil yang ada di lantai 2, kelihatannya sedang menonton sinetron, tetapi sebenarnya sedang mengawasi suami istri itu.

Tidak akan mudah mengelabui nenek.

Meskipun Gavin menikahi Laras dengan alasan tanggung jawab sudah menghamilinya, tetapi nenek tidak percaya cucunya bisa begitu ceroboh, bahkan dari dulu dia tidak pernah mendengar cucunya bilang kalau dia sudah punya pacar, tiba-tiba mereka sudah menikah, lalu mengumumkan sudah hamil, dia selalu merasa hal ini sangat aneh.

Jadi dia mau mencari buktinya sendiri.

Laras ditarik dengan paksa oleh Gavin masuk ke dalam kamar utama, begitu pintu kamar ditutup, Laras bagaikan menghindari virus saja langsung menjauhinya sejauh 3 meter, "Aku tidak mau tidur denganmu."

Pandangan mata Gavin yang dingin menusuknya dengan tajam, tetapi disertai dengan tatapan tidak berdaya dan memanjakan, tatapannya tidak ingin meninggalkannya sedikitpun, "Duduk."

"Tidak mau, siapa yang mau melakukannya denganmu, perjanjian hitam di atas putih sudah ditandatangani, kau sendiri yang menandatanganinya, semua tindakan harus disetujui oleh kedua belah pihak baru boleh dilakukan, lagipula kau sendiri yang berkata kepadaku tidak akan pernah memaksaku melakukan hal yang tidak kuinginkan, sekarang aku tidak setuju, jangan harap kau bisa memaksaku."

Melihat anak yang terus berbicara tanpa berhenti ini, Gavin merasa kesal dan lucu, dia mengulurkan tangannya menunjuk sofa lalu menjelaskan : "Aku menyuruhmu duduk."

"......" baiklah, aku yang terlalu banyak berpikir.

"Laras, meskipun sangat tiba-tiba, tetapi aku tidak memaksamu untuk menikah bukan?"

Laras dengan diam-diam duduk di atas sofa, tertawa dengan garing, "Hehe, iya, iya, itu aku hanya bercanda dengan nenek saja."

"Kau sendiri yang bersedia ikut pergi denganku, aku tidak pernah memaksamu bukan?" Gavin bertanya lagi.

"Iya, iya, apa yang kau bilang semuanya benar." menjelek-jelekkan orang di belakangnya lalu ketahuan, benar-benar sangat canggung sekali.

"Aku tidak perduli kau bertindak impulsif atau karena alasan lainnya, kita sudah menjadi suami istri yang sah menurut hukum. Ini adalah kenyataan yang tidak bisa diubah."

Laras tidak membantah, meskipun dia menikah memang dikarenakan bertindak impulsif, tetapi sebenarnya dia masih harus berterima kasih kepadanya karena sudah membawanya meninggalkan rumah keluarga Atmaja, jadi dia mengaku salah dengan sungguh-sungguh, "Baiklah, aku yang salah, aku tidak seharusnya menjelek-jelekkanmu di belakangmu, tetapi aku benar-benar hanya bercanda saja, bukankah nenek juga hanya bercanda saja."

Gavin menghela napasnya dengan tidak berdaya, tidak tahu harus berbuat apa terhadapnya, jika tidak menasehatinya, dia tidak tahan lagi melihat sikapnya, jika menasehatinya, kelihatannya dia yang seorang pria sangat perhitungan sekali dengannya yang hanya seorang gadis kecil.

Orang jaman dahulu berkata bahwa hanya orang jahat dan wanita saja yang sulit diajak berhubungan baik.

Ternyata benar seperti itu.

"Oh iya, besok-besok aku pergi dan pulang sendiri saja dari sekolah, kau jangan menyuruh supirmu untuk mengantarkanku, di sekolah terlalu menusuk mata."

"Terus jangan menyuruh bagian dapur untuk menyiapkan sarapan untukku, di jalan ke sekolah aku bisa sekalian beli apa saja."

"Terus besok lusa kebetulan adalah weekend, aku udah janji dari jauh-jauh hari mau pergi naik gunung dengan teman, besok malam aku tidak pulang ke rumah, aku memberitahumu dahulu."

Semakin Laras berbicara, wajah Gavin semakin muram, dia berkata dengan takut-takut : "Kalau tidak, kita saling meninggalkan nomor telepon, jika ada masalah kita akan berbicara melalui telepon?"

Gavin dari dulu bukanlah seorang yang sabar, kekesalan yang tadi belum hilang sepenuhnya, sekarang Laras juga tidak menyukai segala pengaturan yang dibuatnya, sepertinya dia sudah mengacaukan rencana kehidupan yang sudah dibuatnya, jika kemarahan yang ada di hatinya tidak dikeluarkan, hatinya diliputi oleh api yang membakar, terus semakin besar.

Saat ini, kunci di kamarnya tiba-tiba berbunyi, nenek tidak mengetuk pintu dan langsung masuk.

Reaksi Gavin sangat cepat, saat Laras belum sempat bereaksi, dia sudah berpindah tempat duduk ke sampingnya.

"Kau....."

Tanpa berkata apa-apa lagi, dia langsung membungkukkan badan ke arahnya, satu tangannya melingkari pinggang Laras, tangannya yang lain memegang dagunya dan mencium bibirnya.

Novel Terkait

Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu