Cinta Pada Istri Urakan - Bab 67 Kamu Harus Berhati-hati Terhadap Nadira (1)

Ayah dan Ibu Yana merasa sangat terharu, kejadian kali ini merupakan pukulan yang sangat berat bagi mereka, tetapi anak-anak ini, terutama Laras membawakan begitu banyak kehangatan bagi mereka.

Keadaan Yana masih bisa dibilang cukup stabil, hanya saja di wajahnya terdapat bekas luka yang mengerikan untuk dilihat.

Bekas luka ini memanjang dari sudut bibirnya ke bawah telinganya, setengah dari daun telinganya sudah tidak ada, bagian tubuhnya yang terluka masih terlihat sedikit bengkak, bagian yang meradang mengeluarkan air, di bagian yang bernanah dapat terlihat dagingnya yang berwarna merah muda.

Dia terluka sampai seperti ini, membuat mereka yang melihatnya merasa sangat sedih, luka seperti ini, takutnya akan mengikutinya seumur hidupnya.

Yana tidak terlalu bisa berbicara, hanya bisa sedikit membuka bibirnya, dia menatap Laras dan memanggil namanya, lalu meminta ayahnya untuk membawakannya papan klip untuk menulis, dia mau mengatakan sesuatu kepada Laras.

Ayah Yana memberikan papan klip kepadanya, mereka semua mengelilingi Yana dan melihat dia menulis satu baris kalimat dengan tangan yang bergetar--"Hari itu aku sengaja mencari masalah denganmu, maaf, tetapi itu bukan keinginanku, aku berhutang kepada Nadira, tetapi aku tidak mampu membayarnya, Nadira yang memaksaku untuk melakukannya, tujuannya adalah untuk mempermalukanmu dan juga untuk membalas dendam kepadamu."

Karena luka di tubuhnya, Yana menulis dengan sangat lambat, tulisannya juga miring-miring, ayah Yana membantunya untuk membalik ke halaman berikutnya, setelah itu dia menulis satu baris lagi-- "Benar apa yang kamu bilang, teman sejati tidak akan menggunakan temannya untuk menjadi senjata, sayangnya aku terlambat mengetahuinya, aku meminta maaf sekali lagi kepadamu, maafkan aku."

Mereka semua merasa sedikit tidak sanggup melihatnya, karena luka Yana bukan hanya terdapat di wajahnya saja, tetapi juga terdapat memar di pergelangan tangannya, dan juga mungkin di tempat-tempat yang tidak terlihat oleh mata.

Ibu Yana menghapus air matanya diam-diam, ayah Yana membantu Yana untuk membalik ke halaman berikutnya lagi, dia memegang pena dan dengan susah payah menulis-- "Kamu harus berhati-hati terhadap Nadira, dia sepertinya mempunyai bukti untuk mencemarkan namamu, dia berkata kalau dia sedang mencari satu kesempatan yang pas untuk benar-benar menghancurkanmu."

"Jangan tulis lagi Yana," Laras menahan tangannya, "Aku sudah mengerti maksudmu, aku tidak menyalahkan dirimu, aku juga tidak akan takut terhadap Nadira, aku tidak melakukan hal yang salah, jadi aku tidak takut kepada tipuan kecilnya."

Yana melepaskan tangannya lalu menulis lagi-- "Dia pernah mengatakannya sekali secara tidak sengaja, saat aku bertanya, dia tidak mau memberitahuku."

"Kalau begitu artinya tidak ada, orang seperti dia tidak pantas untuk dipercaya, tidak ada satupun perkataannya yang benar." Laras langsung menarik papan klipnya dan berkata, "Kamu tidak perlu mempedulikan hal yang lainnya, kamu hanya perlu memulihkan tubuhmu saja, aku saja merasa lelah saat melihatmu menulis."

Bibir Yana sedikit tersenyum, matanya memerah, air matanya terus menghiasi matanya.

Dia sudah mengalami setengah bulan paling gelap dalam hidupnya selama ini, dia bahkan mengira kalau nyawanya hanya sampai disini, saat ini dia beruntung karena masih bisa hidup, jadi dia sudah menyadari banyak hal.

Beberapa hari ini dia hanya dapat mengandalkan papan klip ini sebagai alat untuk berkomunikasi dengan orang tuanya, ayahnya menganggap setiap kata yang ditulisnya bagaikan hartanya yang berharga dan menyimpannya dengan baik.

Ayah Yana menyimpan kertas yang ada di papan klip sambil berkata : "Yana berkata kepadaku kalau dia dulu sudah berteman dengan orang yang salah, semoga dia masih belum terlambat jika sudah menyadarinya sekarang."

Laras : "Belum terlambat, belum terlambat, Yana, nanti kamu berteman dengan kami saja, kita bisa dibilang tidak akan saling mengenal jika tidak berkelahi seperti ini."

Selena : "Iya Yana, kamu istirahat dengan baik agar dapat cepat pulih, kami akan menunggumu kembali."

Manda dan Yana adalah teman biasa, tetapi di saat seperti ini, dia juga tidak lupa untuk menyemangatinya, "Benar sekali, sebenarnya semua orang berharap agar kamu dapat segera keluar dari rumah sakit, asalkan masih dapat hidup, maka tidak ada masalah yang tidak bisa dihadapi."

Tatapan mata Yana menyapu mereka bertiga satu demi satu, kemudian dia tersenyum dan mengangguk, dia menggerakkan bibirnya dan mengeluarkan suara yang sangat lirih, "Oke."

Setelah mereka meninggalkan rumah sakit, mereka bertiga mengucapkan selamat tinggal di depan pintu, Selena kembali ke kampus, Manda pulang ke rumah, Laras juga mau pulang ke rumah.

Setelah turun hujan, suhunya menjadi semakin dingin, Laras berjalan di tengah angin dingin yang bertiup, tubuhnya yang dibungkus dengan jaket berwarna krem menggigil, angin dingin yang berhembus sangat menusuk bagaikan pisau, membuat wajah dan matanya terasa sakit.

Di depan pintu masuk rumah sakit, selalu ada beberapa wanita tua dan lemah yang sedang menunggu bus, Laras mana enak untuk berebutan dengan mereka, dia selalu mengalah terhadap mereka.

Di cuaca yang seperti ini juga sangat sulit untuk mencari taxi, tanpa dia sadari, langit sudah berubah menjadi gelap.

Laras benar-benar merasa dingin, dia benar-benar tidak ingin berdiri menunggu bus, jadi dia berlari-lari kecil ke arah stasiun kereta.

Novel Terkait

Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu