Cinta Pada Istri Urakan - Bab 797 Alat Untuk Balas Dendam

Gavin lebih berpengalaman dalam hal ini, dia juga lebih tenang, “Sementara diam dulu, tunggu setelah hasil tes darah keluar baru dibicarakan lagi, biarkan dia dengan senang bermain dua hari dulu. Mengenai Leli, dia sudah menyewa apartemen selama setengah tahun, dalam waktu dekat ini tidak akan meninggalkan kota Jakarta, sangat mudah jika ingin mencarinya.”

Rendra mengangguk, memaksakan diri menekan keraguan dan kekhawatiran ini.

Dia selalu menjunjung tinggi prinsip torelan terhadap orang lain, tapi, jika sampai ada orang yang menyakiti istri dan anaknya, dia pasti tidak akan membiarkannya begitu saja.

Sudah main seharian, sore juga tidak tidur, begitu selesai makan malam, anak-anak semuanya sudah tertidur.

Manda mengambil handuk hangat, dengan lembut membersihkan wajah dan mengusap badan Wulan.

Rendra berjalan kemari, berkata dengan pelan: “Jangan usap lagi, kalau sampai terbangun akan menangis.”

“Saat ini dia sedang tidur nyenyak, pelan-pelan mengusapnya sebentar tidak masalah, dia bermain hingga sangat kotor.”

Rendra memanjakan putri yang sedang tertidur nyenyak, dan istri yang penuh kelembutan, mereka adalah orang yang paling penting dalam hidupnya.

“Kenapa bengong, sini bantu aku, pelan-pelan miringkan badannya ke sana, aku mau membantunya mengusap punggung.”

“Baik.”

Untuk itu, suami istri bekerja sama, kerja sama yang kompak, sangat cepat sudah membersihkan putrinya.

Melihat putri yang sedang tertidur nyenyak, mata Rendra penuh dengan kelembutan, seperti ada air yang masuk ke dalam kedua mata, hangat lembab dan bahagia, dengan hati-hati dia mengangkat kaki kecil putrinya dan ditempelkan ke wajah, terus memandangnya, bagaimanapun tidak merasa bosan.

Manda menggodanya dan berkata: “Apakah kaki putrimu begitu harum?”

Rendra juga ikut tersenyum, “Eng.”

“Apakah pantat putrimu juga seharum ini?”

Rendra mengulurkan tangan mencubit wajahnya, “Nakal.”

Jarang bisa keluar bermain, anak dan suami juga ada, keluarga dan teman-teman juga menemani, Manda dengan cepat sudah menghilangkan semua suasana hati buruk itu, lebih ceria, senyuman juga lebih banyak.

Rendra melihatnya seperti ini, tentu saja dalam hati juga merasa lega.

“Kamu mengkhawatirkan hasil tes darah tidak?” Manda berinisiatif mengungkitnya.

“Hasilnya masih belum keluar, selalu ada rasa khawatir, tapi aku tidak akan sengaja memikirkannya, tubuhku sangat baik, tidak ada merasakan tanda-tanda keracunan sedikitpun, Wulan juga makan minum dan tidur seperti biasa, walau salah makan sesuatu, seharusnya juga hanya masalah kecil. Aku hanya lebih mengkhawatirkanmu, kamu lihat akhir-akhir ini kamu, sepanjang malam selalu tidak bisa tertidur, juga suka menangis tanpa sebab, kemungkinan besar sudah makan sesuatu yang tidak seharusnya dimakan.”

Manda dengan nada curiga, berbisik: “Di keluarga kita yang bertanggung jawab atas makanan, adalah Leli.”

“Benar, aku juga sudah memperhatikannya, dulu kamu juga ada kondisi sulit tidur, malam hari harus menjaga anak terkadang memang tidak bisa tidur dengan baik, insomniamu semakin memburuk sejak Leli datang ke rumah kita, tidak lama setelah dia datang, kamu juga mulai sepanjang malam tidak bisa tidur.”

Manda menghela nafas berkata: “Tidak menyangka umurnya masih muda, pikiran malah begitu kejam, aku sungguh sangat bodoh, bahkan tidak bisa melihatnya dengan jelas.”

“ Leli juga termasuk orang yang tidak asing lagi, mamanya Bibi Liu sudah menjadi pengasuh selama puluhan tahun di sisi mamaku, selalu berperilaku baik dan taat aturan, kami percaya pada Bibi Liu, tentu saja kewaspadaan terhadap Leli juga berkurang. Aku tebak, Leli pasti mendengar banyak masalah keluarga kita dari Bibi Liu, gadis kecil, berpandangan sempit, tiba di kota besar, melihat begitu banyak godaan, langsung terjerumus. Untung saja, kita sudah memecatnya.”

Masalah mengenai Leli menyewa sebuah hotel apartemen dalam jangka panjang, dia tidak mengatakannya, dikatakan juga hanya akan menambah beban pikirannya saja.

“Kelak dia adalah dia, kita adalah kita, tidak akan berhubungan lagi, meskipun niatnya sangat jahat, juga tidak akan bisa mencelakai kita.”

Manda mengangguk, "Aku rasa dia juga tidak ingin mencelakai kita sekeluarga hingga mati, mereka semua mengatakan di tubuhku ada sebuah bau obat herbal, mungkin hanya diriku saja yang diberi makan sesuatu.”

“Bau apa?” Rendra mendekat untuk menciumnya, “Aku tidak mencium bau apa-apa.”

“Aku sendiri juga tidak mencium bau apa-apa.”

“Jangan khawatir, meskipun keracunan, pasti akan ada penawarnya, untung saja sudah terselidiki, kita tidur saja, besok sudah akan ada hasilnya.”

“Eng.”

Mungkin karena berada di luar suasana hati jadi santai, juga kemungkinan karena sudah tidak diracuni oleh Leli lagi, malam ini, Manda tidur sangat nyenyak.

Pada saat yang sama ini, hotel apartemen Jinara, Leli masih sedang membereskan barang.

Ketika dia keluar dari kediaman Pradipta, barang yang dibawa tidak terlalu banyak, keseluruhan barangnya hanya satu koper kecil.

Tapi, Kak Maira memberinya tiga koper besar pakaian bekas, meskipun pakaian bekas, tapi hanya pernah dipakai satu atau dua kali, banyak baju yang label saja masih belum dilepas, benar-benar masih baru.

Semua ini adalah pakaian yang sudah dipisahkan oleh Maira setiap tahunnya, dan akan di buang ke tempat sampah.

Tapi bagi Leli, seolah-olah mendapatkan seluruh dunia, sangat girang sekali.

“Halo, kak Maira, aku sudah tinggal di sini, tempatnya sangat bagus sekali, dan, pakaian juga sudah aku terima, aku sangat suka, benar-benar berterima kasih padamu.”

“Bukan barang yang mahal dan berharga, aku pikir buang juga sayang, baguslah kalau kamu menyukai.”

“Aku sangat menyukainya, apalagi setiap pakaian sangat cantik, kak Maira sungguh sangat baik padaku.”

“Begini saja sudah baik padamu?”

“Tentu saja, kamu bukan hanya mengaturkan tempat tinggal untukku, masih memberiku pakaian, mamaku saja tidak sebaik ini padaku, kamu sungguh sangat dermawan padaku.”

“Hehe, kalau begitu kamu istirahat dulu, besok aku bawa kamu pergi membeli pakaian baru.”

“Ah? Masih mau beli? Jangan, yang ada di sini sudah cukup buat aku pakai, dan setiap pakaian juga sangat cocok.”

“Bagaimanapun semua itu adalah pakaian bekas, meskipun masih baru tapi sudah tidak musim lagi, kelak kamu akan menjadi artis, tidak boleh terlalu sembarangan. Beberapa hari lagi aku akan membawamu pergi menemui seorang investor film, asalkan dia menyukaimu, dan bersedia mengeluarkan uang untukmu, maka langkah pertama kamu untuk menjadi artis sudah bagus.

Leli penuh dengan harapan, ini adalah sesuatu yang belum pernah ditemui dalam dunianya, “Benarkah? Apakah aku sungguh bisa menjadi artis terkenal?”

“Walaupun kamu tidak percaya pada diri sendiri, juga harus percaya dengan pandanganku, aku melihat orang begitu lihat langsung yakin, kamu memang dilahirkan untuk menjadi bintang besar, kamu hanya kurang kesempatan. Investor itu sangat penting, jadi kamu harus menggunakan sisi terbaikmu untuk menemuinya, berusaha mendapatkan sebuah peluang baik untuk debut.”

“Eng eng, aku percaya padamu, kak Maira.”

“ Leli, tunggu aku selesai membangun kembali perusahaan, kamu adalah artis pertama yang akan aku tandatangani, kamu baik padaku, aku tahu, aku pasti akan membuatmu terkenal.”

“Eng eng eng.”

Maira menggunakan sebuah impian untuk menipu Leli, dan Leli hanya memiliki sedikit pengalaman hidup, langsung terbenam dalam mimpi artisnya, dijadikan sebagai alat balas dendam oleh orang lain.

——

Sebulan yang lalu, Leli yang baru pertama kali keluar untuk bekerja ikut Manda ke supermarket membeli sayuran.

Karena Leli baru datang, jadi Manda membawa dia ke supermarket dan pusat perbelanjaan yang ada di sekitar rumah, agar dia bisa terbiasa.

Manda sambil mendorong Wulan, sambil memperkenalkan, “Ini adalah supermarket yang paling besar di sekitar sini, daging dan sayuran setiap saat selalu lebih segar, di luar perumahan ada beberapa supermarket kecil, hanya pagi sebelum jam delapan lebih bagus, setelah jam delapan ke atas sudah sisa pilihan orang.”

“Oh, baik, aku sudah mengingatnya.”

“Kita hanya makan berempat, jadi sekali belanja tidak perlu terlalu banyak, setiap hari beli sekali, makan yang segar, ini adalah permintaan tuan Pradipta terhadap makanan, tidak peduli sayur apa pun, tidak boleh ada sisa sayur dan sisa nasi, setiap kali makan harus yang segar.”

“Eng, baik.”

“Pada dasarnya di keluarga kami tidak pilih makanan, jadi kamu beli saja dengan berani, tidak perlu begitu berhati-hati.”

“Baik baik.”

Saat sedang menyarankan, tiba-tiba dari depan muncul wajah yang familier, Manda bergegas melambaikan tangan menyapanya, “Kak, kebetulan sekali, kamu juga datang beli sayur ya?”

Novel Terkait

Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu