Cinta Pada Istri Urakan - Bab 1101 Amanda Bunuh Diri

Yuka terbenam dalam kata-kata cinta yang manis. Janji Dirga lebih hangat daripada chestnut goreng yang panas.

"Aku tahu bahwa Doktor Sugi belum sepenuhnya percaya dan yakin padaku, aku dapat mengerti. Jika aku memiliki anak perempuan, ketika dia akan menikahi seseorang, aku juga akan banyak menguji pria itu. Berikan aku sekali kesempatan untuk menunjukkan ketulusanku agar aku bisa lolos dari pengujian Doktor Sugi sesegera mungkin, tetapi apa yang kulakukan bukan untuk kamu ataupun orang tua kamu, aku benar-benar ingin memperlakukanmu dengan baik. Apa yang kumiliki hari ini didapatkan dengan tidak mudah, aku lebih menghargai waktu setiap hari daripada siapa pun. "

Yuka tersenyum padanya, "Sudahlah, semuanya ikut kata-katamu, aku tidak mau urus, aku tukang menikmati saja."

Dirga mengangguk sambil senyum, mencondongkan kepala dan mengecup bibir Yuka dengan lembut, kemudian mengelus kepalanya dengan penuh pemanjaan, “Pintar sekali.”

Jantung Yuka berdebar, merasa manis hingga kegirangan.

Dirga melajukan mobil, mengemudi ke arah apartemen. Sekarang adalah siang hari, Yuka perlu tidur, sekolah bukan pilihan yang baik.

Semuanya bergerak ke arah yang baik, sampai pada kabar Amanda yang bunuh diri beredar dari unit gawat darurat rumah sakit.

Hari itu, Dirga sedang bekerja di toko, toko kedatangan setumpuk berlian lepas, kualitasnya sangat bagus, dia meneliti sambil merapikannya.

Ponsel berdering, panggilan telepon dari unit gawat darurat rumah sakit. itu adalah nomor telepon departemen tempat Yuka magang, dia menyimpan nomor itu. Reaksi pertamanya adalah berpikir bawha sesuatu terjadi pada Yuka.

“Halo, aku Dirga, ada apa?” Dia bertanya dengan cemas sambil mengambil kunci dan berjalan keluar.

Pihak seberang berkata, "Apakah kamu anggota keluarga Dokter Amanda?"

Dirga mengerutkan kening, membeku di tempat, "Iya, aku abangnya."

"Dokter Amanda mengonsumsi pil tidur secara berlebihan di rumah, untungnya ditemukan dengan segera, setelah penyelamatan, dia telah terlepas dari bahaya, nomormu didapatkan kami dari ponselnya."

Kabar ini membuat punggung dan kening Dirga terliput keringat dingin, "Terima kasih, aku akan segera pergi ke rumah sakit."

Dirga bergegas ke rumah sakit tanpa menunggu.

Pada saat yang sama, Yuka juga mendapatkan kabar.

Tadi malam, Rifanda yang mengambil jatah shift malam. Pada subuh hari, seseorang yang bunuh diri dengan mengonsumsi pil tidur dilarikan kemari. Begitu dilihat, ternyata orang itu adalah Dokter Amanda dari departemen laboratorium. Dalam sekejap waktu, desas-desus langsung bersebaran.

Rifanda hendak pulang kerja, dia bertemu Yuka yang akan berganti shift di ruang ganti.

"Yuka, Yuka, aku kasih tahu berita besar yang menggemparkan, kamu pasti akan terkejut."

"Apa?”

"Apakah kamu akrab dengan Dokter Amanda dari departemen laboratorium?"

Yuka terbengong, hubungan mereka tidak bisa dikatakan akrab, tetapi dibandingkan dengan orang lain di rumah sakit, dia seharusnya paling akrab dengan Amanda, “Ada apa dengan Dokter Amanda?”

"Dokter Amanda bunuh diri dengan mengonsumsi pil tidur tadi malam."

Mata Yuka membelalak, tertegun, "Apa katamu?"

"Sangat mengejutkan, benarkan. Aku melihat Dokter Amanda didorong masuk ke ruang gawat darurat dengan mataku sendiri. Kekagetanku tidak kurang darimu, banyak dokter dan perawat yang juga kaget.”

Yuka bergemetaran tak terkendali, Amanda bunuh diri, Amanda bunuh diri, Amanda bunuh diri.

"Saat dilarikan ke rumah sakit, Dokter Amanda dalam keadaan koma. Jika dia terlambat dibawa kemari, dia tidak akan bisa diselamatkan. Untungnya, penyelamatan dilakukan dengan segera sehingga nyawanya terselamatkan.”

"Apakah sekarang baik-baik saja?"

Rifanda menggelengkan kepala, "Tidak tahu. Aku hanya tahu bahwa setelah dilakukan pembilasan lambung, nyawanya terselamatkan. Orangnya masih berada di ruang perawatan inten, belum sadar. Jika koma berlangsung terlalu lama, efek obat akan sangat serius.”

Yuka sangat panik, wajahnya pucat, kakinya lemas, tidak bisa berdiri stabil.

Dia duduk perlahan dan bertanya, "Apakah keluarganya telah dikabari?"

"Sudah, nomor anggota keluarga didapatkan dari ponsel Dokter Amanda, orang yang dihubungi adalah abangnya. Hais, Dokter Zhang dari departemen laboratorium juga sudah tahu. Dia mengatakan bahwa Dokter Amanda baru saja menyerahkan surat pengunduran diri kepadanya kemarin. Karena baru datang selama dua bulan, Dokter Zhang tidak langsung menyetujui permohonannya, memintanya pulang untuk mempertimbangkannya lagi dengan baik. Siapa tahu, begitu pulang, Dokter Amanda menelan pil tidur."

Yuka duduk di kursi ganti sepatu di sebelah lemari, kedua buah bibir merapat, sekujur tubuh bergetar.

Rifanda melanjutkan, "Apakah kamu tahu siapa orang yang menemukannya bunuh diri, pemilik lantai bawah. Pemilik lantai bawah menemukan tetesan air dari lantai atas, dia telah naik beberapa kali, tapi Dokter Amanda tidak pernah ada di rumah. Jadi dia mengetuk pintu Dokter Amanda pagi-pagi, sekitar jam 5 subuh hari ini. Alhasil, Dokter Amanda tidak menutup pintu. Pemilik lantai bawah mendorong pintu dan masuk. Akibatnya, Dokter Amanda ditemukan di kamar tidur dengan sebotol pil tidur yang terbuka di meja samping tempat tidur. Pemilik lantai bawah adalah orang yang ramah, dia segera melarikan Dokter Amanda ke rumah sakit sehingga penyelamatan tidak terlambat."

"Sekarang rekan-rekan di rumah sakit pada menebak-nebak apakah Dokter Amanda mengalami depresi, sehingga melakukan aksi bunuh diri karena stres. Dokter Zhang merasa amat bersalah, semua orang menghiburnya untuk waktu yang lama. Hais, benar-benar tak terduga. Dokter Amanda merupakan bidadari baru di rumah sakit, beberapa dokter pria lajang muda yang berbakat pada menaksirnya, kenapa dia malah bunuh diri?"

Sementara orang lain tidak tahu apa alasannya, Yuka sangat jelas, ia tidak bisa mengelak dari tanggung jawab atas aksi bunuh diri pada Amanda.

"Yuka, Yuka, kenapa kamu bengong."

Perhatian Yuka tertarik kembali, menjawab dengan ringan, "Ah, aku sangat kaget."

Rifanda membereskan lemari pakaiannya, merangkul ransel, berkata, "Aku pulang kerja dulu, selamat bekerja."

"Oke."

Rifanda meninggalkan ruang ganti, Yuka tinggal sendirian, tidak tahu harus berbuat apa.

Tiba-tiba, ponsel berdering, panggilan dari Dirga, dia mengangkat telepon dengan tangan gemetaran, "Halo."

Terdengar suara Dirga yang bertanya dengan panik, "Apakah kamu di rumah sakit?"

"Baru, baru tiba."

Mendengar suara gemetar Yuka yang tidak normal, Dirga sudah dapat menebak, "Apakah kamu sudah tahu perihal Amanda bunuh diri?"

"Iya."

"Aku sedang di perjalanan, aku akan segera tiba, tunggu aku."

Yuka berpura-pura santai, "Aku baik-baik saja, dialah yang bermasalah."

"Yuka, dengarkan aku, masalah ini tidak ada hubungannya denganmu, jangan takut, jika harus ada orang yang disalahkan, akulah orang itu, tidak ada hubungannya denganmu."

Pada momen itu, entah kenapa, hidung Yuka terasa masam.

“Tunggu aku, tunggu aku.” Setelah itu, Dirga mematikan telepon.

Yuka mengambil napas dalam-dalam, mencoba berdiri dengan menyangga pada lemari. Sekarang adalah jam kerjanya, dia harus keluar untuk bekerja.

Yuka berjalan ke meja perawat dengan gelisah, belum melakukan apa-apa, dia sudah menjatuhkan setumpuk catatan medis.

Perawat kepala mengerutkan kening, menegurnya dengan volume kecil, "apa yang kamu lakukan?"

"Maaf, aku akan segera merapikannya."

"Yuka, kenapa raut mukamu begitu buruk, apakah tidak enak badan?"

"Tidak, tidak"

Kepala perawat menghela nafas, "Kalau begitu, semangatlah, pagi-pagi sudah loyo, bagaimana bisa menjalankan hari dengan lancar?"

Yuka mengambil catatan medis dan mulai merapikannya satu per satu.

"Pakai masker, kalau memang tidak enak badan, tinggal di meja resepsionis saja, jangan masuk jika tidak diperlukan."

"Ya, terima kasih kepala perawat."

Kepala perawat menggelengkan kepala ketika melihat keadaannya yang tidak normal, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, dia hanya berpikir bahwa gadis ini tetap bekerja ketika tidak enak badan, cukup antusias.

Novel Terkait

Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu