Cinta Pada Istri Urakan - Bab 381 Dunia Milik Berdua

Pulau ini jauh dari daratan, empat sisinya ialah lautan, hampir seperti dunia yang terisolasi dari dunia nyata.

Walaupun Gavin mundur dari barisan kedua karena terluka, tetapi juga tidak mengurangi pekerjaannya, dia memantau di pusat kendali markas, membuat strategi, memberi perintah.

Laras malah hidup dengan bosan, karena ini markas rahasia tentara, dia menggunakan internet saja tidak diperbolehkan.

Lalu komputer Gavin, permainan kartu pun tidak ada, kalau begitu, untuk apa dia menggunakan komputer itu?

Pelatihan telah mencapai tahap paling kritikal, Gavin dan rekan -rekan seperjuangannya bahkan makan pun tidak ia pedulikan, Laras hanya bisa pergi ke kantin untuk mencari makan.

Sebenarnya makanan di pulau lumayan bagus, setiap hari tersedia berbagai macam makanan laut, lobster besar yang mahalnya setengah mati jika di restoran, sedangkan di sini dapat makan sepuasnya, memang sungguh enak.

Laras membawa piring makan untuk mengambil lauk. Koki besar di kantin sekali melihatnya, langsung meletakkan spatulanya dan memberi hormat, “Halo Bu Ketua.”

Laras langsung merasa tersanjung, “Halo, halo, haha, kamu sibuk sekali, koki, aku… aku ingin makan udang.”

“Siap.” Koki mengambil lauknya dalam sekali sendok, menyajikan banyak lauk ke piringnya.

“Cukup cukup, terlalu banyak tidak bisa aku habiskan nanti.”

“Kak ipar, tempat kami serba kekurangan, hanya udang saja yang tidak kekurangan .”

“Terima kasih koki, tapi aku tidak bisa menghabiskan sebanyak ini.”

“Kamu anggap saja sedang makan makanan ringan. Ketua Pradipta sekali sampai langsung menanamkan pohon dan membuat jalan di pulau kami, pekerjaan setengah tahun kami setelah dibantu pasukannya pun dalam setengah bulan sudah selesai, Ketua Pradipta bahkan meminta banyak sumber daya dan subsidi dari atasan untuk kami, kami sungguh berterima kasih padanya.”

Mendengar kata-kata koki besar, Laras merasa sangat bangga, itu suami kesayangannya loh.

“Aku seorang juru masak yang tua, tidak dapat berbuat apa-apa, hanya dalam hal makan memberikan terbaik untuk mereka, mereka makan enak, baru bisa lebih bertenaga untuk berperang, lebih bertenaga untuk menjaga keamanan negara.”

“Betul juga kata kamu, haha.”

Sewaktu sore, saat Laras sedang dengan bosan mengupas kulit udang untuk dimakan, tiba-tiba Gavin pulang.

Sekali membuka pintu, Laras terkejut hingga menurunkan kakinya, “Kamu… kamu mengapa sudah pulang?”

Gavin melihat meja yang penuh kulit udang tersebut, di atas lantai juga terjatuh beberapa, dia menggelengkan kepala dan menghela nafas, “Hati-hati jangan makan terlalu banyak nanti sakit perut.”

“Issss, sembarangan, aku merasa sangat bosan, kamu juga tidak mengizinkanku ke belakang memetik kelapa.”

Laras melihat daun pohon kelapa yang besar di luar jendela, hanya melihat saja sudah membuat air liurnya mengalir, dia masih belum pernah mencicipi kesegaran rasa air kelapa yang baru dipetik seperti apa.

“kamu itu wanita , memanjat pohon itu apa pantas untuk wanita?”

“…” Ekspresi wajah Laras langsung jatuh, “Dulu kamu mengatakan aku gadis kecil, sekarang mengapa menjadi wanita?”

“nona, kamu sudah menikah, masih mau dipanggil gadis kecil, malu tidak?”

“…”

“Atau kamu tidak mau wanita? Itu kan lebih baik daripada dipanggil nyonya besar (sudah tua)?”

“…” Laras menahan untuk tidak memukulnya, jangan lihat dia di hadapan orang lain terlihat dingin dan tegas, secara pribadi dia memang mulutnya menyebalkan, sangat kekanak-kanakan.

Tetapi, Laras paling hebat mengobati mulut yang menyebalkan.

Laras tersenyum lembut, satu tangan di pinggangnya, mengusik kunciran di rambutnya, dan berkata dengan sombong: “Hm, tidak peduli wanita, atau nyonya besar, sama sekali tidak mempengaruhi kenyataan bahwa aku seorang gadis, aku selamanya berumur 18, selamanya seorang gadis, selamanya muda, cantik, dermawan, ikan, bulan dan bunga melihat kecantikanku langsung sembunyi, langsing dan lemah gemulai, terima kasih.”

Gavin menghela nafas lagi, “Gadis kecil, tolong bersihkan dan rapikan meja ini.”

“Pak Ketua, tolong bersihkan sampah di tong sampah, sudah penuh.”

“…” Gavin akhirnya menyerah, “dinding pun tidak bisa menahanku, hanya kamu yang bisa menahanku.”

Laras hampir saja tertawa, dia terus menahannya.

Sambil merapikan, Laras berkata: “Sebenarnya aku juga tidak sudi tinggal di dalam kos seharian, aku ingin membantu di kantin, tetapi mereka tidak mengizinkanku, aku berkata ingin menemani mereka menangkap ikan di laut, mereka juga tidak kasih, aku ingin melakukan sedikit apapun tidak diizinkan, kalau begitu aku hanya bisa tinggal di kos dan menjadi seekor cacing yang malas.”

“Jangan carikan alasan untuk kemalasanmu.”

Laras mencemberutkan mulutnya, melangkah kecil ke hadapannya, “Kak, kasih aku lihat lukamu, boleh?”

“Tidak boleh, aku tahu kamu mendambakan adikku.”

“Kalau begitu kamu jangan melepaskan semuanya, buka kancing kerahnya saja sudah bisa.”

“Jangan mengira aku tidak tahu rencana kecilmu, kamu pasti ingin selangkah-langkah menggodaku ke dalam lubang, aku tidak akan tertipu olehmu.”

“…” Baik, kamu tampan jadi kamu benar.

Setelah membereskan, Gavin mengangkat dua kantong besar penuh sampah dan berdiri di sana, ujung mulutnya sedikit naik, dia berkata dengan penuh kasih sayang, “Ayo, aku bawa kamu untuk pergi bermain.”

Laras terkejut, baru saja ingin membuka mulut untuk bermanja, tetapi sekali membuka mulut malah keluar suara bersendawa.

Gavin tertawa sebentar, bahkan tatapan matanya penuh cinta, “Sepertinya kamu juga tidak perlu makan lagi, kalau begitu mari kita langsung ke laut.”

Ke laut?!

Laras sungguh menantikannya!

Laut biru azure yang luas, langit yang tidak ada awan, sinar matahari terbenam yang kuning keemasan memenuhi setengah permukaan laut, angin sekali bertiup, seluruh permukaan laut menjadi cerah, bersinar kelap-kelip.

Gavin menaiki speedboat terus mengemudi menjauhi pulau, Laras duduk di sana, memutar kepalanya ke belakang untuk melihat pulau, semakin lama semakin kecil semakin lama semakin kecil, akhirnya hanya dapat melihat seberkas cahaya putih dari pulau.

Itu adalah landasan pesawat, jalan yang lurus dan panjang.

Speedboat terhenti, berhenti di atas permukaan laut, bergerak sesuai tiupan angin.

Matahari saat ini masih terlihat di permukaan laut sebelah Barat, yang terlihat oleh pandangan mata, setengah berwarna biru kelabu, setengah berwarna kuning keemasan, tidak dapat menerima kecantikan ini.

“Terlalu indah, ya ampun, aku pulang memberitahu teman-temanku, mereka pasti tidak percaya. Kamu lihat air laut ini, mengapa warnanya bisa seperti ini?”

Dia mengulurkan tangan untuk menyentuh air laut, tetapi apa daya, tangannya terlalu pendek, tidak bisa mencapai.

Dia sedang melihat pemandangan, namun Gavin malah terus menerus melihatnya.

Dia menguncirkan rambutnya menjadi dua, garis rahangnya yang lembut menyelimuti dagunya yang sedikit membengkok, fitur mukanya yang putih dan halus bagaikan batu giok, dipancarkan sinar kuning keemasan, mata anggurnya yang hitam dan besar terpancar cahaya, bulu matanya berkedip-kedip, sangat mirip dengan boneka.

Dia yang dulu berambut pendek membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama, namun sekarang berambut panjang juga telah meyakinkan pandangan pertamanya.

“Gavin, bolehkah aku turun? Aku…”

Saat dia memutar kepalanya, Gavin tiba-tiba duduk ke sana, memeluknya di dalam kedua lengannya, hatinya sudah hampir loncat keluar.

“Mengapa kamu mengejutkanku? Kamu… hm…”

Dia dengan tidak sabar mendiamkan mulutnya, menciumnya dengan penuh perasaan.

Laras tertarik pada pemandangan indah, namun Gavin, hanya tertarik padanya.

……

Matahari perlahan-lahan terbenam dan tenggelam ke dalam permukaan laut, Gavin memeluk Laras, tangannya diletakkan diatas tangannya untuk mengajarkan cara menjalankan speedboat.

Laras sangat senang, dia berteriak: “Wah, ini seru sekali, lebih cepat lagi…”

Saat keduanya sedang menikmati dunia milik mereka berdua, HP Gavin berbunyi, berbunyi di saat seperti ini, dia langsung mengerutkan alisnya.

“Halo, Jordan, ada apa?”

“Bos, Luobin yang salah menembakmu saat latihan, telah bunuh diri.”

“Apa?”

Luobin adalah tentara tua yang sudah menjabat selama delapan tahun, dia terlebih penembak jitu selama tiga tahun berturut-turut, walaupun dia bukan anggota pasukan khusus, tetapi kesan Gavin terhadapnya sangat dalam, bahkan bermaksud mengajaknya masuk pasukan khusus untuk dilatih sebagai penembak jitu.

Di tengah latihan, Ketua yang terluka merupakan strategi perang yang gagal, adalah sesuatu yang harus diinvestigasi.

Tim investigasi baru saja menginvestigasi Luobin, dia sudah bunuh diri.

Bagaimana bisa begitu kebetulan?!

Novel Terkait

My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu