Cinta Pada Istri Urakan - Bab 733 Melanggar Barang Pribadinya

"Dari sini naik lift ke atas, sini sini," Almora sambil membawa jalan, sambil dengan kesulitan berkata, "Aku juga tidak tau apa yang terjadi, awalnya yang presdir Jin ajak ketemu adalah aku......baiklah aku mengaku, setelah berpisa dengannya kami terkadang juga bertemu, kamu juga tau hubungan kami sebelumnya, sekarang hanya sesekali bertemu, sesekali......"

"Tidak perlu basa-basi." Gavin tidak peduli hubungan antara dia dan Alvin, yang dia khawatirkan adalah Laras.

"Hari ini presdir Atmaja mengajak presdir Jin bertemu untuk membicarakan rencana pekerjaanku, aku dan presdir Jin sudah berjanji setelah selesai berbicara langsung naik ke atas bertemu, aku bahkan sudah memesan kamar, siapa sangka presdir Atmaja mabuk, presdir Jin membawa presdir Atmaja pergi pada saat aku ke toilet."

"Setelah aku dari toilet dan kembali ke ruangan, mereka sudah tidak ada, saat itu aku tau kalau ini tidak baik, aku mengejar mereka ke atas, melihat presdir Jin menggendong presdir Atmaja masuk ke kamar, aku menggedor pintu, tapi dia tidak membukanya."

"Aku berpikir kalau masalah ini dilapor ke polisi pasti akan dipublikasi, nantinya bagaimana dengan presdir Atmaja, bagaimana dengan harga dirimu, jadi hanya bisa meminta bantuan denganmu."

Gavin panik sekali sampai matanya merah, matanya hanya terus menatap layar di atas lift yang menunjukkan angka lantai, ada tamu penginap yang naik turun, hatinya itu, sudah naik sampai 200.

Menunggu detik-detik lift naik ke atas, Gavin merasa bersalah sampai hatinya hancur, dia sudah tau kalau Alvin mempunyai niat jahat pada Laras, tapi malah tidak menyelesaikan ancaman ini dengan cepat. Di saat yang bersamaan, dia juga tidak bisa tidak menyalahkan Laras, sudah berapa kali berpesan padanya harus menjauh dari Alvin, kenapa dia mengajak Alvin bertemu?!

Suara lift berdenting, akhirnya sudah sampai.

Almora: "1808, ini adalah kartu kamar."

Gavin menerima kartu kamar, membalikkan kepalanya melihatnya dengan curiga.

Almora menjelaskan: "Kartu kamar ada dua, satunya di ambil presdir Jin untuk membuka pintu, satunya lagi ada padaku.'

Tidak sempat berpikir begitu banyak, Gavin memberikan tatapan "nanti aku akan berhitung lagi denganmu", langsung pergi ke kamar nomo 1808.

Menggesekkan kartu, membuka pintu, masuk ke dalam kamar, dalamnya tidak gelap, juga tidak ada suara, Gavin berdiri diam di depan pintu, ada saat yang dia tidak berani masuk ke dalam melihat semuanya.

Tirai di kamar tertutup tapat, hanya ada lampu redup yang menyinari lantai, selimut di tempat tidur juga terbuka, tidak tampak apakah ada orang atau tidak, di dalam kamar mandi juga tidak ada suara, di dalam kamar sangat hening.

Tiba-tiba, pandangan Gavin mendekat, pupilnya menyusut, melihat sepasang sepatu yang ada di ujung tempat tidur, dia bisa mengenali, itu adalah sepatu Laras.

Almora berakting dengan totalitas, dia dengan bahagia di atas penderitaan orang lain, bersembunyi diluar tidak ikut masuk, kalau nanti Alvin kabur keluar, bertemu dengannya, maka semuanya akan kacau.

Dengan begini, Gavin pasti akan memukul Laras dan Alvin dengan kejam, ini tidak hanya mengambil kebahagiaan Laras, juga membalas dendam kepada Alvin atas semua kesulitan yang dia dapatkan.

Tapi, di dalam malah tidak ada pergerakan apa-apa, dia dengan penasaran melihat kedalam, dalam hatinya berpikir: Apakah Gavin tidak bereaksi melihat istrinya sendiri berhubungan badan dengan pria lain? Atau terkejut sampai terbodoh?

Gavin bekerja di bidang investigasi, dengan kemampuan bekerjanya, dan juga firasat observasinya, dia yakin kalau Alvin tidak disini.

Dia menghidupkan lampu, seluruh kamar menjadi terang, hanya ada kamar yang kosong melompong, dan Laras sendirian berbaring di atas tempat tidur.

Gavin melangkah berlari kesana, " Laras ? Laras ?" Dia menyibakkan selimut dan memeriksa, dia menghela nafas lega, baju Laras masih utuh, kancing kerah kemejanya juga masih terkait, selain Laras yang tidak sadarkan diri, yang lainnya tampak sangat baik.

Almora yang terus bersembunyi di luar merasa ada yang salah, berjalan pelan-pelan ke pintu, tidak bisa menahan rasa penasarannya melihat ke dalam.

"Ini......ini......dimana presdir Jin?"

Gavin membalikkan kepala melihatnya, "Harusnya aku yang bertanya padamu."

Almora berjalan ke dalam, matanya melihat setiap sudut ruangan, tidak tampak bayangan Alvin, dia juga melihat ke dalam kamar mandi, juga tidak melihat bayangan Alvin.

"Aku tidak tau, aku melihat sendiri mereka masuk ke dalam, kenapa orangna menghilang?" Saat ini, Almora melihat di samping lemari ada sebuah jas pria, "Lihat, itu adalah baju Alvin."

Mengikuti arah tunjuk Almora, Gavin memang melihat jas pria itu, itu adalah sebuah jas besar berwarna biru tua, tidak perlu bahas apakah milik Alvin atau bukan, setidaknya membuktikan kalau milik pria.

Jantung Gavin berdetak lagi.

" Laras, Laras ? Bangun, bangun......" Gavin menepuk pipi Laras, tapi Laras tidak bergerak sedikitpun.

"Dia benar-benar mabuk?"

Almora dengan cepat mengangguk, "Benar, tidak ada yang memaksanya, dia yang minum sendiri."

"Minum berapa banyak?"

"Setidaknya dua botol."

Dia mengerti Laras, biasanya tidak minum bir, tapi beberapa situasi mengharuskannya minum, maka dia akan minum, dia adalah orang yang bisa minum, kemampuan pengendaliannya juga sangat bagus, tidak akan serakah, meskipun mabuk juga tidak akan mabuk sampai seperti ini.

Lagipula, bau alkohol di tubuh Laras sangat pudar, hampir tidak tercium, tidak mungkin minum 2 botol.

Sebenarnya perjalan kemari, hatinya sangat cemas, tapi dia tidak mengabaikan beberapa celah yang sangat jelas.

Kelancaran yang Almora kira sebenarnya di mata Gavin penuh dengan celah, hanya saja Gavin karena memikirkan Laras, jadi tidak membongkarkan semuanya secara langsung.

Tidak membicarakan yang lainnya, Laras memang benar digendong masuk ke dalam kamar oleh Alvin, Alvin juga benar melepaskan jasnya, tidak peduli apakah terakhirnya Laras ternodai atau tidak, apa mungkin Alvin tidak menyentuh Laras sedikitpun? Memegangnya, menciumnya, bahkan melihatnya, Gavin merasa kalau itu sedang melanggar barang pribadinya, dia tidak mengizinkannya.

Sambil memikirkan, Gavin tiba-tiba membalikkan kepala melihat Almora, tubuh Almora gemetar, terkejut karena aura dan tatapan Gavin yang kuat dan tajam.

"Bawa kemari!" Gavin mengambil handphone Almora, memang benar, handphonenya sedang merekam.

Almora dengan gagap menjelaskan: "Aku......Aku......Aku hanya ingin menyimpan bukti, kalau kamu mau menuntut Alvin melakukan kekerasan seksual di pengadilan nanti, ataupun......ataupun bercerai, bukannya bisa menjadi bukti langsung"

Pada saat Almora berbicara, Gavin sudah membuka gallery handphonenya, menghapus foto bagian punggungnya, lalu mencari foto di "baru dihapus" dan "album cloud" dan menghapusnya, yang paling teliti, Gavin membuka wechatnya, di ruang obrolan, menghapus foto yang baru saja terkirim.

Dia memperingati: "Kalau sampai aku denger sedikit rumor, atau melihat satu foto, kamu, aku akan membuatmu merasa lebih baik mati daripada hidup tanpa memikirkan hubungan keluarga kita."

"......" Almora ketakutan sampai kakinya melemas.

Setela mengatakannya, Gavin langsung menggendong Laras dari dalam selimut, langsung keluar dari kamar.

Di rumah sakit militer, hasil pemeriksaan darah sudah keluar, di dalam cairan darah Laras memang mengandung bahan obat tidur, ini sama persis dengan analisanya.

Anies yang bertanggung jawab bagian pemeriksaan juga sudah menebak hasilnya, bos dengan panik meninggalkan pasukan, lalu dengan panik menyuruhnya menyiapkan pemeriksaan darah, terakhirnya dengan panik mengantarkan kakak ipar yang sedang tertidur kemari, tidak perlu ditanyakan, dipikir saja sudah tau apa yang terjadi.

Novel Terkait

Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu