Cinta Pada Istri Urakan - Bab 1085 Hanya Tidak Mengurusiku

Hari itu Laras malah sangat senang, pada saat berjalan dan mandi selalu berdendang lagu, Gavin di luar pintu kamar mandi mendengar sebentar, hanya mendengarnya bersenandung-----"Depan pintu di bawah jembatan besar, segerombolan angsa lewat, cepat dihitung, dua empat enam tujuh delapan......"

Gavin dengan bingung menggaruk kepalanya, menahan rasa penasaran tidak masuk mengganggu kebahagiaannya.

Setelah beberapa saat, Laras terbungkus baju tidur hangat keluar, baju kelinci berwarna pink, kemarin setelah dipakai langsung disimpan, lembut dan nyaman, yang penting Gavin sangat tak terduga memberi komentar bagus, dan juga sangat puas, juga menjaga dengan sangat berhati-hati, tidak akan merobeknya.

Gavin duduk bersandar pada kepala tempat tidur, tangannya saling berpegangan.

Laras di dalam kamar berjalan kesana kemari, sebentar membuat ini, sebentar melakukan itu, bibirnya masih tetap bersenandung, dia tidak mau naik ke atas tempat tidur.

"Rambut tidak dikeringkan?"

"Sudah kering, aku sedang berpikir besok mau pakai apa."

".......Besok mau pakai apa besok saja baru dipikirkan."

Laras mendengar nada bicaranya tidak begitu benar, membalikkan badannya, satu lututnya naik pada tepi tempat tidur, melihat Gavin dengan serius.

Gavin tetap dalam posisi setengah berbaring, bukunya diletakkan di sebelah, setelahnya mengangkat Laras naik, seperti seekor kelinci berbaring di atas kakinya.

Laras berpura-pura seperti akan menggigit lututnya, "Majikan, majikan, aku ingin makan wortel, wortel enak sekali."

Gavin menjulurkan tangannya mencubit dagunya, setelah setahun, ssepertinya lebih berisi, pas-pasan.

"Majikan, majikan, apakah ada perintah? Kelinci kecil akan melayanimu dengan senang." Tolong bawakan tong sampah untukku, aku mau muntah sebentar, sama-sama.

Gavin menarik sudut bibirnya, hanya tersenyum tidak berkata.

"Majikan, majikan, kelinci kecil tau hatimu senang sekali, jangan pura-pura dingin, ayo senyum dulu."

"Jangan ribut." Gavin sangat menikmati triknya ini, tapi dirinya malah tidak bisa, "Hari ini apa sesuatu yang membuat senang?"

"Aku merasa kakak sepupuku dengan Yuka akan ada kelanjutan, aku selalu ada feeling, mungkin tahun ini kita akan mendapatkan undangan."

"......." Kesana kemari rupanya demi orang lain, Gavin masih mengira karenanya, sialan.

Mulut Gavin langsung menurun, dia mengangkat lututnya membuat Laras ke tengah tempat tidur, "Tidur!!"

Laras tidak mengerti, langsung menempel pada punggungnya, "Kenapa? Hei, hal baik kakak sepupuku sudah dekat, kenapa kamu tidak senang?......Hohoho, kamu menyukai kakak sepupuku?"

Gavin: "........" Lubang otakmu berani tidak lebih besar sedikit lagi.

"Aih aih, jangan marah, kalau begitu kenapa?" Hati pria bagaikan samudra, detik sebelumnya tatapan masih lembut, detik selanjutnya langsung marah, benar-benar tidak masuk akal.

Karena Laras terus menerus bertanya, akhirnya Gavin berkata dengan kesal: "Kamu setiap hari mengurus ini itu, mengurus langit bumi, hanya tidak mengurusiku."

Oh, ini sedang ngambek.

"Jelas-jelas sudah janji mau sama-sama makan casserole daging kambing, kamu malah pergi makan dengan orang lain."

"Aku aku aku.......Bukankah kamu sudah setuju?"

"Apa aku masih bisa tidak setuju?"

"........"

"Pokoknya semua orang lebih penting dariku di hatimu."

"Ekhem, tuan Pradipta, bukankah sepertinya posisi kita sedikit bertukar? Bukankah cemburu adalah hak wanita?"

Gavin langsung membantah dengan sombong, "Siapa yang cemburu?"

"Ini masih bukan cemburu? Aku pergi makan dengan Yuka tidak pergi denganmu, kamu bahkan cemburu dengan wanita?"

Mengenai hal wanita, Gavin tidak pintar menyatakannya, Laras berputar kesana kemari seperti ini, dia malah menjelaskan tidak jelas, dia menyibakkan selimut dan berbaring, membelakangi Laras.

Laras membuka baju tidur kelincinya, pelan-pelan merangkak, masuk ke dalam pelukannya, "Sudahlah, maaf ya, besok aku temani kamu pergi gym ya?"

"Besok menemanimu seharian, kamu boleh melakukan apapun yang kamu mau, aku akan mematikan teleponku, hanya menemanimu."

"Boleh tidak, boleh tidak? Boleh tidak boleh tidak?"

Gavin menutup bibirnya yang tidak berhenti berbicara, "Sudahlah, harus apa ya apa."

"Apa?"

"Menurutmu?"

"Hahaha, aku tidak tau."

"Kamu tidak perlu tau."

"......."

-------

Yuka terus menunggu telepon dari Dirga, tapi, dia sudah menunggu 3 hari tapi tetap tidak ada, harapannya yang setelah menyala, pelan-pelan menjadi redup lagi.

Beberapa kali dia dengan gegabah mengambil handphonenya ingin mencoba menelepon, tapi sampai kahirnya dia juga tidak menekan tombol telepon.

Bagaimana juga, mereka sudah tidak berhubungan selama setahun, bahkan temanpun tidak terhitung, dia tiba-tiba menelepon Dirga, dipikirkan saja suda merasa canggung.

Lagipula, mungkin saja hanya dia yang suka pada Dirga, Dirga sama sekali tidak berpikiran seperti itu.

Setelah berpikir-pikir, gegabah itu juga pelan-pelan menghilang.

Hari ini, kebetulan gilirannya piket, juga pertama kalinya untuk dia piket.

Laboratorium rumah sakit sangat sepi, beberapa kantor dan lobby laboratorium tidak ada orang, hanya lampu di ruang piket yang menyala, tidak ada sedikitpun suara diluar, dia sama sekali tidak berani keluar.

Sesekali akan terdengar suara dari UGD, ada yang menangis meraung, ada yang akan meneriakkan minta tolong, semuanya terdengar jelas di ruangan yang sepi ini.

Meskipun Yuka takut mendengar suara ini, tapi juga takut jika tidak mendengarnya, ketenangan yang pasti juga membuatnya takut.

Saat ini, suara ambulans terdengar lagi, sepertinya bukan hanya satu atau dua, ada beberapa ambulans yang mengantar kemari dalam waktu yang sama.

Yuka ingin keluar melihat, tapi lobby laboratorium yang gelap dan tidak ada orang itu benar-benar membuatnya hanya melihat tidak berani berjalan.

Di saat ini, tiba-tiba ada yang membuka pintu masuk, dia benar-benar terkejut.

"Ya Tuhanku," Dia sebentar-sebentar memegang dadanya, merasa kalau jantungnya hampir melompat keluar, Rifanda, aku hampir mati karenamu, aku merasa aku butuh makan obat jantung."

Wajahnya sampai pucat, kedua kakinya juga gemetaran, untungnya dia sedang duduk.

Rifanda adalah teman seuniversitasnya yang datang magang bersama, ditempatkan di UGD, juga piket hari ini.

Rifanda dengan terengah-engah, panik berkata: "Yuka, kamu.......kamu.......cepat pergi ke UGD......untuk......membantu......."

"Ada apa dengan UGD?"

Rifanda berhenti sebentar, akhirnya bisa berbicara dengan normal, "Sebuah truk besar tiba-tiba lepas kendali, langsung menerjang lapak di pasar malam, ada sangat banyak orang diantar, ada beberapa yang sangat mengerikan......ada banyak darah, banyak darah, tidak bisa dibayangkan......"

Otak Yuka kosong, rupanya dia adalah orang yang takut melihat darah, sekarang lebih baik sedikit, melihat darah tidak langsung pingsan.

"Yang sudah pulang kerja dan cuti semuanya dipanggil kemari, kepala suster menyuruh kami mencari lebih banyak orang kesana untuk membantu, memanggil semua orang yang bisa dipanggil di rumah sakit ini, pergi kesana membantu, sekarang di UGD kacau sekali."

Seluruh tubuh Yuka gemetaran, "Aku.......aku bisa membantu apa?"

Rifanda menarik tangannya, sambil berlari keluar, sambil berkata: "Tidak ada waktu lagi, ayo cepat, meskipun menghibur pihak keluarga juga boleh."

Yuka tidak sempat memikirkan apapun, juga tidak tau apakah dirinya bisa menghadapi situasi seperti itu, seperti sebuah boneka ditarik Rifanda sambil berlari.

Novel Terkait

See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu