Cinta Pada Istri Urakan - Bab 229 Bahkan Orang Tua Kandungnya Saja Tidak Menginginkannya

Terhadap interogasi Maira, Manda masih saja dengan suara kuat melakukan pembelaan, “Kak, sampai sekarang kamu masih belum sadar juga, walau hari ini aku tidak bertemu Tanu dan Yunar, keluarga Dibyo juga akan membatalkan pernikahan sebelum pernikahan diselenggarakan.”

“Kenapa bisa, tidak akan!”

“Bisa!”

Suara bentakan Manda yang besar, membuat rengekkan Maira seketika jadi diam, dia dengan kuat menggigit bibir, air mata langsung berlinang.

“Kak, kamu sadar sedikit, Tanu sama sekali tidak mencintaimu, kamu juga tidak mencintainya, kenapa kamu pasti harus menikah dengan pria itu?”

Maira jengkel dan balik bertanya: “Kamu tahu apa?!”

“Benar, aku tidak mengerti, walau kamu menikahinya juga tidak berpengaruh, dengan kepurukan dan reputasi keluarga Atmaja saat ini, kamu menikah ke keluarga Dibyo juga tidak akan menganggapmu sebagai harta berharga, sampai saatnya setiap saat kamu bisa saja ditendang keluar rumah, kamu jangan bebal.”

“Kamu juga tidak perlu ikut campur, kamu dan Laras itu sama saja, bukannya semua mau menghancurkan aku?!”

“Kita menghancurkan kamu? Kak, kalau kita menghancurkan kamu ada keuntungan apa buat kita, kita ini sedang membantumu.”

Manda menghela nafas dalam, dengan amarah yang tidak stabil berkata: “Tanu dikelilingi banyak wanita di sekitarnya, kamu kira setelah dia menikah bisa setia? Baik, kalau kamu bilang kamu tidak peduli, benar demikian aku tanya kamu, kalau di luar sana terkena AIDS apa juga tidak peduli?”

“Kak, keluarga kita bangkit dan bangkrut beberapa kali, asal kita sekeluarga semuanya bersatu dengan tenang dan damai, itu semua sudah cukup.”

Maira berlinang air mata, menggeleng sekuat tenaga, “Tidak, aku tidak mau terjatuh kembali, demi pernikahan ini aku sudah berusaha keras, semua orang di kota juga sudah tahu aku akan menikah masuk ke keluarga Dibyo, semua ini karena kamu, kamu yang memberi keluarga Dibyo sebuah alasan untuk membatalkan pernikahan, semua ini karena kamu!”

Keributan di bawah akhirnya membangunkan Nagita yang ada di atas.

Nagita baru saja meminum obat tidur dan tertidur, belum tidur 5 menit.

Sejak setelah masalah Rama memiliki wanita simpanan terkuak, dia sering kali kesulitan untuk tidur.

Beberapa hari lalu Rama mengajukan untuk bercerai, dia lebih sulit untuk tidur lagi.

Keluarga Atmaja mengalami kesulitan terbesar yang belum pernah dialami, keluarga Atmaja juga akan rubuh segera, saat ini keluarga Dibyo juga membatalkan pernikahan, seakan seluruh impian wanita itu hancur dalam waktu singkat.

Satu orang yang kehilangan semangat hidup, sama dengan hidup tanpa tujuan.

Dengan mata mengantuk turun ke bawah, bertanya: “Ribut apa kalian?”

Manda melihat ekspresi wajah ibunya yang tidak sehat, cemas sekali dalam hati, segera berkata: “Ma, maaf mengganggu tidurmu, kita tidak bicara lagi, kamu segera tidur saja.”

Namun keingian Maira belum tercapai jadi juga tidak menyerah dan dengan suara keras membentak: “Kalau mau diperbincangkan, harus katakan dengan jelas, kamu besok pagi pergi minta maaf dan mengganti rugi ke rumah keluaga Dibyo, pernikahan ini, aku tidak mau membatalkannya.”

Nagita ingin sekali bicara tapi tak bertenaga, baru saja mau mengatakan, kepala pusing sekali.

“Ma, ada apa denganmu?” Manda berlari memapah Nagita, menoleh berkata ke Maira, “Besok kita bicarakan lagi, kasih ibu istirahat dulu.”

“Manda, kamu jangan gunakan ibu untuk jadi perisaimu, kalau bukan keluarga Dibyo tiba-tiba datang dan bilang kamu sudah memukul Tanu, dan langsung mengajukan untuk membatalkan pernikahan, ibu juga tidak akan marah sampai pingsan.”

“……” Manda merasa bersalah dan sangat marah, “Ma, maaf, aku bantu kamu pergi istirahat.”

“Manda kamu jangan pergi.” Maira menarik tangan dan menghentikan Manda, “Kamu pasti harus bertanggung jawab atas perbuatanmu, memukul orang itu tidak benar, kamu minta maaf sana.”

Manda dengan keras hati berkata: “Tidak akan!”

“Kamu….”

“Kak, walau aku meminta maaf, keluarga Dibyo juga akan membatalkan pernikahan.”

Maira terus tidak ingin mengakui kenyataan, beberkan dengan blak-blak dan keji oleh Manda, sekali wanita itu menggunakan tenaga, langsung menarik Manda turun ke bawah dari atas tangga.

Manda sedang memapah Nagita, hampir saja juga membuat Nagita terjatuh, “Maira, apa yang kamu lakukan? Apa sudah gila?”

Maira berdiri di antara Nagita dan Manda, berkata: “Kalau aku bilang kenapa kamu selalu saja tidak berdiri satu jalan dengan kita, hubungan darah memang benar adalah sebuah kekuatan yang sangat besar yang tidak dapat dijelaskan, karena di tubuhmu tidak ada darah keluarga Atmaja, jadi sama sekali tidak memikirkan keluarga Atmaja.”

“Diam kamu.” Nagita tiba-tiba menghentikan, “Maira, tutup mulut!”

“Ma, aku tetap mau mengatakannya, dia memang bukan dilahirkan olehmu, mengapa kamu melindunginya seperti itu?”

Mengapa? Otak Manda jadi kosong, apa yang tadi baru saja dikatakan kakak?

Nagita melangkah turun dengan cepat, langsung menghempaskan tamparan, “Aku minta kamu tutup mulut, sembarangan ngomong!”

Wajah Maira menyamping, menutup wajah terlukanya, air mata langsung saja turun melewati ujung hidung.

Beberapa tahun ini, keluarga Atmaja jadi ternama dan bangkrut, saat yang paling jatuh bahkan sampai pindah ke desa, dia sampai hari ini tidak akan bisa melupakan bau jamur dan lumut yang ada di rumah lama itu.

Dia dengan susah payah menjadi calon istri Tanu Dibyo, satu bulan lagi mau menjadi nyonya muda keluarga Dibyo, hanya satu langkah lagi saja.

Keluarga bangkrut, orang tua bercerai, pernikahannya juga dibatalkan, dia, Maira, pasti akan menjadi lelucon di kota ini.

Taning, Geni, dan juga Yunar, mereka teman baik yang biasanya berpura-pura berteman baik dengannya, pada saatnya nanti tidak tahu bisa bagaimana menertawakan dia.

Wanita itu tidak bisa menerima semua ini.

Wanita itu lebih berharap menjadi seekor burung pipit emas yang tinggal di sangkar emas, juga tidak berharap menjadi burung pipit di angkasa.

Dia menggeram, seakan sangat marah berkata: “Ma, aku salah mengatakan apa, dia memang bukan dilahirkan olehmu, pasti bukan!”

Pandangan mata Manda tidak tenang, penuh kebingungan memandangi ibunya.

Nagita seketika juga tidak tahu bagaimana menjelaskan dengan dia, beberapa kali, juga tidak menyangkal.

Maira berkata lagi: “Kamu itu adalah anak yang dibuang oleh ayah dan ibu kandungmu, di rumahku sudah menikmati kekayaan dan kehormatan selama 20 tahun, nasibmu baik sekali. Sekarang keluarga Atmaja mengalami kesulitan, sebaliknya kamu, tidak membantu juga tidak apa-apa, masih menambah masalah, kamu ini memang orang yang tidak tahu berterima kasih, lebih tidak berhati nurani lagi dibanding Laras.”

Nagita terus menarik Maira, terus mencoba untuk menutup mulutnya, “Jangan katakan lagi, jangan katakan lagi….”

“Aku tetap mau mengatakannya, kamu bukan orang keluarga Atmaja, jadi tidak pernah berpikir untuk berkorban demi keluarga Atmaja, dia terlalu egois sekali, dia atas dasar apa mengganggu kehidupanku?”

Hati Manda seperti tertimpa sebuah batu yang sangat besar sekali, berat, penat dan juga sakit, dia menggeleng, mundur, satu langkah demi satu langkah menjauhi Maira.

Maira terus berbicara, terus memaki, seperti keinginannya mengeluarkan ketidak-puasan dan keluhannnya.

Dada Manda sungguh tidak enak sekali, sakit tersumbat.

Dia tanpa berbicara lagi langsung menoleh dan pergi.

“Manda, Manda…” Nagita kebingungan, pergi mengejar keluar, “Manda, larut malam seperti ini kamu masih mau pergi kemana, Manda, kembali, Manda…”

Manda berlari keluar dari pintu rumah, berlari keluar ke pintu gerbang, terus berlari menelusuri jalan malam yang gelap.

Ternyata, dia bukan anak keluarga Atmaja.

Ternyata, orang yang dipanggilnya ayah ibu selama 20 tahun ini, bukan ayah ibunya.

Ternyata, dia adalah anak yang bahkan orang tua kandungnya saja tidak menginginkannya.

Manda terus hidup tanpa beban dan pikiran, polos, lugu, baik hati, hari ini tiba-tiba mengetahui rahasia ini, dalam hati tidak dapat menerimanya.

“Tuan muda, itu bukannya nona Manda?”

Rendra mengikuti arah yang ditunjuk oleh sopir.

Di bawah cahaya lampu, terusan yang berwarna putih bercorak bunga merah muda itu sangat jelas sekali, itu memang adalah Manda.

“Cepat pergi lihat ke sana.”

“Baik.”

Novel Terkait

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu