Cinta Pada Istri Urakan - Bab 475 Baguskah Membohongi Anak?!

Rumah Sakit, Romo masih terbaring di unit rawat intensif, tidak ada sedikit tanda-tanda untuk sadar.

Laras memakai pakaian steril rumah sakit masuk melihat Romo, di bawah bantuan suster membantu Romo membersihkan badannya, dia takut papanya berbaring terlalu lama akan ototnya akan menjadi kaku.

Walaupun hal-hal ini biasanya ada suster yang melakukannya, tapi dia masih ingin berbakti.

"Pa, aku sudah menggugat tante Reni, aku dan tante Reni berjalan sampai di titik ini, apakah kamu akan menyalahkanku?"

"Pa, kamu jatuh dari tangga, apa sungguh karena tidak hati-hati menginjak mobil mainan Bobi atau ada yang sengaja mendorongmu jatuh kebawah?"

"Pa, tante Reni mengusirku dan anak-anak dari Mansion Atmaja, juga mengambil perusahaan, tapi kamu tenang, aku dan anak-anak semua sangat baik, aku hanya mengalah sementara, aku tidak akan terus dikalahkan."

"Pa, mengenai perusahaanmu, aku tidak tau apakah harus memperjuangkannya, atau membiarkan tante Reni mengambil alihnya, aku pernah mengatakan kalau aku tidak menginginkan sepeser pun uangmu, tapi, aku juga tidak ingin melihat perjuanganmu beberapa tahun ini semua diambil olehnya."

"Pa, kamu cepat sadar, aku sungguh sangat membutuhkanmu, Nana setiap hari bertanyaku kakek pergi kemana, anak-anak sangat merindukanmu."

......

Laras berjalan keluar dari unit rawat intensif, begitu membuka pintu langsung melihat Gavin yang menunggu di luar.

Sangat terkejut, juga sangat mendadak.

Dia bahkan belum sempat mengusap bekas air mata yang ada di sududt matanya, dengan lengah muncul di hadapannya.

Dia langsung membalikkan badannya.

"Kudengar kamu mau menggugat Reni." Gavin langsung menyampaikan maksud kedatangannya.

Laras menghentikan langkahnya, hanya menghadap kesamping, tidak membalikkan kepalanya, "Ehn."

"Hanya dengan beberapa bukti sangat sulit untuk menetapkan kalau dia bersalah, dan juga kesaksian yang diberi juga berupa video, bukan orangnya langsung datang di tempat, kemampuan untuk membujuk tidak besar."

"Jadi harus bagaimana? Apa harus menangkap dokter Jin dan suster Feng kesini?"

Gavin menggeleng, "Kamu bilang tangkap langsung tangkap? Kamu kira kamu siapa?"

"......"

"Kamu hanya terlalu terburu-buru, apakah kamu tidak curiga kalau papamu tiba-tiba terjatuh dari tangga juga ada hubungannya dengannya?"

"Tentu saja aku curiga, tapi mereka mengatakan kalau papaku tidak berhati-hati menginjak mainan makanya bisa jatuh sendiri."

"Kamu percaya?"

Laras memutar badannya, mengangkat kepalanya melihatnya, bertanya: "Apa maksudmu?"

"Hari itu aku memberitahu bukti yang aku dapatkan kepada papamu, papamu langsung dengan marah pulang ke rumah ingin menanyainya, kebetulan sekali dia langsung jatuh dari tangga, apa kamu percaya perkataan mereka kalau papamu tidak hati-hati jatuh sendiri?"

Laras menggeleng, jarang sekali pendapatnya bisa sama dengan pendapat Gavin, "Tapi aku tidak memiliki bukti, papaku juga masih belum sadar, aku sungguh sangat ingin memintakan keadilan untuk kakek."

Gavin baru saja ingin menghiburnya, handphone Laras tiba-tiba berbunyi, suara alarmnya lucu sekali, "Mama mama, cepat datang, Nana Bobi sudah pulang sekolah......"

"......" Laras canggung sekali, sangat ingin menggali sebuah lubang dan pergi dari sana, langsung mematikan suara alarm.

"Maaf, aku harus pergi menjemput anak-anak, aku pergi dulu."

Di dalam otak Gavin tidak berhenti menyusun kata-kata, sesaat dia juga tidak tau harus mengatakan apa, apakah harus mengatakan "Aku pergi bersamamu" atau "Aku mengantarmu pergi"?

Selama dia ragu, Laras sudah pergi dulu.

Sudah pergi......

Sudah......

Parkiran mobil, Laras duduk di dalam mobil, sudah di starter tapi mesinnya tidak bisa hidup, suaranya juga terdengar aneh, berbunyi setengah lalu terdiam, lalu tidak ada suara lagi.

Lalu dihidupkan lagi, juga seperti itu.

Dia terus menghidupkan berulang kali, tetapi mobilnya tidak bisa bergerak.

Apa yang harus dia lakukan?

Disaat ini, di depannya berhenti sebuah mobil yang sangat familier, Gavin turun dari dalamnya, badannya yang tinggi membungkuk ke depan jendelanya, bertanya: "Ada apa?"

"Tidak bisa hidup, tidak tau bagian mana yang rusak."

"Bensinnya sudah habis." Gavin sekali lihat saja langsung tau.

"Ergh......" Laras sedikit canggung, orang yang mengendarai bisa-bisanya lupa untuk mengisi bensin, ditambah lagi dibongkar didepannya langsung, sangat memalukan.

"Kalau kamu buru-buru naik mobilku saja, bensin mobilku penuh."

"......"

Mobil Laras kecil, untuk menyetarakan ketinggian mobil, tinggi badan Gavin yang 190 cm harus membungkuk dan lehernya harus ditundukkan, baru bisa melihat Laras.

Laras melihat wajah Gavin yang ada di depan matanya, wajahnya masih sama tampannya dengan dulu, jelas-jelas sedang marah, tapi di dalam matanya ada sebuah kelembutan.

Tapi, dari kejauhan tidak tampak jelas, dilihat dari jarak sedekat ini, dia melihat luka pudar yang ada di wajahnya.

Di telinganya, di pelipisnya, di keningnya, walaupun tampak terpotong, tapi masih bisa dibayangkan, saat itu luka ini seberapa panjang.

Wajahnya mudah dijangkau, ini adalah gambaran yang dia sering sekali temui di dalam mimpi, dia menjadi sedikit lingung.

"Kalau tidak pergi sekarang, apakah akan terlambat?" Gavin takut dia tidak setuju, jadi mengingatkannya, "Jam macet pulang kerja akan segera tiba, kalau tidak jalan sekarang, macet dijalan akan lebih merepotkan."

Tatapan Laras menghindar, tiba-tiba dia sangat ingin tau reaksi Gavin setelah melihat anak-anak, "Kalau begitu terimakasih."

"Ayo.“

”Oh."

Hari itu pertemuan yang singkat di Pohon Kecil, dia kebetulan sedang bertugas, melihat anak-anak dari kejauhan juga tidak tau apa melihat jelas atau tidak, lebih baik hari ini, biarkan dia melihat anaknya sendiri dengan baik, lihat apakah dia bisa mengenalinya atau tidak!

Di dalam mobil sangat tenang, Gavin fokus menyetir, Laras juga tidak berbicara.

Dia duduk di kursi penumpang, kepalanya tidak bergerak, tapi bola matanya malah melihat kesana kemari, di depan jok ada sebuah gambar kartun, di sudut kaca jendela ada puluhan plastik kristal warna warni, dan juga di kursi penumpang yang ditulis "Tempat Laras" dengan pena hitam juga tidak dihapus.

Diam-diam dia melirik Gavin, tidak bisa dia bantah, kalau dulu tidak peduli sudah lewat berapa lama, dia masih sangat tergoda oleh ketampanannya.

Di depan pintu halaman TK, para orang tua sudah ramai berdiri disana, semuanya datang untuk menjemput anak masing-masing.

Mereka semua berpostur sama, kakinya dijinjit, kepalanya dijulang, matanya melihat kedalam pintu besi.

Mereka sudah terlambat datang, hanya bisa berbaris di paling belakang.

Disaat ini, ketinggian badan Gavin menjadi berguna, dia dengan tenang berdiri di paling belakang, begitu sombong dan mulia, tidak ada yang bisa mengalahkannya, dia antara kerumunan orang dia memancarkan cahaya silau.

Tapi tidak sama dengan Laras, dia melompat pun tidak bisa melihat didalam pintu besi.

"Jangan panik, begitu waktunya sampai langsung boleh masuk."

"Kamu tidak mengerti!"

"Satpam didalam sudah memakai seragamnya, pintu sudah mau dibuka."

Begitu Laras mendengar, dia mulai membongkar tasnya.

"Mencari apa?"

"Kartu antar-jemput, aduh, kacau, kartunya ketinggalan di mobilku, lupa diambil."

"Tidak ada kartu apa tidak boleh masuk?"

"Ehn."

"Kalau begitu aku pergi kesana ambil lagi."

"Aih, tunggu, satu datang satu pergi sudah terlambat, aku beritahu pada gurunya saja, tunggu semua orang tua selesai menjemput anak-anak, akan aku suruh dia mengantarkan mereka keluar."

Oleh karena itu, Laras menunggu di luar selama setengah jam.

Ketika guru satu kiri satu kanan masing-masing menggandeng anak-anak keluar, Nana sudah menangis, "Mama, kenapa kamu menjadi yang terakhir, aku sudah bertaruh dengan Shanshan, berlomba mama siapa yang datang duluan, huhuhu, mamanya yang datang pertama, kamu malah yang terakhir datang."

Novel Terkait

Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu