Cinta Pada Istri Urakan - Bab 273 Mengerjakan Sedikit Hal Penting

Sudah larut malam seperti ini, seorang wanita cantik bertubuh seksi diusir turun mobil oleh Tanu.

Wanita cantik itu agak tidak rela, berkata: “Tanu, Tanu, aku yang salah, kamu jangan seperti ini.”

Tanu melemparkan selembar cek dari dalam mobil, dan menggunakan telunjuk menunjuk wanita itu, memperingati dan mengancam, “Ambil uang segera pergi, kamu dan aku berakhir sampai di sini.”

Wanita itu membungkukkan pinggang dan memungut cek yang jatuh di tanah, memahami situasi berkata: “Mengerti, terima kasih.”

Tanu mengemudikan mobil dan pergi, tanpa perasaan sedikit pun.

Wanita itu mengeluarkan ponsel dan menelepon teman, mengeluh berkata: “Tanu ini orang yang tidak berhati nurani, tadi baru mencampakkanku, tapi aku juga tidak rugi, dia sudah memberiku uang.”

“Benar, juga tidak tahu dia kenapa, akhir-akhir ini mengajaknya keluar dia juga tidak keluar, hari ini dengan susah payah mengajaknya keluar, ternyata untuk memutuskan hubungan denganku. Aku hanya menyentuhnya sebentar dia langsung saja marah.”

“Dia kemarin juga mencampakkan Sheni, Heni dan juga Dora, semua juga sudah bye-bye, termasuk aku, di sisinya seharusnya tidak ada orang lagi.”

“Tidak ada orang yang tahu, mungkin sungguhan jadi setia, dengar-dengar dia pergi mencari Maira lagi, orang yang gila itu, demi satu orang gila meninggalkan seluruh dewi, seharusnya dia juga sudah gila.”

Wanita itu terus berbicara, sampai sebuah mobil taksi berhenti dan menghampiri, dia baru naik ke mobil.

Gavin dan Laras yang berdiri di tempat persembunyian juga kedengaran.

Laras bertanya: “Tanu sungguhan sudah bertobat? Apa aku tidak salah dengar?”

Dan terhadap hal ini Gavin tidak terlalu tertarik, dia hanya tertarik dengan masalah keluarga Atmaja.

Dia bertanya sepatah, “Perusahaan keluarga Atmaja selain Rama, dalam keluarga siapa lagi yang mengurusi masalah perusahaan?”

“Bibi adalah pemegang saham, kak Maira dulu juga ada mengurusi sedikit, tapi sekarang seharusnya tidak lagi, Manda sama sekali tidak pernah mengurus, kemudian hari juga tidak berencana masuk ke perusahaan.” Laras bertanya tidak mengerti, “Apa ini ada hubungannya dengan Tanu?”

“Tidak ada hubungan.”

“Hais, aku kira kamu ada gagasan bagus apa.”

Gavin menggeleng, dia tidak bisa memberitahu terlalu banyak mengenai kasus, tapi sebagai suaminya, dia masih perlu memperingati sepatah, “Besok-besok kamu dan Manda jangan urus lagi masalah keluarga Atmaja, mereka sendiri yang mau mencari masalah, apa kalian masih bisa menghalangi?”

Laras menghela nafas dalam, “Benar juga yah, kita ingin urus juga tidak bisa mengurusi, paman dan bibi semuanya adalah orang yang egois, tidak pernah menganggap kita sebagai keluarga, terus waspada terhadap kita. Sudahlah, aku juga tidak peduli, orang yang paling kecewa itu adalah Manda….”

Gavin mengelus kepala wanita itu, berkata: “Saat kita sedang berdua saja tidak perlu membahas terlalu banyak masalah orang lain ok?”

Laras tersenyum dengan mempesona, di bawah sinar bulan, sepasang mata besar bersinar kemilauan, seakan larut dalam lautan bintang yang luas.

“Ayo, pulang, saatnya mengerjakan hal penting.”

“Ha? hal penting apa?”

Gavin menoleh melihat wanita itu sebentar, tersenyum dan tak berbicara.

Laras agak mengerti, “Kamu ini menyebalkan, raja serigala.”

Begitu pulang ke rumah, keduanya langsung diusir nenek masuk ke kamar, juga tidak memperbolehkan Gavin pergi ke ruang baca, hanya mengizinkannya untuk berada di dalam kamar dengan baik dan memupuk hubungan.

Waktu yang sangat tepat, tempat yang menguntungkan, orang yang cocok, kalau tidak mengerjakan suatu hal yang besar sama saja menyia-yiakan maksud baik.

Laras teringat akan pesan nenek, habis mandi langsung pergi mengambil barang dari lemari di kamar mandi, dia membuka lemari di kamar mandi begitu melihat, berteriak terkejut, “Wad De Fak!”

“Ada apa?” Gavin menyahut dari luar.

Laras segera mengambil barang itu, menggenggamnya menjadi gumpalan di dalam tangan, “Kelihatan satu ekor kecoak, sudah aku injak mati.”

“Masih ada kecoak di rumah?”

“Hehe, cuaca panas, sulit dihindari, tidak ada apa-apa lagi, kamu sibuk saja.”

Kelihatan Gavin sepertinya sudah percaya, Laras menjadi lega, diam-diam membuka telapak tangan.

Apakah itu, tak disangka nenek menyiapkannya sebuah pakaian dalam untuk bercinta, sungguh memabukkan orang.

Apa ini bisa dipakai? Renda berwarna hitam, ada beberapa potongan kain, juga tidak menyatu, tidak bisa menutupi apapun.

Laras berdiri di depan kaca, setelah mencari lama sekali baru menemukan arah yang tepat dari pakaian dalam ini, mengangkat tali ke atas pundak, membentangkan pakaian dalam itu dan mengaca, efeknya, dipikir saja bisa membuat orang menyemburkan darah.

“Tok tok tok” Gavin mengetuk pintu dari luar, “Apa kamu sudah selesai mandi?”

“Iya.” Laras terkejut sekali, segera mengenggam pakaian dalam dan menyembunyikannya di dalam telapak tangan, “Gantian kamu mandi, aku pergi keluar mengeringkan rambut.”

Gavin tersenyum dan berjalan masuk, memberinya tatapan mata yang merayu, berkata: “Kenapa mau keluar, tetap di dalam saja.”

Laras dengan tegas menolak, mengambil hair-dryer langsung berlari keluar.

Teringat perang di dalam kamar mandi sebelumnya, tepat selama 3 hari dia tidak bisa berjalan normal, berteguh hati tidak boleh bersama pria itu berada di dalam kamar mandi, terlebih lagi saat sedang mandi.

Gavin mandi dengan cepat sekali, dalam waktu 5 menit menyelesaikan semuanya, ini masih termasuk lamban.

Saat dia keluar dengan terbalut handuk, Laras masih mengeringkan rambut, wajah kecil yang merah merona sangat menggiurkan orang.

“Aku bantu kamu.” Dia dengan sangat luwes mengambil hair-dryer dari tangan wanita itu, dengan sangat terlatih membantu wanita itu mengeringkan rambut.

Rambut wanita itu sudah panjang melebihi pundak banyak sekali, rambut panjang yang bagus, lembut dan lurus membuat wanita itu sangat feminim, dibanding dengan anak laki-laki yang palsu dulu bisa dibilang dua orang yang sangat berbeda.

Gavin menyisir rambut panjang wanita itu dengan menggunakan jari, berhati-hati sekali, “Kenapa telinga bisa merah sekali?”

“Oh yah? Mungkin panas.” Dia agak sedikit malu-malu.

Gavin tak banyak bicara langsung mendekati dan mengigit.

“Argh! Apa kamu anjing?” Laras kesal dan memukul pria itu.

“Aku serigala, serigala lebih hebat jauh dari anjing.”

“…. Sudah kering, tak perlu keringkan lagi.” Wanita itu melarikan diri lebih cepat dari yang pernah sebelumnya, langsung bersembunyi masuk ke dalam selimut.

Sebenarnya, dia malu.

Gavin sengaja mempermainkan dia, “Cepat sekali naik ranjangnya, apa sedang memberiku isyarat untuk segera melakukannya? Apa kamu sebegitu tidak sabaran?”

“Tidak kenal kamu.” Laras bersembunyi di dalam selimut berkata.

Gavin merapikan diri sebentar, mematikan lampu, juga masuk ke dalam selimut, dia merangkul pinggang dan langsung menariknya, berkata: “Apa rindu denganku?”

“Tidak rindu.”

“Aduh, kenapa lain di mulut lain di hati?”

“Memang tidak rindu.”

“Tidak rindu?” Gavin merangkul punggung wanita itu, mulut langsung saja mendekat ke leher wanita itu dan menghembus nafas, “Sungguh tidak rindu, apa pura-pura tidak rindu?”

“Aiya, geli sekali.”

Semakin dia memberontak, Gavin semakin menyeruduk masuk, tiba-tiba, dagunya tergesek seuntas benda aneh, teksturnya itu, jelas bukan mantel handuk, juga bukan kulit wanita itu.

“Ngapain kamu mengenakan pakaian dalam? Tetap saja mau kulepaskan?”

Laras malu bukan main, meskipun begitu, tapi perkataan seperti ini dikatakan keluar dari mulut Gavin, sangat membuatnya malu sekali!

Di kegelapan, di dalam selimut, tangan Gavin juga tidak jujur, dengan sangat mudah tanpa usaha keras masuk ke dalam mantel handuk wanita itu.

Jadi, dengan seperti inilah dia menyentuh sebuah pakaian dalam yang sangat aneh, “Mainan apa ini? Kasar-kasar lagi?”

“Bukan apa-apa.”

“Aku nyalakan lampu, mau lihat.”

“Tidak boleh!” Laras jadi cemas, dengan cepat mencengkram tangan pria itu dan menghentikan.

Gavin juga tidak bodoh, dia diam-diam seperti ini pasti ada sesuatu, sekali tangannya digerakkan, selimut terbuka, dalam waktu bersamaan mantel handuknya juga terbuka.

Sinar lampu terlalu gelap, dia tidak kelihatan jelas, dia merangkul pinggang dan menggendong, menggendongnya ke dekat jendela.

“Ah, sedang apa kamu?!” Laras terkejut berteriak, tidak bisa menangkap selimut, mantel handuk juga terlepas.

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu