Cinta Pada Istri Urakan - Bab 156 Iblis Pelindung Istri

Sembari menunggu waktu, Dokter Boy bertanya: "Nyonya Pradipta beberapa waktu ini ada makan obat pencegah tidak?"

Laras sedikit bingung, "Obat pencegah? seperti apa?"

Dokter Boy mengeluarkan dua botol kecil dari kotak medis, dikeluarkan dari dalam, satu warna putih , satu warna biru, diatas obat juga ada huruf.

Laras mengedipkan matanya melihat dengan teliti, dia sangat tidak asing dengan dua macam obat ini, Gavin setiap tengah malam selalu memaksanya memakan obat ini, melihatnya makan baru tenang.

Dengan wajah polosnya bertanya: "Ini bukannya vitamin yang hanya dimiliki pasukan khusus tingkat pertama seperti Gavin?'

Dokter Boy dengan tersenyum berkata: "Ini adalah obat penghambat HIV, bekerja efektif dalam 24 jam setelah terjadi kejadian dengan resiko tinggi, waktu konsumsi setiap hari dengan waktu pertama kali harus sama, sama jam sama menit, sampai 3 bulan akan sepenuhnya dihilangkan. Obat ini akan memberi efek membuat orang merasa mual, pusing ingin muntah, anda tidak merasakannya?"

Laras sendiri merasa kalau dia idiot, "Ada, Gavin bilang aku lemah dan panas, lalu badanku belum pulih, jadi dia memberiku makan obat ini, jadi......dia juga sering membawaku ke rumah sakit militer periksa, setiap kali pasti ada periksa darah."

Anna dan semua orang disana, secara tidak lagsung menyaksikan kemesraan mereka, rupanya, Pemimpin Gu benar-benar membohonginya, hal begitu besar, dia menanggungnya sendirian, tidak membiarkannya wanitanya menanggung sedikitpun rasa takut.

Dokter Boy menampakkan pandangan salut, berkata: "Nonya Pradipta, Ketua Pradipta terhadapmu benar-benar tidak bisa diungkapkan dengan mulut, tapi perlakuannya seperti ini terlalu tidak menyayangi diri sendiri.

Laras melihat semua orang diruangan, semuanya memandangnya dengan cemas, juga melihat kertas uji HIV di tangan dokter Boy.

Menghadapi HIV, yang namanya orang pasti takut, itu normal.

Dia juga takut.

Kalau begitu Gavin, apa dia tidak takut?

Tiga bulan terakhir ini, Gavin membawanya pindah keluar, selain waktu jam sekolah dia, mereka hampir tidak berpisah, Gavin sedikitpun tidak menghindarinya, makan bersama, kamu sesuap aku sesuap, tidur bersama, kehidupan suami istri hanya bertambah tidak berkurang, apa dia tidak takut?

Dia pasti takut, kalau tidak, tidak akan membawanya pindah keluar, kalau tidak, dia tidak akan selalu berpesan untuk hati-hati, Gavin juga takut kalau dia benar-benar terkena HIV, lalu tidak sengaja menularkan ke orang lain.

Tapi, apa dia tidak takut tertular olehnya?

Dia teringat terakhir kali periksa darah, dia melihat hasil pemeriksaan, senang seperti orang gila.

Dengan air mata dimatanya, seluruh kepalanya berisi wajah Gavin yang tampan dan penuh kasih sayang, bagaimana bisa dia membuat Gavin melakukan ini semua?!

15 menit hampir tiba, Dokter Boy membawa kertas kehadapan Anna, berkata: "Nyonya, sekarang anda boleh tenang."

Anna melihatnya dengan gugup, seluruh pelayan dirumah berjinjit mengangkat kepala melihat, dikertas uji hanya ada satu garis merah, menandakan negative, yang artinya, Laras tidak terkena HIV.

Anna masih tidak tenang, bertanya lagi, "Dokter Boy, apa bisa jamin 100%?"

Dokter Boy dengan sabar menjelaskan: "Dalam kedokteran tidak ada hal yang 100%, tingkat akurat diatas 99%, sebenarnya tidak ada bedanya dengan 100%. Biasanya, setelah 3 bulan jika tidak terkena HIV, berarti tidak ada, kalau masih tidak tenang, setelah setahun boleh periksa lagi."

Dokter Boy melihat satu per satu pelayan yang tampak cemas, menjelaskan panjang lebar lagi, "Semuanya jangan mendengar kata HIV langsung ketakutan, sebenarnya HIV tidak semenakutkan itu, walaupun orang pengidap HIV, juga bisa bersosialisasi seperti orang normal lainnya, juga bisa menikah dan melahirkan anak, juga bisa melahirkan bayi yang sehat, lagipula, Nyonya Pradipta tidak tertular HIV, dia sepenuhnya sehat, bisa jadi dalam berhubungan dengan penjahat, Nyonya Pradipta tidak berhubungan langsung dengan darahnya."

Laras berdiri, berbungkuk kearah dokter militer, berkata: "Terimakasih semuanya, maaf untuk tadi." Dia juga melihat kearah Anna, juga berbungkuk, "Ma, maaf sudah membuat kamu dan papa khawatir, aku akan berusaha menjadi istri yang baik."

Pada waktu ini, dari luar tiba-tiba terdengar suara mobil yang memekik, semua menolehkan kepalanya, melihat Gavin keluar dari mobil, seperti binatang buas di lapangan berlari sangat cepat masuk kedalam rumah.

"Ma,ma......" Gavin berteriak sambil berlari dengan cepat kerumah, melihat dokter berjubah putih didalam rumah, juga kotak medis dan jarum suntik, matanya memerah, dengan suara keras bertanya, "Apa yang kalian lakukan?"

Gavin ingin bertanya lagi, Laras langsung berlari kesana, langsung memeluknya.

"Tidak apa-apa, aku sudah datang, kamu tidak usah takut." Gavin mengira, mereka membuat Laras kesulitan lagi.

Laras menggeleng-gelengkan kepalanya, air matanya berlinang, mengangkat kepalanya: "Jangan marah, aku tidak apa-apa, aku sudah tau."

Mata Gavin memerah seperti mata kingkong, dengan tajam melotot kearah Anna dan juga para dokter militer itu.

Laras memeluknya dengan erat, tidak membiarkannya macam-macam, "Jangan marah, jangan marah, aku tidak kenapa-kenapa, kalau bukan mereka, aku juga tidak tau kalau dimatamu aku begitu penting......"

Dia mengedipkan matanya melihat mata Gavin, berbicara dengan suara yang hanya bisa dia dengar: "Sayang, terimakasih, aku cinta padamu."

Gavin juga dengan suara rendah bertanya: "Benar-benar tidak apa-apa?"

"Tidak apa-apa."

Dewa langsung berdiri dihadapan Anna mengaku salah, berkata: "Maaf Nyonya besar, tadi aku tidak mengerti situasinya, langsung menguhubungi tuan muda."

Hati Anna, benar-benar terluka, majikan dan bawahan di rumah Gavin ini semuanya sehati, anaknya setelah punya istri lupa dengan ibu, pelayan yang sudah bekerja puluhan tahun juga sudah terbeli dengan majikan baru, dia benar-benar kehilangan muka.

Dia sudah tidak ingin mengatakan apa-apa lagi, melambaikan tangannya berkata: "Dokter Boy, sudah periksa tidak apa-apa aku juga sudah tenang, ayo kita pergi."

Laras menggoyang badan Gavin, memberinya kode, "Antar mama kamu."

Tapi, Gavin keras kepala tidak peduli, dari awal sampai akhir tidak menghargai ibunya.

"Jangan seperti ini, aku benar-benar tidak apa-apa, kalau karena aku kalian berdua tidak senang, papa dan mamamu ribut lagi tentangku."

"Tidak apa-apa, lagipula juga tidak tinggal bersama."

"Jangan seperti ini kamu......"

"Shh," Gavin memotongnya, berkata, "Antara anak dan ibu tidak ada dendam lebih dari semalam, aku akan mencari waktu berbicara dengannya."

Melihat mertua berjalan keluar, masuk ke mobil, Laras juga tidak bisa menang darinya, hanya bisa berserah padanya.

Di kediaman Gavin tidak ada orang luar, Gavin melihat semua bawahan didalam ruangan, berkata: "Kalian semua sudah tau?"

"Ya." Para bawahan mengangguk.

"Nyonya muda sehat, mulai sekarang, aku tidak mau mendengar rumor tentang ini, mengerti?"

"Mengerti."

Novel Terkait

Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu