Cinta Pada Istri Urakan - Bab 281 Darius Muncul

Mon dengan gemetaran menarik tangan ayahnya, berkata : “Ayah, ayah, hari ini sudah menjemput, aku tidak sangka, aku sangat senang, sungguh.”

Tangan mungil yang hangat milik anak perempuan itu menarik dia, menghangatkan tangannya, juga menghangatkan hatinya.

Hati Parto sangat tersentuh oleh perkataan anak itu, dia berkata kepada anak itu : “Mon, ayah minta maaf ke kamu, ayah seharusnya tidak kembali, mengganggu kehidupan kalian yang tentram.”

Mon dengan terus menggelengkan kepala, berkata : “Tidak, ayah, ibu, aku sungguh merindukan kalian, selalu bermimpi dapat melihat kalian, tapi kalian tidak pernah datang, aku sudah hampir melupakan seperti apa rupa kalian.”

Minah sudah menangis tersedu-sedu, “Mon, anak yang baik, kamu sungguh cerdas, setelah ayah dan ibu meninggal, aku percaya kamu pasti bisa merawat diri sendiri dan adik dengan baik, ayah dan ibu, meminta maaf padamu.”

Parto dan Minah saling melihat satu sama lain, saling mengangguk-ngangguk, kemudian berjalan berlawanan arah dengan perlahan ke pinggir jalan.

Gavin seketika memahami maksud mereka, langsung bergegas memerintahkan : “Sonny, hubungi konvoi perahu sepeda motor terdekat, Jordan, persiapkan tali peralatan, Dimas, kapanpun bersiaplah menolong orangnya.”

Segera, dia berteriak dengan keras kepada Parto : “Cepat lepaskan anak itu, bahkan seekor harimau tidak memakan anaknya sendiri, itu adalah darah dan daging kalian sendiri.”

Parto dan Minah membawa dua anak berjalan ke pinggir jalan, melewati pagar pembatas, berjalan ke daerah yang berbahaya.

Angin di atas jembatan semakin kencang, tiupannya membuat orang berjalan terhuyung-huyung.

Parto dan Minah sudah berdiri di luar pagar pembatas, kedua anak itu berdiri di bagian dalam, sekeluarga berpegangan tangan erat-erat.

Pada saat itu, Gavin sudah mengerti apa yang mereka lakukan. Mereka tidak akan menyakiti anak kecil, tetapi mereka sangat mungkin melompat ke sungai untuk mengakhiri hidup mereka.

Tentu saja tidak boleh membiarkan mereka mati.

Gavin berteriak : “Parto, tadi rumah sakit menelepon, ayahmu sedang kritis, kapanpun bisa meninggal, harapan terbesar beliau adalah kamu dapat kembali ke jalan yang benar, kamu sebagai anaknya, masihkah ingin melanjutkan kesalahanmu?”

Parto dengan mulut gemetaran, berkata : “kami sudah tidak punya kesempatan untuk menebusnya, bagaimanapun tetap mati, lebih baik langsung saja.”

Gavin : “Tidak, kalian bisa menjadi saksi, melaporkannya, asalkan bekerjasama dalam kasus, maka bisa mendapat keringanan, pengurangan penalti, atau penangguhan hukuman. Parto, bertobatlah, pikirkan ayahmu, pikirkan anak laki-laki dan perempuanmu.”

Parto melihat sekilas gelombang air sungai yang ada dibawah kaki, ketinggian ini membuat kedua kakinya lemas.

Gavin berteriak kembali : “Minah, aku berpikir kamu pasti sangat merindukan anak laki-laki dan anak perempuanmu kan? Mereka masih sekecil ini, anak perempuanmu sangat bijaksana, anak laki-lakimu juga perlahan akan menjadi bijaksana, tidak inginkah kamu melihat mereka seperti apa nantinya setelah bertumbuh dewasa? Minah, kamu adalah ibunya mereka, pernahkah kamu berpikir apa yang paling dibutuhkan anakmu? Yang paling dibutuhkan mereka, adalah kamu.”

“Beberapa tahun di penjara tidak ada apa-apanya, kalian masih muda, bersikap baik dapat mengurangi hukuman, tunggu saat dimana kalian keluar, anak-anak sudah tumbuh dewasa, kalian sepenuhnya bisa hidup bersama dengan tentram. Yang akan datang, kalian masih memiliki waktu yang panjang untuk dilewati, kehidupan kedua anak laki-laki dan perempuan kalian baru saja dimulai, setelah itu kalian sepenuhnya bisa berada di samping mereka sampai tua.”

Gavin berbicara dengan penuh perasaan, dia tahu, anak adalah titik kelemahan mereka, maka dia langsung berbicara pada anak.

“Mon, kamu bujuklah ayah ibumu, bujuklah mereka untuk menyerah.”

Mon mengangguk-ngangguk, berkata :“Ayah ibu, Pak gavin adalah suami Guru Atmaja, Guru Atmaja adalah orang yang menjagaku dan adik laki-laki dari reruntuhan, jika tidak ada Guru Atmaja, aku dan adik sudah mati dalam bencana tanah longsor, jika tidak ada paman tentara, aku dan adik tidak mungkin bisa keluar dari reruntuhan, maka itu, mereka lah yang menyelamatkan nyawaku dan adik.”

“Ibu, aku bermimpi bisa makan nasi goreng telur buatanmu, aku merasa lebih beruntung dibanding adikku, karena aku masih memiliki kenangan bersama kalian, tetapi adik, dia dari dulu sampai sekarang tidak pernah tahu dirinya memiliki ayah dan ibu.”

“Kami ikut kakek, kehidupan juga sulit tetapi tidak terasa sulit, juga melelahkan tetapi tidak terasa melelahkan, karena kami bersama-sama. Ayah ibu, kalian menyerah lah, aku yang akan membawa adik menemui kalian, menunggu kalian keluar, di rumah aku akan memasak makanan yang enak untuk kalian, masakanku sangat enak, ibu, aku juga bisa memasak nasi goreng telur.”

Minah menangis dengan sangat keras, memikirkan beberapa tahun ini dirinya membuat banyak masalah, hari-hari yang dilewati beberapa tahun ini, sungguh telat untuk menyesalinya.

Parto juga sangat tersentuh, hanya karena tidak ingin melibatkan keluarga, maka itu mereka tidak pernah menghubungi anak-anaknya, ingin mengerjakan pekerjaan yang mendapatkan lebih banyak uang, dan menjauhi keluarga.

Tetapi, seiring berjalannya waktu dia baru sadar, itu adalah lubang yang tidak ada dasarnya.

“Parto, kita menyerahlah, aku tidak ingin mati.”

Parto memeluk istrinya, mengangguk dengan sangat yakin.

Setelah mendapat persetujuan dari sang suami, Minah tersenyum, sambil mengeluarkan air mata sambil tersenyum, dia menyentuh wajah kedua anaknya, berkata : “Mon, Min, ayah ibu menyerah, mengakui kesalahan, meminta maaf, bisakah kalian memaafkan ayah dan ibu?”

Mon menarik tangan ibunya, berkata sambil menangis : “Ibu, mengetahui kesalahan dan memperbaikinya adalah yang terbaik saat ini.”

Min meniru perkataan kakak perempuannya, berkata : “Angsa liar, angsa liar sudah terbang kesini.”

Minah tertawa, semakin merasa anak perempuannya sangat bijaksana, anak laki-lakinya juga sangat lucu.

Min tidak berkata-kata, jari kecil gemuknya menunjuk langit, berkata dengan mengoceh : “Ada angsa liar, angsa liar terbang kesini, angsa liar...”

Mon melihat ke atas, hanya melihat sebuah helikopter di langit biru terbang kemari, semakin lama semakin dekat, seperti terbang mengarah ke mereka.

Gavin juga melihat, “Ada apa?” Dengan segera mengambil teropong tentara.

Setelah melihat dengan jelas helikopter itu, dia mengerutkan dahi, dia melihat siapa? Darius?

Darius!

Itu adalah Darius!

Meskipun dirinya sudah ada persiapan, juga perlahan sudah terbiasa oleh kenyataan ini, tetapi melihat dengan mata kepala sendiri, masih sangat sulit diterima, Gavin melihat jelas helikopter itu, melihat dengan jelas, orang yang menerbangi helikopter itu, benar-benar Darius.

“Seluruh pasukan bersiaga,” Dia langsung memberi perintah, “Tembak helikopternya!”

Angin di jembatan sangat besar, Sonny langsung melompat ke kendaraan off-road nya, mengatur ketinggian bidikan di titik tertinggi.

“Target terlalu jauh, angin terlalu kencang, aku tidak yakin.”

Sonny membidik helikopter dengan fokus, angin terlalu kencang, jembatan terguncang, kendaraan terguncang, orang terguncang, senjata terguncang, tetapi semua ini tidak berarti apa-apa, yang membuat dia khawatir adalah, helikopter di langit itu sebenarnya terbang di luar jangkauan bidikan senjata, membuat dia sangat sulit membidik.

Ini hanya bisa dilakukan oleh seorang profesional yang sudah dilatih khusus.

Gavin tidak berkata apa-apa, memikul senjata untuk bertempur, memposisikan diri, membidik, menembakkan senjata, peluru berterbangan.

Senjata ini, menembak mengenai ruang mesin helikopter, mengeluarkan api yang menyilaukan di bawah langit biru.

Tetapi helikopter itu hanya terguncang sedikit saja, mengubah sedikit arahnya, lalu tetap lanjut terbang maju.

Gavin sudah mengerti maksud dari helikopter itu, berteriak ke arah Parto : “Jangan berdiri di sana, cepat kembali kesini!”

Suara baru saja hilang, dua suara peluru terdengar, sebuah peluru mengenai pagar besi, satu peluru lainnya, tepat mengenai bagian punggung Parto.

“Suamiku...” Minah menangis.

Novel Terkait

A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu