Cinta Pada Istri Urakan - Bab 252 Keberuntungan Besar Bertemu Jodoh

Langit sudah terang, cuaca begitu panas dipagi hari, cicada di pohon tidak berhenti meraung-raung.

Tapi bedanya dengan hari panas sebelumnya, hari ini berangin.

Mungkin ini gelombang panas yang terakhir setelah berlangsung selama dua bulan, akhirnya akan segera berlalu bersama liburan musim panas.

Laras masih tertidur, disiksa semalaman oleh Gavin, dia sangat capek sampai ingin marah.

Tiba-tiba, suara dering handphone yang menganggu orang berbunyi.

Dia mengerutkan alisnya, memasukkan kepalanya kedalam selimut.

Tapi suara dering itu masih tidak berhenti berbunyi ditelinganya.

Dia dengan tergesa-gesa mengangkatnya, dengan suara berat baru bangun tidur menandakan ketidaksenangan dia, "Halo?!"

"Tuan muda Atmaja, aku sudah didepan kediaman Gavin."

Suara Fanny, dia mengucek matanya, baru teringat, semalam setelah kembali ke kamar dia mengirimkan pesan kepada Fanny untuk menyuruhnya hari ini datang kesini untuk melihat pria tampan.

"Oh, kamu sudah sampai, pagi sekali."

"Sudah tidak pagi kak, ini sudah siang, aku sudah hampir gosong."

"Kalau gitu kamu masuk saja, untuk apa berdiri diluar?"

"Aku pertama kali datang, masih malu-malu, begitu sampai di pintu kediaman Gavin kakiku langsung lemas."

“Yang berani sedikit!" Laras bangun duduk, samar-samar mendengar suara dari lantai 1, berkata "5 menit, aku segera keluar."

"Oke, cepat ya."

Di kamar hanya ada dia sendiri, juga tidak tau Gavin kapan bangun, semalam melakukan begitu banyak, dia bahkan bisa bangun lebih awal darinya, kemampuan ini Laras sungguh salut.

Dia juga tidak mempedulikan begitu banyak, dengan telanjang berlari ke kamar mandi.

Hari ini rumah begitu banyak orang, dia sebagai tuan rumah tidak turun menyapa terlalu tidak sopan.

Walaupun kakinya masih lemas, beberapa bagian juga sedikit nyeri, tapi dia dengan cepat untuk gosok gigi dan memakai baju.

Lantai satu menjadi area bermain, semuanya berkumpul disana, ini adalah waktu langka bagi mereka untuk bersantai.

Gavin sedang minum teh di sofa.

Sonny dan Weiner sedang bermain panah, mereka tidak hanya berlomba siapa yang bisa memanah dengan tepat, tapi juga berlomba siapa bisa memanah paling banyak.

Sonny menargetkan titik merah, lalu melempar panahnya, panahnya menembak panah Weiner dengan akurat, menancap kuat di titik merah.

"Haha, aku menang."

Weiner sedikit tidak puas, "Sudah lama tidak main, tanganku kaku, dulu kamu mana bisa menang dariku? Kamu pasti diam-diam berlatih kan?!"

Sonny dengan rendah hati berkata: "Aku beruntung, lagi beruntung saja."

Weiner: "Sekali lagi!"

Sedangkan Jordan, Hendro, Jino dan Anis bermain mahjong, membuat suara balok mahjong.

"Menang!" Hari ini tangan Jino sangat bagus, memenangkan koin yang tidak sedikit dari yang lainnya.

Hendro: "Menang lagi, kamu hari ini sudah menang berapa kali?"

Jino tersenyum, "Keberuntungan tidak bisa dihindari, hahahaha, para saudara, bos, maaf ya."

Jordan: "Lihat wajahmu yang berseri-seri, cepat keluar keliling dulu, siapa tau bisa bertemu dengan wanita."

Anis: "Itu dia, aku lihat wajahmu sangat beruntung dan kaya, ini wajah-wajah makmur, tahun ini kamu pas berumur 25 tahun, keberuntung besar, keberuntungan besar besar bertemu jodoh."

Jino: "Dokter Anis, sejak kapan kamu ganti bidang jadi melihat wajah orang?"

Anis: "Apa aku tidak boleh punya hobi lain selain bidang kedokteran?"

Jino: "Boleh, boleh, semoga kata-katamu memang benar."

Saat ini, Laras dengan cepat berjalan dari ruang tamu, "Halo semuanya, maaf sudah lalai, kalian main sendiri ya."

Setelah bergegas menyapa semua orang, dia langsung pergi, Gavin memanggilnya, bertanya: "Kamu pergi kemana?"

"Fanny sudah diluar malu masuk sendiri, aku keluar jemput dia dulu."

Begitu mendengar Fanny datang, semua orang bersorak, Anis berkata: "Lihat aku bilang apa, keberuntungan besar bertemu jodoh, sekali bilang langsung tepat."

Jordan juga bercanda berkata: "Jino, jodohmu sudah datang, tidak pergi jemput?"

Hendro: "Serigala banyak tapi dagingnya sedikit, jangan sia-siakan kesempatanmu kawan, kalau tidak digunakan baik-baik, dagingmu bisa direbut oleh serigala disebelahmu."

Jino sampai malu digoda oleh temannya, "Kalau aku pergi, kalian bertiga kurang satu orang."

"Aku ikut!" Gavin bangkit lalu berjalan.

Laras dengan tergesa-gesa bertanya: "Jadi ikut tidak? Diluar sangat panas, jangan biarkan Fanny tunggu terlalu lama."

Weiner berkata: "Cerewet sekali, kamu tidak ikut, aku saja yang ikut!"

"Aku ikut, aku ikut," Jino dengan cepat berlari kearah Laras, "Kakak ipar, aku ikut ya."

Setelah pertemuan persahabatan itu, beberapa tentara memiliki kesan yang baik tentang Fanny, gadis kecil montok sangat lucu.

Terutama Weiner, dengan jujur berkata mau mengejar Fanny.

Tapi, sepertinya Fanny lebih suka pria kecil seperti Jino, jadi Weiner melepaskan dengan lapang dada.

Sekarang, Weiner juga sama dengan yang lainnya, dengan santai dan senang mengejek Jino.

Dipintu luar kediaman Gavin, Fanny memegang payung anti UV berwarna hijau muda, kepalanya berkeringat, wajah putihnya yang bulat juga memerah, sangat mirip dengan persik yang sudah matang.

"Fanny, kamu bodoh sekali, cuaca begini panas malah menunggu diluar, cepat masuk."

Fanny masih memegang payungnya berlari kearah Laras, lalu baru sadar kalau dibelakang Laras ada Jino mengikutinya, wajahnya dari marah menjadi malu-malu, dengan imut berkata: "Masih bolehlah, hari ini ada angin."

"Adik kecil, kamu sakit ya?"

Ekspresi Fanny kaku, lalu tersenyum berkata: "Ehn, aku hampir pingsan."

Mumpung dihalangi payung, dia menaikkan alisnya memberi kode, kamu yang sakit!!

Laras merinding, berbalik dan jalan masuk kedalam, "Ayo jalan."

Laras yang didepan berjalan dengan cepat masuk kedalam, Fanny dan Jino dibelakang jalan pelan-pelan.

Fanny memakai dress putih, waistline yang tinggi menutupi pinggangnya yang gemuk, lebih menampakkan dadanya yang besar.

Walaupun Fanny lebih berisi, tapi wajahnya sangat cantik, berpakaian seperti ini, nama panggilan "Si musim panas yang imut" sangat cocok untuknya.

Badan Jino lebih tinggi, ingin berbicara dengan Fanny, tapi dihalangi payung.

Oleh karena itu, dia berkata: "Kamu begitu pendek, lebih baik aku yang memegangkan payung."

"......" Fanny tidak tau harus senang atau sedih.

Jino mengambil payung dari tangan Fanny, dengan pose biasa memegangkan payung, tapi payungnya malah menjauh dari Fanny.

"Payungnya kamu angkat terlalu tinggi, aku langsung terkena sinar matahari."

"Terkena sinar matahari sangat bagus, bisa bikin tinggi."

"......" Fanny menarik nafas dalam-dalam, untungnya jalan ini tidak panjang, dia masih bisa bersabar.

Laras yang berjalan didepan tertawa kecil, tidak boleh, tidak boleh hanya dia sendiri yang kesenangan, harus biarkan semua orang senang-senang juga.

Jino menurunkan sedikit payungnya, punggungnya juga ikut membungkuk sedikit.

"Aku saja yang pegang." Fanny mengambil kembali payung.

Jino menggaruk kepalanya, agar tersenggol payung, mau tidak mau dia berjalan lebih jauh dari Fanny.

Novel Terkait

Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu